Manajer tim Ducati Davide Tardozzi menyayangkan Jorge Lorenzo telat beradaptasi ketika berada di pabrikan asal Italia itu dan gagal memberi kontribusi positif bersama motor Desmosedici di balapan MotoGP.
Didatangkan dari tim Yamaha untuk dua musimi, Lorenzo tidak mampu langsung menemukan setelan yang pas dengan Ducati.
Pada musim pertama, Lorenzo hanya mampu meraih seratus tiga puluh tujuh poin dan menduduki peringkat tujuh pada klasemen akhir.
Baru pada musim kedua Lorenzo berhasil menjadi juara pada tiga seri sebelum mengakhiri balapan dengan kurang mulus lantaran mengalami cedera dan harus berada di peringkat kesembilan atau posisi terburuk dalam klasemen akhir MotoGP sepanjang kariernya.
“Dilihat dari aspek olahraga keterlambatannya mengganggu saya. Kemudian ada juga situasi yang memengaruhi kedatangannya yang cepat di level ini. Tetapi pada akhirnya kami berpikir kami bisa menang dengan motor itu. Sayangnya dia terlambat.”
“Jika dia percaya pada kami, sedikit lebih awal, mungkin hasilnya akan datang lebih awal,” ujar Tardozzi mengomentari keberadaan Lorenzo di Ducati seperti dilansir Tuttomotoriweb.
Tardozzi juga melihat Lorenzo sudah kembali kepada performa terbaik pada musim kedua setelah memutuskan pindah ke Honda bersamaan dengan cedera yang menimpa pebalap asal Spanyol tersebut.
“Momen ketika dia menenangkan pikiran untuk masa depan, memutuskan pindah ke Honda, dia secara tiba-tiba bisa beradaptasi dengan motor.”
“Dia berhenti berpikir kalau dia harus mengendarainya seperti yang dia inginkan, itu datang secara natural. Pada waktu itu dia kembali ke level terbaiknya,” ujar Tardozzi.
Selepas Lorenzo meninggalkan Ducati, Tardozzi yakin pemilik tiga gelar juara dunia MotoGP itu bisa tampil lebih baik bersama Honda karena dianggap telah mendapat banyak pelajaran sehingga bisa beradaptasi lebih baik dengan motor RC213V yang digunakan tim asal Jepang itu.
Jorge Lorenzo sendiri mengaku telah menjalani balapan yang menyenangkan bersama Ducati selama dua musimkendati tidak berhasil meraih gelar juara dunia.
Setelah hengkang dari Yamaha, Lorenzo memilih Ducati sebagai tim baru pada dua tahun silam. Tidak ada hasil apik yang diraih pemilik tiga gelar juara dunia MotoGP itu pada musim pertama bersama tim asal Italia itu.
Bahkan pada awal musim kedua keadaan tidak berubah sampai Lorenzo berhasil menjadi juara di MotoGP Italia
Setelah sukses di Italia, Lorenzo kembali berjaya di MotoGP Catalonia.
Berada di luar posisi lima besar pada MotoGP Belanda dan Jerman, Lorenzo kemudian meraih posisi runner up di MotoGP Ceko dan kembali menjadi juara di MotoGP Austria.
Namun kegemilangan bersama Ducati tidak berlanjut lantaran Lorenzo mengalami cedera di MotoGP Aragon.
“Itu sangat spesial karena setelah satu setengah musim berjuang tanpa keberuntungan, saya rasa kemenagnan perdana seharusnya terjadi di Misano tahun lalu. Ketika kami benar-benar meraih kemenangan, kami sungguh menikmatinya,” kata Lorenzo dikutip dari Autosport.
“Kami mengulanginya di Barcelona dengan beragam keuntunan, tempat kedua di Brno dan kemenangan ketiga di Austria ketika menang atas Marc Marquez] “
“Dalam dua bulan kami menjadi yang terbaik. Saya merasa sebagai raja dan hanya kesialan yang menghentikan kami dari meraih kemenangan dan podium,” sambung pebalap yang musim depan membela Honda.
Bangga bisa meraih gelar juara seri bersama Ducati karena merasa mampu mengendalikan motor Desmosedici yang disebut sebagai tunggangan komplet, Lorenzo merasa belum menunaikan tugas dengan baik karena gagal mengulang kesuksesan Ducati bersama Casey Stoner.
“Anda harus merasa sedih karena tantangan sesungguhnya, berupaya meraih juara dunia seperti Casey di tahun 2007 tidak dapat terlaksana.”
“ Kami memiliki potensi, mungkin kami bisa melakukannya jika memiliki waktu lebih. Saya yakin jika bisa bersama tim, saya bisa kompetitif sejak balapan pertama. Tapi ini tidak mungkin dilakukan,” tukas Lorenzo.