Site icon nuga.co

Pebalap MotoGP Kecewa Rossi Tak Juara

Para pebalap MotoGP, non Repsol Honda dan Jorge Lorenzo, menyuarakan kekecewaannya karena Valentino Rossi tidak jadi juara musim ini. Kekecewaan itu secara terus terang disampaikan oleh pebalap Ducati Andrea Iannone.

“Saya mewakili banyak rekan pebalap yang kecewa dengan cara musim MotoGP berakhir, yaitu Valentino Rossi gagal mendapatkan gelar juara dunia,” katanya kepada “crash,” Rabu, 11 November 2015, seperti dikutip “nuga.”.

Akibat insiden dengan Marc Marquez di Sepang, Rossi harus memulai balapan pada seri terakhir di Valencia dari posisi terakhir.

Kendati memiliki keunggulan tujuh poin sebelum GP Valencia digelar, Rossi akhirnya harus merelakan gelar juara dunia jatuh ke pelukan rekannya di Movistar Yamaha, Jorge Lorenzo.

Menurut Iannone, Rossi pada balapan di Valencia telah menunjukkan aksi heroik dengan menyalip lawannya satu persatu dan kemudian mendapatkan tempat posisi keempat

Hanya saja, ia tak mampu memangkas jarak yang terlalu jauh antara dirinya dan Dani Pedrosa di tempat ketiga.

Kontroversi terus membayang-bayangi penyelenggaraan MotoGP di tiga balapan terakhir. Mulai dari Sirkuit Phillip Island, Sepang, hingga di Valencia, persaingan antara Jorge Lorenzo, Rossi, dan Marc Marquez juga kerap disoroti media.

Hal ini yang membuat Iannone juga merasa frustrasi.

“Situasi olahraga kami sukar dan memalukan,” katanya kepada majalah Chi.

“Saya sangat meyesal Valentino Rossi tidak membawa pulang gelar juara dunia. Ia membalap dengan tak masuk akal. Ia harusnya mendapatkan gelar juara itu.”

Iannone sendiri merasa bahwa skala kontroversi kali ini berbeda dari yang lalu-lalu. Ia juga kaget dengan kata-kata Lorenzo seusai balapan.

“Ketika saya mendengar Jorge berkata, ‘Kami Spanyol dan gelar ini tetap berada di Spanyol,’ saya kaget,” kata Iannone.

“Saya tak bisa mempercayai hal ini.”

“Ini adalah olahraga individual dan saya tak mau membayangkan bahwa ada konspirasi. Tentu hal ini akan sangat mengecewakan semuanya.

Hasil perburuan gelar juara dunia MotoGP 2015 membuahkan kontroversi lantaran Marc Marquez dianggap ‘mengamankan’ posisi Jorge Lorenzo.

Selain Iannone, pebalap Ducati lainnya, Andrea Dovizioso. Dovizioso mengaku dirinya merasa aneh melihat Marquez ‘kurang berusaha’ menggeser Lorenzo dari posisi pertama saat seri terakhir dan juga penentuan juara dunia di Valencia.

“Saya tidak ingin terlalu banyak bicara. Benar, kita terbiasa melihat Marc berjuang begitu keras di atas lintasan, jadi cukup aneh melihat hal itu,” ujar Dovizioso, seperti dilansir Crash.

Sepanjang balap di Valencia, Marquez selalu berada di belakang Lorenzo tanpa ada sedikitpun aksi untuk menggeber motor lebih kencang melewati pebalap Yamaha itu.

Di belakang Marquez adalah rekan satu timnya di Repsol Honda, Dani Pedrosa.

Usai balapan di Valencia, Valentino Rossi menuding Marquez membantu Lorenzo mengamankan gelar juara dunia dengan tetap mempertahankan pebalap asal Spanyol itu berada di depan.

Dovizioso yang juga pernah menunggangi mesin Honda dan Yamaha, tak ingin sepenuhnya menyalahkan Marquez karena dirinya tahu betul kondisi di atas lintasan balap dapat berubah sewaktu-waktu.

