Harga emas global hari ini, Rabu pagi WIB, kembali melemah setelah pada perdagangan sebelumnya sempat menguat tajam.
Penurunan harga emas terjadi karena tekanan dari penguatan dolar AS.
Seperti ditulis “reuter,” harga emas di pasar spot turun nol koma tiga persen
Pada perdagangan kemarin, Selasa, harga emas di pasar spot sempat menyentuh level tertinggi
Sedangkan untuk harga emas berjangka naik.
“Kami melihat siklus investor telah beralih dari emas ke pasar saham,” jelas broker komoditas senior RJO Futures, Chicago, AS, Phillip Streible.
Ia melanjutkan, aksi ambil untung dari investor di logam mulia ini juga menambah tekanan sehingga harga jatuh. “Indeks dolar AS dan pasar ekuitas memainkan peranan penting kepada harga emas saat ini,” lanjut dia.
Penguatan dolar AS membuat harga emas lebih mahal bagi para pelaku pasar atau investor yang bertransaksi menggunakan mata uang di luar dolar AS.
Dengan mahalnya harga emas tersebut membuat permintaan turun.
Dolar AS memang menguat pada perdagangan Selasa ini setelah sehari sebelumnya mengalami tekanan hingga ke level terendah dalam empat bulan.
Penguatan dolar AS tersebut dipicu oleh komentar dari Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat dari Kansas Esther George yang menyatakan bahwa ia membutuhkan rincian dari proposal reformasi fiskal yang diajukan oleh Presiden AS Donald Trump.
Pada perdagangan sehari sebelumnya atau pada Senin, harga emas mampu reli hingga satu persen pada perdagangan Senin setelah kegagalan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mendorong paket reformasi kesehatan pada Jumat kemarin.
Para investor mempertanyakan kemampuan dari Trump untuk mewujudkan janji-janji kampanye.
“Kenaikan harga emas ini sepenuhnya karena pelemahan dolar AS,” jelas analis Commerzbank, Carsten Fritsc. “Terjadi Trumpflation setelah kegagalan dia untuk mencabut Obamacare,” lanjut dia.
Sebelumnya ada perkiraan harga emas akan naik pada pekan ini.
Hal itu didorong potensi dolar Amerika Serikat melemah.
Meski demikian, penguatan harga emas akan terbatas seiring pelaku pasar fokus terhadap pemungutan suara untuk rencana Rancangan Undang-Undang Kesehatan
Berdasarkan hasil survei mingguan, sekitar enam puluh lima5 persen pelaku pasar memprediksi harga emas akan menguat. Sedangkan tiga belas persen meramal harga emas akan merosot.
Sedangkan dua puluh dua persen melihat harga emas akan mendatar.
Pada pekan lalu, harga emas naik satu setengah persen
Pelaku pasar melihat potensi pelemahan dolar AS dapat membantu penguatan harga emas. “Dolar AS mulai berjuang,” ujar Analis Forexlive.com, Adam Button, seperti dikutip dari laman Kitco.
Analis LaSalle Futures Group Charlie Nedoss memprediksi, dolar AS cenderung melemah.
Hal itu lantaran rencana bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve memperketat kebijakan moneter berdampak terhadap dolar AS.
Sementara itu, Direktur Pelaksana American Precious Metals Advisors Jeffrey Nichols menuturkan, ketidakpastian politik akan mendung harga emas.
Dia menambahkan, jika RUU itu tidak lolos di legislatif maka bisa kemungkinan gagal di senat.
“Kegagalan reformasi kesehatan dapat mengubah pandangan pasar dan masyarakat soal Presiden AS Donald Trump,” ujar dia.
Ia menuturkan, krisis politik di AS yang menghangat dapat mendukung harga emas.
Ketika risiko geopolitik memberikan dukungan untuk pasar emas, Hansen memperingatkan investor juga perlu memperhatikan pasar komoditas secara keseluruhan.
Harga komoditas yaitu tembaga dan minyak yang melemah dapat batasi penguatan emas.
Saat ini investor lebih banyak berhati-hati untuk pertumbuhan dan inflasi global.
Sentimen ini negatif untuk pergerakan harga emas.
“Kita butuh harga emas dapat tembus US$ 1.265 per ounce sehingga menarik dana untuk beli emas,” ujar dia.