Pernahkah Anda tahu kenapa desain kursor mouse di komputer dibuat miring?
Mungkin, saking seringnya kita melihat kursor, pertanyaan itu tak pernah terlintas di benak kita.
Ya, kursor mouse yang kita kenal selama ini umumnya berupa tanda panah dan ditampilkan miring.
Sekitar empat puluh lima derajat ke kiri.
Namun, tahukah bahwa sebelumnya kursor dibuat tegak?
Untuk menjawab segepok pertanyaan tersebut, kita harus kembali ke masa awal mula mouse dibuat.
Pas-nya di era tampilan komputer masih berupa susunan piksel resolusi rendah.
Seperti yang dikutip dari situs “Stack Exchange,” mouse dan kursor pertama kali dibuat oleh Douglas Englebart pada empat puluh tujuh tahun silam
Saat itu “sang” kursor masih tegak lurus.
Tiga tahun setelah keberadaannya,, bersamaan dengan hadirnya komputer Xerox PARC, kursor kemudian dibuat miring.
Tahu kenapa?
Alasannya, dengan layar resolusi rendah pada zaman itu, kursor mouse yang tegak lurus susah dicari di layar.
Ars Technica Pointer mouse semula didesain tegak lurus, sulit dibedakan dengan obyek lain di layar
Dengan piksel resolusi rendah, tampilan kursor sulit dibedakan dengan obyek-obyek lain yang ditampilkan layar komputer, apalagi saat itu tampilan layar masih monokrom.
Karena itu, dengan membuat kursor yang melintang empat puluh lima derajat, itu akan mempermudah pengguna mencari kursor di layar.
Dan sejak itulash kursor miring ke kiri temuan Englebart tersebut diadopsi oleh pembuat-pembuat software komputer hingga kini.
Hal tersebut termasuk dilakukan oleh pencipta Apple, Steve Jobs, yang meminjam kursor tersebut untuk Mac OS-nya, dan kemudian Bill Gates dengan Windows-nya.
Siapa saja yang setiap hari berinteraksi dengan PC desktop atau notebook pasti sudah tak asing lagi dengan peranti yang bernama mouse atau tetikus masih menjadi piranti andalan dalam berkomputer.
Bahkan, tetikus dibilang akan tetap dibutuhkan walau saat ini muncul banyak metode masukan yang diperkenalkan.
Tiga puluh tahun setelah Apple dengan Macintosh membuat penggunaan tetikus menjadi mainstream, desain peranti input ini semakin presisi dan nyaman digunakan.
Salah satu faktor yang membuat mouse nyaman digunakan adalah desain ergonomis yang membuat posisi tangan seperti menggenggam mouse secara alami.
“Jari-jari kita melipat ke telapak tangan, namun tidak semuanya,” ujar ahli ergonomi dari Microsoft, Edie Adams, seperti dikutip dari The Wall Street Journal.
Selain tetikus, saat ini teknologi layar sentuh sudah mulai banyak diadopsi perangkat komputer, seperti layar notebook atau tablet PC.
Dengan metode layar sentuh, fungsi membalik halaman, memperbesar gambar dan kontrol gestur memang terasa lebih efisien.
Namun, metode tersebut belum memiliki standar yang sama di semua perangkat.
Sebagai contoh, input di layar notebook atau tablet PC berbasis Windows 8 berbeda dengan iOS dalam Mac
atau iPad. Di Windows 8, sapuan dari kiri ke kanan memungkinkan pengguna untuk berganti aplikasi.
Sementara itu, dalam trackpad komputer Mac, dengan tiga jari, gerakan tersebut akan membuka dashboard widget.
Kedua gerakan tersebut juga tidak intuitif bagi pengguna.
Selain itu, metode layar sentuh jika dipraktikkan dalam jangka waktu lama juga akan menyebabkan kelelahan, efek yang saat ini disebut dengan “gorilla-arm fatigue” di mana pergelangan tangan dan jari-jari menjadi kaku dan menekuk ke dalam.
Pengguna tablet pasti tidak tahan lama-lama mengoperasikan layar sentuh, hingga akhirnya menyerah dan menyandarkan lengan sembari mengoperasikan tablet, entah di atas meja atau di pangkuan.
Karena itu, tetikus yang ada saat ini didesain lebih canggih dibanding sebelumnya.
Bahkan ada juga tetikus yang permukaannya memiliki fungsi layaknya trackpad.
Dengan demikian, tidak banyak tombol yang perlu ditambahkan, kecuali memang dibutuhkan seperti pada tetikus gaming.
“Namun, ide menambahkan fitur dalam tetikus tersebut tidak ditujukan untuk menggantikan fungsi tetikus sebagai peranti input yang sesungguhnya,” ujar Josh Clark, desainer antarmuka dan pendiri firma Global Moxie.
Namun, saat ini industri berusaha membuat desain dan teknologi peranti input yang sesuai dengan waktu dan tempat penggunaannya, seperti input untuk layar sentuh on the go, kendali suara untuk TV, serta gestur tangan untuk menjelajah antarmuka.
Karena itu, walau banyak metode input baru yang diperkenalkan, penggunaan tetikus diprediksi masih akan tetap lama bertahan. Terlebih untuk mengerjakan tugas-tugas komputasi yang berat dan membutuhkan waktu yang lama.