Site icon nuga.co

Pangkal Cerita

“Kok senyap amat.” sapa saya keseorang teman pejabat investasi negeri ini di sebuah pagi. Hari  itu hari pertama  pekan pertama Februari ini.

Sapa itu dijawab langsung

“Iya ya,”  katanya tanpa menyisakan potongan kalimat lanjutan yang telah siapkan.

Reaktif sekali sergapan jawabnya di dua potong kata “iya ya.”

Ternyata ia ngeh dengan sapa saya. Yang membuat saya berbisik, “wuih cerdasnya.”

Sang teman memang anak cerdas. Cerdas menangkap pangkal tanya yang berbalut misteri dan belum terucapkan.

Pangkal tanya saya  itu langsung  diburainya lewat jawab

“Tentang gelembung investasi Murban Energi Pulau Banyak itu kan bang?”

Saya terengah mendengar jawabannya. Terdiam dan mengguman. “Kok reaktif amat ya.” Macam pasukan elit kopasus berlabel  reaksi cepat aja

Ia menohok ceruk memori di otak kecilnya saya. Memori gelembung investasi murban energy.

Gelembung investasi yang soh di awal November tahun lalu. Yang membuatnya menjadi semak belukar berita koran, televisi, media online serta media sosial di November tahun lalu

Gelembung investasi yang pecah dan isinya uap angin.

Uap angin yang ditepuk oleh banyak pejabat lewat jawaban oral untuk menjadi isian berita di banyak media. Jawaban basa basi sebagai langkah tertunda. Tertunda untuk memberi keleluasaan bagi murban energy melakukan kajian dan analisis ulang.

“Hanya pergeseran waktu,” kata banyak pejabat terhadap sohnya teken meneken memorandum of understanding di Abu Dhabi itu. Sebuah ucapan gayung bersambut.

Gayung yang isian airnya telah tumpah. Dan diisi lagi dengan kata pergeseran waktu. Waktu yang telah berumur tiga bulan kala saya menurunkan tulisan ini.

Tiga bulan yang senyap dan tak sepenggal rilis pun yang diapungkan.

Saya hanya bisa manggut-manggut terhadap “daleh” – alasan- para pejabat. “Daleh” kemasan humas berantene pendek yang tak bisa menyambung sinyal yang bunyinya krek..kerkk di saluran digital era now.

Sinyal yang tak pernah tersambung lagi sejak ia menguap di awal November hingga pertengahan Februari usai tahun berganti.

Padahal sebelumnya ada suara koor dari orkestra musik pengiring dalam syair “emirat arab kepincut  pesona pulau banyak. Emirat  arab yang menyatakan minat membangun resort’

Resort Pulau Banyak.

Resort yang menyeret nama petinggi murban energy Suhail Al-Mazroui

Hingga dikoorkan oleh pejabat  setingkat “eungkot bada” yang ber intelegence quotients dibawah rata-rata. Pejabat yang mengatakan rencana murban energy itu hanya tertunda.

Saya tak bisa membegal pernyataan pejabat akar rumput yang nggak tahu a-be ce nya bisnis investasi global. Tingkat bisnis u=em-ka-em saja mereka tak faham.

Kalau mereka paham nggak adalah predikat “juara aceh miskin” yang dikalungkan lembaga be-pe-es

Untuk alasan pejabat “eungkut bada” ini saya tek ingin larut dalam galau.

Pejabat setingkat  Luhut Binsar Pandjaitan saja yang ikut mengkhazanahkan resort pulau banyak itu tak banyak mengumbar alasan atas padamnya berita murban energy itu.

Padahal telah membuncahkan angka lima ratus juta dollar untuk besaran investasinya murban energy di resort Pulau Banyak.

Anda tahulah besaran angka dollar yang dibocorkan pak Luhut itu. Jika diteruskan dengan nilai tukar rupiah wuih..

Tujuh koma satu triliun rupiah. Saya tak tahu berapa puluh tong kalau kertas merah bergambar bung karno disusun berjejer dalam bentuk pak untuk harga investasi itu.

“Saya  punya hubungan baik dengan mereka. Maka kita akan coba kawinkan planning kita dengan road map mereka,” ungkap Luhut dalam sebuah  acara gernas bbi Aceh, di ujung pekan pertama bulan September tahun lalu.

Entah kawin apa. Saya nggak tahu cerocos Luhut kala itu. Sebagai orang batak Luhut  seharusnya menjelaskan apakah bentuk kawin investasi itu. Kawin paksa, kawin pinangan atau kawin ijab kabul.

