Site icon nuga.co

Kherkof Prasasti

Banda Aceh, atau dulunya Koetaradja, tak terbantahkan adalah sebuah  situs sejarah.

Banyak memiliki situs bersejarah yang menyimpan kekayaan sejarah tentang kejayaan dan kegemilangan Kerajaan Aceh yangjuga berselimut misteri serta tragedi yang penuh inspirasi.

Situs dari perjalanan panjangnya sebagai kota “donya” yang menjubelkan peninggalan kejayaan kerajaan Aceh dalam prasasti yang bisa dinikmati oleh para pelancong.

Ya, Banda Aceh memang sebuah situs sejarah.  Sebuah kota yang bertimbun dengan prasasti.

Anda bisa menikmati taman indah putroe phang, kota tua pemayong, masjid raya baiturrahman. Dan yang tak kalah monumentalnya adalah kherkof peutjoet.

Kherkof, begitu ia populer di sapa adalah saksi sejarah dari kehebatan pejuang Aceh dalam perang melawan penaklukan Hindia Belanda.

Di sana terkubur ribuan serdadu Belanda yang tewas pada Perang Aceh dalam  sebuah rentang waktu yang panjang

Pemakaman ini merupakan pemakaman militer belanda terbesar yang berada di luar Belanda dengan luas mencapai tiga koma lima hektare.

Kompleks kuburan militer belanda semacam ini banyak tersebar di wilayah Indonesia, tetapi di Aceh merupakan salah satu komplek kuburan yang paling luas dengan jumlah korban lebih kurang dua ribu dua ratus  tentara.

Kerkhof Peucut ini terletak di pusat kota Banda Aceh, dan sekarang menjadi objek wisata menarik, khususnya bagi wisatawan mancanegara, terutama wisatawan asal Belanda

Selain tentara Belanda, tentara KNIL dari suku Jawa, Batak, Ambon dan pribumi Aceh juga dimakamkan di Kerkhof Peucut ini termasuk juga makam putra Sultan Iskandar Muda, Meurah Popok yang tewas dihukum rajam oleh ayahandanya karena dituduh berzina

Kerkhof kembali menjadi amat menari usai restorasinya di tahun tujuh puluhan kala, seorang pensiunan kolonel KNIL yang berdinas di Korps Marsose, Johann Brendgen  melakukan perjalanan untuk pertama kalinya sejak kemerdekaan Indonesia ke Aceh,

Ia melihat pemakaman Peucut yang tidak terawat dengan banyak batu nisan yang hancur dan rusak serta hamparan rumputnya yang dijadikan tempat untuk menggembala kambing.

Dengan menjalin kerjasama bersama pihak berwenang Aceh dan para donatur dari Belanda, Kolonel Brendgen kemudian berinisiatif mendirikan sebuah yayasan yang diberi nama “Yayasan Dana Peutjut” atau dalam bahasa  bernama  Stichting Peutjut – Fonds yang bertujuan menghimpun dan menyalurkan dana untuk perawatan serta pemeliharaan pemakaman ini.

Usai tsunami  Yayasan Dana Peutjut mengucurkan dana untuk perbaikan Kerkhof Peucut pasca mengalami kerusakan akibat bencana Tsunami .

Untuk Anda juga tahu Kerkhof Peucut  merupakan gabungan Bahasa Belanda dan Aceh. Kerkhof adalah Bahasa Belanda untuk kuburan yang secara harfiah berarti Halaman Gereja dan Peucut sendiri artinya adalah Putra Kesayangan.

Kalau Anda datang ke Kherkof sapukanlah pandangan ke gerbang utamanya. Di bagian atas pintu gerbang  yang megah dan berwarna kombinasi coklat dan kuning tua, terdapat prasasti marmer bertuliskan kata dalam Bahasa Belanda “Aan Onze Kameraden Gevallen op hetVeld van Eer”

Artinya kira-kira Kepada Teman Sejawat yang Gugur di Medan Laga”.

Kemudian, persis di bawahnya juga terdapat terjemahan dalam akasara Arab  dan Jawa.

Tidak mengherankan karena sesungguhnya yang dimaksud tentara Belanda disini tidak seluruhnya etnis Belanda. Kalau dilihat dari namanya banyak juga nama Jawa, dan juga etnis lain di nusantara yang tergabung dalam tentara Belanda .

Di dinding tembok tertulis semua nama penghuni yang disusun berdasarkan tahun gugur dan juga berdasarkan abjad.

Nama-nama ini menjadi abadi dan kondisi makam juga terlihat sangat terawat dan teratur rapih. Sebuah pemakaman tentara Belanda yang cukup besar dan bahkan terbesar di luar negri Belanda.

Memasuki kompleks makam terlihat deretan makam yang umumnya bercat putih. Ukurannya tidak seragam, ada yang besar dan ada juga yang kecil.

Namun yang sangat menarik adalah makam Jendral Kohler yang sebenarnya pertama kali dimakamkan di pemakaman Kober Kebon Jahe yang sekarang menjadi Taman Makam Prasasti dan di ujung tahun tujuh puluh kerangkanya dipindahkan ke Aceh.

Jika berkunjung ke Kherkhof jangan alpa  berjalan ke bagian tengah komplek dan Anda  akan menemukan sebuah kompleks makam kecil yang dinaungi sebuah pohon tua yang rindang  yang menyatakan tempat ini sebagai Situs Cagar Budaya.Namun

Makam yang ada disini memang berbeda dengan kebanyakan makam Belanda yang terlihat sangat terawat lengkap dengan salib dan tulisan dalam Bahasa Belanda.

Makam disini bentuknya makam muslim dengan batu nisan modelPersia. Ternyata ada lagi sebuah papan nama yang tertulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris yang sayangnyaterlihat kurang rapih, bahkan pernah diralat dan terkesan sedikit suram.

Selain itu disini juga Anda bisa merenung sebuah pesan  betapa adilnya Sultan Iskandar Muda dalam pelaksanaan hukum Syariat yang bahkan dilaksanakan kepadaanak lelaki tunggal tersayang.

Kisah Meurah Pupok memang menjadi semacam tragedi dalam kisah kejayaan Kerajaan Aceh ketika putra mahkota harus dihukum mati oleh sultan karena telah berzinah.

Namun kemudian timbul dugaan bahwa sang putera mahkota mungkin telah ,menjadi korban dari suatu konspirasi politik,

Kunjungan sejenak ke Kerkhof Peucut ini memberi kita suatu pelajaran dan tauladan yang sangat mengharukan.Ketegasan sultan dalam menerapkan hukum yang seadil-adlinya bahkan terhadap puteranya sendiri

Exit mobile version