“Hanya pebalap lah yang tahu pasti masalah yang mereka miliki di atas motor. Jadi saya tak tahu apakah dia telah mencapai batasnya, melewatinya, atau jika ia berusaha mengontrol hasil balapan,” katanya.

“Anda tidak dapat mengetahui setiap detail para pebalap. Khususnya jika Anda memiliki motor yang berbeda, itulah pengalaman saya.”

Gelar juara dunia MotoGP 2015 sendiri dipastikan menjadi milik Lorenzo dengan keunggulan lima poin dibanding Rossi di seri terakhir.

Rossi yang memulai balapan dari posisi terakhir lantaran mendapatkan sanksi dari FIM, sempat merengsek hingga peringkat keempat. Namun, pebalap berusia 36 tahun itu kesulitan mengejar tiga pebalap terdepan yakni Pedrosa, Marquez, dan Lorenzo.

Usai balap di Valencia, saat melayani wawancara wajib di parkir tiga besar, parc femme, Marquez menyatakan dirinya sebetulnya ingin memburu Lorenzo.

Namun, manuver pebalap dengan julukan ‘Baby Alien’ itu diklaimnya terganggu karena Pedrosa menyodok dari belakang saat dua lap terakhir

Sementara itu, legenda balap motor Giacomo Agostini menyadari bahwa Valentino Rossi baru saja mengalami kekecewaan terbesar pada MotoGP musim ini.

Namun menurut Agostini, Rossi masih bisa berharap titel juara dunia pada musim berikutnya.

Rossi sudah berumur 36 tahun dan banyak yang meyakini bahwa musim ini adalah kesempatan terbaik bagi Rossi untuk bisa kembali jadi juara dunia yang akhirnya berujung pada kegagalan.

Namun Agostini menilai bahwa Rossi musim depan tidaklah akan jauh berbeda dengan musim ini. Rossi tetap akan memiliki kapasitas untuk bersaing di level elit dan memperebutkan titel juara dunia.

“Musim ini tentu berakhir sangat tidak bagus bagi Rossi yang telah memimpin kompetisi sepanjang musim.”

“Tetapi saya meyakini satu hal bahwa Rossi layaknya wine, semakin dia berumur, maka ia akan makin bagus dan berkualitas. Musim depan dia akan kembali berpeluang untuk jadi juara dunia,” tutur Agostini saat diwawancarai saluran televisi Italia, RAI.

Agostini adalah pebalap terhebat sepanjang sejarah dunia balap motor. Ia memenagi total 15 gelar di seluruh kelas. Khusus untuk kelas premier (500cc/MotoGP), Agostini mengoleksi delapan gelar, beda satu gelar dengan Rossi saat ini.

Kegagalan Rossi menyamai rekor juara dunia kelas premier ternyata tidak membuat Agostini gembira.

“Tentu saja saya merasa kecewa Rossi gagal menjadi juara dunia, sama halnya seperti warga Italia lainnya,” ujar Agostini berterus terang.

Dalam beberapa seri terakhir, Rossi sendiri disibukkan dengan perang kata-kata melawan para rival. Bukan hanya melawan Marc Marquez, Rossi juga kerap beradu argumen dengan Jorge Lorenzo, rekan setimnya yang akhirnya jadi juara dunia.

Meski sering berbeda pendapat, Agostini meyakini bahwa bersatunya Rossi dan Lorenzo di Yamaha juga bukan masalah yang patut dibesar-besarkan.

“Saya tidak melihat bahwa berada di satu tim bakal jadi masalah besar. Bila mereka tak berada dalam satu tim pun, mereka tetap akan bersaing jadi tidak akan banyak hal yang berubah.”

“Mereka sama-sama menunggangi Yamaha namun memiliki tim mekanik yang berbeda, jadi sejatinya mereka memang tidak saling melihat. Namun mungkin, musuh nomor satu selalu mereka yang berasal dari rumah yang sama denganmu,” kata Agostini.

Exit mobile version