Luhut biasanya kan bisa tembak langsung. Berterus terang. Itu memang gayanya. Gaya prajurit komando yang terlatih di jajaran tenara anti teror

Bocoran Luhut bukan hanya mahar dan kawin investasi. Tapi juga juga berlanjut ke kawin bulan madu.

Resort ini nantinya menjadi tempat favorit  Pangeran Abu Dhabi Crown Prince Mohammed bin Zayed Al Nahyan. Tempat liburan sang pangeran yang akan  dibuatkan  jalur penerbangan langsung. “Direct flight Abu Dhabi – Singkil.

Sampai dengan pertengahan tulisan ini saya mencoba berdamai dengan kabar pejabat akar rumput. Yakin aja – tapi belum hakkulyakin. Begitu juga dengan ocehan Luhut.

Yang saya hakkulyakin murban energy itu  sudah punya resor di Maladewa dan Seychelles. Dan ingin menyambung duitnya ke Pulau Banyak dengan hitungan untuk rugi. Hitungan kapan pulan g modalnya- break event point.

Dan kapan pula menuai labanya.

Dan hakkulyakin juga terhadap pernyataan dubes indonesia untuk emirat arab, Husin Bagis, tentang jarak waktu lima jam penerbangan dengan pesawat untuk sampai ke pulau banyak sebagai  keuntungan lain

Yang nggak saya hakkulyakin adalah tak ada lagi satu media beneran atau media hoax yang mengibaskan tulisannya tentang janji yang mengapung ini.

Janji yang mengapung untuk diturunkan ke pulau balai, pulau panjang atau pun ujung sialit.

Janji juga untuk sebuah letter of intens dari memorandum of understanding beserta roadmap pulau banyak yang resort emir arab itu.

Janji kesana, seperti di sampaikan seorang rekan, yang namanya nggak usah di sebut. takut dikulik sebagai komplotan penulisl, masih panjang. Masih berliku.

Saya takut menuliskannya janji palsu.

Sebab kalau janji itu bisa menjadiletter of intens saja saya pasti dituding sebagai penulis “hoax.”

Yang pasti janji itu masih terbungkus dalam bahasa santunnya studi ulang dan perbaikan persyaratan.

Mungkin belum feasible. Masih dibutuh studi berlapis. Maklum sajalah kan uang itu tak punya agama. Tapi juga tak anti agama.

Sang rekan, yang sudah puluhan tahun bermukim  di Abu Dhabi, dan bekerja di sebuah corporat  investasi, ketika kembali saya hubungi tentang investasi murban energy di pulau banyak ini hanya tertawa

Interogasi saya lewat video call tentang kapan penanda tanganan agrement  itu ia hanya menjawab lewat gerakan tutup muka penuh lewat dua tangan. sembari mengeluarkan suara bisikan,” malu ah.”.

“Ah… nggak usahlah saya ditanyai macam-macam. Saya tahu Anda seorang jurnalis. Bukan wartawan odong-odong,” katanya dalam nada canda diiringi tawa lepas.

“Apakah masih merupakan pepesan kosong?” tanya saya mengejar jawabannya sebelum ia tertawa lagi. “Entahlah?” jawabnya mengalihkan pembicaraan

Pembahasan tentang keindahan Pulau Banyak akhirnya tak berlanjut menjadi topik utama kami hari itu.

Saya menyapanya dengan adios dan salam pisah di ujung pembicaraan.

Lantas, hari itu juga, saya beralih mencari jawab lewat tanya dengan seorang rekan lain

Maaf,  saya tak ingin menulis namanya.

Untuk Anda tahu, sang rekan  yang saya interogasi itu adalah anak “ketelatan” yang sukses menapak karir sebagai prefesional di bidang investasi.

Ia berasal dari trah anak “ketelatan”  Anak “ketelatan” yang merupakan sebutan “bogok” kami sejak remaja bagi mereka yang “keluar” dari Aceh Selatan di akhir tahun enam puluhan

Ia memang anak “ketelatan” yang  berasal dari sebuah desa terpencil di ujung Bakongan. Desa Seubadeh.

Melewati jenjang pendidikan sekolah menengah  di Tapaktuan untuk kemudian  beringsut melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di salah satu universitas  terkenal di Jawa ia menjadi lelaki sukses

Sukses sebagai tukang hitung.

Sejak menanjak remaja ia memang senang dengan hitung-hitungan dan menyelesaikan pendidikan akuntansinya dengan cumlaude dan bekerja di Jakarta, Singapura, Taiwan serta Abu Dhabi.

