Apple akan memberi kesenangan kepada para penggunanya dengan membawa film-film terbaru ke genggaman mereka, terutama saat film tersebut masih tayang di bioskop.
“Kelak tak butuh waktu lama lagi untuk menonton film rilisan terbaru jika melewatkan kesempatan saat ia tayang di bioskop,” tulis laman situs resmi Apple
Menurut sumber media terkenal “Bloomberg” seperti yang dikutip “the verge,” film-film itu nantinya akan tersedia di iTunes.
Sampai saat ini kabarnya Apple sudah bertemu dengan beberapa studio besar penghasil film, seperti 20th Century Fox, Warner Bros, dan Universal Pictures.
Mereka ingin membawa film-film bioskop ke tangan pengguna Apple hanya dua minggu setelah rilis.
Gebrakan itu akan membuat iTunes lebih menarik karena ia menjadi ‘toko serba ada’ untuk semua konten, melebihi Netflix atau Amazon.
Selama ini Apple Music hanya punya dua puluh jutaa pelanggan.
Jika punya konten film, penggunanya bisa bertambah berkali-kali lipat.
Namun di sisi lain, itu juga akan ‘menghancurkan’ bisnis bioskop. Selama ini saja, hubungan antara studio film dengan bioskop sudah tegang.
Keduanya punya kepentingan bisnis. Tapi tak bisa dipungkiri, itu arah teknologi masa depan: film di genggaman tangan.
Jika gebrakan Apple itu sungguh terjadi, akan ada perubahan besar dalam industri.
Selama ini, studio memberi hak eksklusif pada jaringan bioskop—terutama di Hollywood—untuk menayangkan film selama setidaknya sembilan puluh hari.
Tapi penjualan bioskop stagnan bahkan menurun.
Untuk itu, wajar jika studio mencari alternatif penjualan lain.
Salah satunya seperti yang disampaikan Sean Parker dari Napster. Dalam diskusi panel di CinemaCon tahun ini ia menyebut soal Screening Room.
Layanan streaming bisa menawarkan kepada pelanggan mereka yang ingin menonton film layar lebar, dengan membayar lima puluh dollar sekali tonton eksklusif.
Ide itu sepertinya ingin diterapkan Apple.
Tentu saja itu tidak membuat bioskop senang. Contohnya, saat Paramount Pictures memutuskan merilis Video on Demand untuk Paranormal Activity: The Ghost Dimension hanya setelah tujuh belas hari penayangan.
Kejadian beberapa waktu lalu itu membuat jaringan teater memboikot tak menayangkan Paranormal Activity itu.
Netflix—yang juga menjadi produsen film—pun hanya bisa menayangkan Beasts of No Nation di teater independen, bukan jaringan, karena layanan streaming itu memutuskan merilis film yang sama di hari yang sama dalam layanan mereka. Meskipun, film itu tetap laris manis.
Namun rilis film lebih cepat ke penonton, di sisi lain bisa menanggulangi pembajakan.
Lebih ceoat film sampai ke tangan, lebih sedikit yang menyabotasenya. Apalagi iTunes sudah membuat kontennya terenkripsi. Meskipun, bukan tidak mungkin ada hacker yang menyelundup.
Jika sudah begini, masa depan film terbaca, maka bioskop harus pintar-pintar cari akal.