Sehari setelah berada di posisi stabil usai terjerembab oleh penguatan dollar, hari ini, Kamis, 11 Oktober, harga emas di Comex kembali moncreng bersamaan dengan melemahnya Wall Street.
“Harga emas menguat didorong sentimen bursa saham Amerika Serikat atau wall street yang turun tajam,” tulis laman keuangan terkenal “Bloomberg,” Kamis pagi WIB.
Menurut media itu penguatan ini dipicu kenaikan imbal hasil obligasi atau surat utang. Namun, kenaikan imbal hasil itu batasi kenaikan harga emas.
Harga emas untuk pengiriman Desember naik nol koma dua persen per ounce.
Sementara itu, imbal hasil obligasi AS bertenor sepuluh tahun naik tiga basis poin ke posisi tiga koma tiga puluh dua persen.
“Harga emas stabil dalam kisaran sempit karena dolar AS melemah dari posisi tertingginya dalam tujuh minggu. Dolar AS tetap kuat didukung data ekonomi dan harapan kenaikan suku bunga,” ujar Wakil Presiden Direktur Oanda, Dean Popplewell, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis ;pagi WIB
The Federal Reserve telah menaikkan tingkat bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini. Diperkirakan menaikkan suku bunga acuan untuk keempat kalinya pada Desember, serta melanjutkan tren pengetatan pada tahun depan.
Logam mulia sering digunakan untuk aset dipegang sementara oleh investor. Harga logam mulia rentan melemah dipengaruhi sentimen terutama suku bunga.
Suku bunga cenderung mengangkat dolar AS dan meredupkan daya tarik emas. Selain itu, pasar saham juga rentan tertekan seiring imbal hasil obligasi yang meningkat.
Kemarin, Rabu, 10 Oktober, sehari setelah terjengkang oleh penguatan dollar dan beralihnya para investor ke asset lainnya
Dan harga emas kembali stabil karena kenaikan nilai tukar dolar AS diimbangi oleh penurunan pasar saham.
Seperti ditulis laman keuangan “bloomberg,” harga emas di pasar spot tidak berubah atau tetap Sebelumnya harga emas sempat menyentuh angka terendahnya
Sedangkan untuk harga emas berjangka ditutup naiknol koma dua puluh empat persen per ounce.
“Perang perdagangan antara AS dengan China dan peningkatan volatilitas pasar saham adalah faktor-faktor yang mendukung kenaikan harga emas,” jelas David Meger, analis logam mulia di High Ridge Futures.
“Namun sentimen tersebut ternyata diimbangi dengan kenaikan suku bunga,” lanjut dia.
Suku bunga obligasi yang lebih tinggi meningkatkan permintaan akan dolar AS sehingga nilai tukarnya juga terdorong naik.
Penguatan dolar AS ini tentu saja memberikan tekanan kepada harga emas karena harganya akan lebih tinggi bagi mereka yang bertransaksi menggunakan mata uang di luar dolar AS.
Pada perdagangan sehari sebelumnya, harga emas turun lebih dari satupersen karena para investor mencari perlindungan dari penguatan dolar Amerika Serikat, yang telah didorong data ekonomi AS yang memperkuat ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut.
“Dolar AS yang kuat dan ekspektasi kenaikan suku bunga menekan harga emas. Hal ini menakut-nakuti investor emas,” kata Carlo Alberto De Casa, Kepala Analis ActivTrades.
Harga emas telah jatuh lebih dari dua belas persen dari puncaknya pada bulan April sebagian besar karena kekuatan dolar, yang mencerminkan ekonomi AS yang dinamis, meningkatnya suku bunga AS dan kekhawatiran perang perdagangan global.
Dolar yang lebih kuat membuat emas yang dibanderol dalam denominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Pasar saham global jatuh karena kepercayaan investor terpukul dari lonjakan minggu lalu di tengah kekhawatiran tentang sengketa perdagangan AS-China.
Kondisi ini diperparah ketika Bank Sentral China mengeluarkan kebijakan berupa pemotongan rasio cadangan wajib sebesar satu persen untuk penyimpanan renminbi mulai pertengahan Oktober mendatanmg Hal ini bertujuan untuk menurunkan struktur biaya pembiayaan.