“Saya concern dengan investasi resort di Pulau Banyak Namun tidak terlalu senang dengan investor luar. Kenapa nggak di bangun lewat kreatifitas anggaran daerah atau pusat. Kok dikit-dikit asing,” katanya dengan nada meradang.

Saya menenangkan radangan suara baritonnya Tapi ia lanjut  memberitahu bahwa Murban Energi itu ada adukan Cinanya. Kelak mereka akan menyerahkan manajemenya dengan Cina dan ujungnya akan masuk tenaga kerja Tiongkok.

“Aneuk aso lhok i pe tak. Alasannya sepele. Nggak bisa kerja. Kita akan dapat remeh temehnya.”

Saya mengamini celotehan sang rekan.  Ia banyak benarnya. “Investor asing itu nyinyir lho bang. Mereka ingin enaknya saja. Mereka selalu mengecilkan faktor resiko.”

“Yang digimbalnyakan kita,” tambahnya.

Saya hanya bisa menyahut di ujung pembicaraan, Wallahualam…

Terlepas dari ocehan ala meunasah berbasis intelektual sang rekan, pecahnya gelembung investasi Murban Energi di Pulau Banyak, yang isinya hanya angin surga  seperti yang saya tulis tiga bulan lalu,  memang sudah saya prediksi

Sebagai jurnalis yang dibesarkan oleh media berjargon investigasi reporting dan beriklan “enak di baca dan perlu,” saya menangkap ada keluguan dari ekspose pejabat lokal dan pusat tentang investasi ini.

Nggak percaya?

Bacalah isi media saat itu di google search. Baik cetak maupun medsos. Yang mengutip keterangan gubernur hingga  bupati hingga ke ngomong Luhut Binsar Panjaitan.

Semua isinya kutipan. Yang dari judul hingga isinya hanya kalimat tanya.

Tak ada jawaban di sana.

Saya sendiri semula ingin mengejar rencana investasi ini kembali Sempat berbincang dengan seorang kawan untuk buka-bukaan. Tapi terhalang oleh etika. Saya nggak mau menjerumuskan sang kawan dalam kancah konflik yang bukan tupoksinya.

Pembicaraan kami hanya sekadar wawasan. Ia ternyata juga gregetan. Datangi aja nama ini pak, katanya menyebut sebuah nama dan jabatannya. Lantas ia memberi nomor telepon dan berjanji akan mengontaknya

Setelah berpikir lebih arif saya tak mau mendatangi sang nama. Baik fisik maupun lewat sapaan. Sebab saya tahu ia juga gundah dengan road map yang ia persiapkan untuk hadirnya resort milik emirat itu dibengkalaikan oleh waktu

Saya tahu ia terlalu capek dengan bisikan akal sehatnya. Sebab berbulan-bulan menyusun planning sembari menyusun teks memorandum of understanding untuk diteken tetapi menguap menjadi janji “aku” akan datang lagi.

Capek untuk memformat tentang syarat ketersediaan sebuah bandara representatif.

Bandara  yang saya dapatkan keterangan sahihnya,  masuk dalam point draft agremen investasi Murban Energie.

Untuk itulah pemda Singkil menerima amanah untuk memperluas run awaynya. Landasan pacunya. Tujuannya, jelas. Untuk bisa didaratan pesawat berbadan lebar.

Banyak pihak yang tidak setuju terhadap perluasan ini kalau harus jadi beban pemda. Apalagi ganti rugi tanah yang harus dibebaskan cukup besar. Sedangkan memorandum of understanding belum juga jadi kenyataan.

Seperti Anda tahu pembebasan tanah ini masih menjadi sengketa dan sedang terjadi tarik ulur antar pihak

Cata saja, Ini baru satu tipu-tipuan untuk memuluskan mou. Saya tak mau memanjangkan tulisan tentang run away  bandara seikh hamzah fansuri itu.

Discus lain yang tak kalah rumitnya adalah pengaturan jalur penyeberangan  Singkil – Pulau Banyak.

Dan entah apa lagi yang menjadi tetek bengek. Saya nggak tahulah.

Lebih baik saya menyudahi tulisan ini dan menanti heboh baru bahwa resort itu menjadi sesuatu

Sesuatu yang tidak lagi saya layangkan dalam sapa tanya ke banyak sumber

Sebab sapa tanya itu bisa diartikan nyinyir. Saya juga takut dilabel dengan gaek nyinyir.

Takut juga dikatai,”itu fitrah” orang gaek.

Apalagi ditambah tiupan peluit offside  sebagai wartawan gaek…

Ah ah ah…..

Exit mobile version