Kemacetan lalu lintas?
Sebuah pertanyaan rumit yang datang bersama bayangan menakutkan ketika pengendara harus beringsut dijalanan hingga berjam-jam.
Dan apakah kemacetan lalu lintas dapat diprediksi, dua jam atau satu jam sebelumnya?
Itulah pertanyaan yang menggoda dan ingin dijawab oleh Microsoft bersama Federal University of Minas Gerais di Brazil.
Dan pertanyaan itu pula yang sedang diuji oleh para peneliti kedua lembaga itu.
Microsoft sebagai perusahaan piranti lunak, tentu saja akan kebagian bagaimana harus mengolah solusi dari sisi data.
Dalam blog Microsoft Research Connectio, perusahaan yang didirikan Bill Gates itu menamai eksperimen mereka sebagai Traffic Prediction Project.
Targetnya adalah mereka bisa mengetahui di mana akan terjadi kemacetan dalam rentang waktu limas belas menit hingga satu jam ke depan.
Bila telah mengetahui potensi kemacetan di suatu tempat, pengemudi bisa memilih jalan alternatif atau mencari solusi lain. Dampak kemacetan pun bisa dikurangi sedemikian rupa.
Microsoft bersama University of Minas Gerais menggunakan data dalam jumlah besar agar prediksi bisa lebih tepat.
Data ini diperoleh antraa lain dari info milik departemen trasportasi, peta lalu lintas Bing, kamera dan sensor yang ada di jalanan, hingga jejaring sosial yang menunjukkan lokasi pengemudi kendaraan.
Data yang jumlahnya mencapai beberapa terabyte itu pun diproses menggunan algoritma khusus. Sebagai pelengkap usaha mereka, Microsoft memanfaatkan layanan Azure miliknya sebagai platform eksperimen.
Hingga kini, para peneliti dalam proyek terkait sudah berhasil meramal lalu lintas di kota-kota rawan macet seperti New York, Los Angeles, London dan Chicago.
Nilai ketepatan ramalan itu pun tergolong tinggi pada delapan puluh persen.
Mereka berharap nilai ketepatan ramalan bisa naik mencapai sembilan puluh persen saat sudah berhasil menggabungkan data-data soal kecelakaan dan jejaring sosial ke dalam Traffic Prediction Projet.
“Lain waktu nanti, Anda akan bisa tetap tenang meski jalan raya yang akan dilalui sudah terlihat seperti taman parkir sempit dan panjang.”
“ Bayangkan saja bagaiman Microsoft Azure dan Traffic Prediction Project ini akan membuat Anda lepas dari masalah seperti itu di masa depan,” tutup Senior Program Manager Microsoft Research Juliana Salles dalam blog tersebut.
Sebelumnya, Microsoft juga sedang berencana membawa aplikasi menarik buatannya ke Android dan iOS.
Aplikasi ini bernama Office Lens dan punya kemampuan untuk mengubah kamera ponsel menjadi pemindai dokumen apapun.
Tanpa Office Lens, pengguna hanya bisa menggunakan kamera ponsel untuk memotret saja. Bila sudah menggunakan aplikasi ini, pengguna bisa memotret papan tulis atau dokumen lalu mengeditnya secara digital.
Perubahan dari foto hasil pemindian menjadi dokumen berbasis teks tersebut dapat terjadi karena memanfaatkan fitur optical character recognition.
Ketika pengguna memotret sebuah dokumen, Word akan mempertahankan bentuk layout yang terekam lalu menggunakan OCR itu untuk mengenali karakter yang akan diubah menjadi teks.
Fungsi tersebut sebenarnya mirip dengan beberapa aplikasi lain yang sudah ada di Android atau iOS. Sebut saja Scanner Pro, Scanbot dan Evernote. Lalu apa kelebihan Office Lens bila harus disandingkan dengan aplikasi sejenis?
The Verge, menulis Microsoft memanfaatkan aplikasi populer lain miliknya sebagai nilai tambah untuk Office Lens.
Aplikasi ini menyatu dengan Microsoft Office, sehingga dokumen hasil pindai dapat langsung diubah menjadi dokumen berformat Word, PowerPoint, bahkan PDF.
Hal menarik dalam Office Lens dapat dirasakan pengguna ketika memindai papan tulis.
Foto hasil pindai tersebut otomatis akna di-crop dan diputar, bahkan PowerPoint bisa mengubah tulisan tangan di papan tulis menjadi objek yang dapat diatur lokasi, ukuran, hingga warnanya.
Saat ini Microsoft sudah meluncurkan pratinjau Office Lens untuk iOS. Sedangkan versi pratinjau untuk Android masih menunggu kesiapan apalikasi tersebut.
Penggarapan aplikasi Office Lens merupakan bagian dari strategi baru Microsoft yang fokus pada aplikasi iOS dan Android. Perusahaan asal Amerika ini menyebutnya sebagai strategi mobile-first.
Namun perlu dicatat, dari strategi mobile-first ini tampak kecenderungan Microsoft untuk mendahulukan iOS dan Android ketimbang Windows.
Masih mengutip dari The Verge, awal tahun ini saja, mereka membuat aplikasi Office for iPad, yang memperoleh optimalisasi untuk pemakaian di layar sentuh. Aplikasi serupa yang dioptimalkan untuk iPhone sudah meluncur duluan pada tahun lalu.
Sayangnya di sisi lain ada pengguna Windows yang seolah diabaikan. Pengguna ponsel dan tablet Windows, yang sebenarnya merupakan inti bagi Microsoft, justru telat mendapat pemutakhiran serupa versi iOS.
Hal serupa juga dirasakan ketika Microsoft mengeluarkan Skype versi iOS dan Android. Pada aplikasi ini masalah yang muncul adalah soal kinerja. Vers iOS dan Android lebih cepat bila dibandingkan dengan versi Windows Phone.
Sumber: The Verge dan Microsoft Research Blog