Sutradara Hollywood David Cronenberg meramalkan gedung bioskop tak akan lagi dikunjungi para penikmat film di masa depan.
Cronenberg yang membuat film The Fly dan Naked Lunch ini mengatakan hal itu dalam sebuah acara di Festival Film Venice akhir pekan ini.
“Hiburan di layar televisi semakin membesar sehingga mengikis perbedaan antara tayangan film di bioskop dan di rumah,” kata Cronenberg seperti dilansir dari AFP.
Cronenberg pun berkata bahwa telah ada perubahan dalam gaya bahasa visual yang justru kian menjauh dari gaya layar lebar.
“Pernah ada aturan bahwa bidikan close-up hanya digunakan untuk TV, bukan untuk film. Tapi hari ini aturan itu tak berlaku lagi,” kata dia seperti dilaporkan Variety.
Peringatan Cronenberg ini bukan yang pertama ia lontarkan. Pada Juli, dia mengatakan kepada para mahasiswa di sebuah kampus di Toronto bahwa layanan streaming akan menghancurkan layar besar [bioskop] menjadi begitu banyak layar kecil.
Fenomena tersebut menurut Cronenberg menjadi tekanan tersendiri bagi para penonton setia bioskop.
“Tetapi hal itu bukan masalah untuk saya. Faktanya saya justru menikmati,” ujar dia.
Ancaman terhadap bioskop salah satunya ditandai oleh perseteruan antara penyelenggara Festival Film Cannes dengan dengan penyedia konten film Netflix.
Pihak Cannes menuntut perusahaan penyedia konten itu agar terlebih dulu memutar film yang akan mereka rilis di bioskop, sebelum melepasnya secara online. Hal ini dilakukan sebagai upaya mendukung para pemilik bioskop.
Berlainan dengan prediksi di atas, bioskop-bioskop di Arab Saudi akan kembali dibuka pertama kali setelah tiga puluh lima tahun ditutup.
Kerajaan Arab Saudi—yang mengalami perubahan hebat di bawah kendali Pangeran Mohammed bin Salman—membuat pengumuman mengenai hal itu
“Karena pembuat kebijakan industri, Pimpinan Komisi Media Audiovisual telah memulai proses pemberian lisensi bioskop-bioskop di Kerajaan Arab Saudi,” ujar Menteri Kebudayaan dan Informasi Awwad bin Saleh Alawwad dalam sebuah pernyataan, melansir The Hollywood Reporter.
“Kami berharap bioskop pertama akan dibuka pada Maret lalu,” imbuh Awwad.
Banyak sumber yang bekerja di Arab Saudi mengindikasikan bahwa kebijakan ini telah diperkirakan secara luas. Pasalnya, banyak investor telah membangun bioskop-bioskop baru dengan antisipasi pengumuman resmi.
“Ini menandakan sebuah momen bersejarah dalam pembangunan ekonomi kebudayaan di Kerajaan Arab Saudi,” kata Awwad.
“Pembukaan bioskop-bioskop akan mengerek pertumbuhan ekonomi dan diversifikasi. Dengan membangun sektor batas kebudayaan, kita akan menciptakan kesempatan kerja dan pelatihan baru, juga opsi hiburan Kerajaan Arab Saudi,” lanjutnya.
Detail selanjutnya mengenai kebijakan ini diperkirakan muncul beberapa pekan ke depan.
Bioskop pertama di Arab Saudi sudah mulai memutar sejumlah film. Kini, pihak bioskop mengatakan akan menyesuaikan jadwal tayang film dengan waktu salat dan momentum Ramadan.
Hal itu diungkapkan oleh presiden National Association of Theater Owner John Fithian. Fithian menjawab pertanyaan mengenai kondisi bioskop Arab Saudi yang saat ini baru diisi oleh jaringan bioskop asal Amerika Serikat, AMC Theater.
Fithian mengatakan saat ini belum diputuskan mengenai kepastian keberadaan ruang salat atau musala di setiap bioskop, namun kemungkinan itu amat besar. Sejauh ini, hanya sejumlah lokasi AMC yang memiliki fasilitas untuk ibadah umat Muslim itu.
“Kami telah menawarkan jadwal tayang untuk [menyesuaikan] waktu salat dan untuk keperluan saat Ramadan nanti,” kata Fithian.
Arab Saudi meresmikan bioskop pertama di negeri itu dengan menayangkan film Black Panther. Sebelumnya Arab Saudi telah mencabut pelarangan beroperasinya bioskop di negara tersebut pada tahun lalu.
Pelarangan bioskop di Arab Saudi bermula pada dekade 1980-an. Kala itu, kelompok agama garis keras menyebut bahwa bioskop sebagai media vulgar dan berdosa.
Sedangkan gerakan aktifnya kembali bioskop di era modern dimunculkan oleh Pangeran Mohammed bin Salman.
Ia menilai kebijakan ini dapat menyeimbangkan ekonomi Arab Saudi di tengah tren penurunan harga minyak.
Namun tantangan membuka bioskop bukan hanya soal penyesuaian konten dan waktu, namun hingga terkait dengan pemisahan berdasarkan gender untuk mengikuti syariat Islam yang berlaku di negara tersebut.
“Ada banyak pilihan solusi yang telah tersedia,” kata Fithian menjawab terkait pembatasan berdasarkan gender di bioskop di Arab Saudi.
Menurut Fithian, sejumlah pilihan penyesuaian telah disiapkan, mulai dari pemisahan penonton berdasarkan gender, pengaturan waktu tayang, hingga pengaturan tempat dan elevasi kursi.
“Kami baru saja mendiskusikan bagaimana menghormati budaya setempat sembari menjual tiket kami,” kata Fithian.
CEO AMC Adam Aron mengatakan rencana sebelumnya untuk pemutaran film di Arab Saudi adalah tidak jauh berbeda dibanding bioskop pada umumnya.