Site icon nuga.co

Sihir Pokemon Go Kalahkan Clash Royal

Sihir Pokemon Go kini makin merajalela dengan berhasil mengalahkan kepopuleran permainan “clas royale.”

Sebelumnya, seperti diungkapkan laman situs “ubergizmo,” Jumat, 15 Juli 2016, Pokemon Go sudah berhasil menundukkan akses konten porno serta membuat Twitter dan Snapchat harus berada di bawah peringkatnya.

Pengungkapan “ubergizmo” itu dirilis berdasarkan hasil sebuah lembaga riset terkenal yang  turut memerhatikan game ini secara instan

“fame ini berhasil  menyihir masyarakat global untuk ramai-ramai berburu Pokemon di berbagai tempat. Dan berdasarkan data yang kami himpun Pokemon Go berhasil mengalahkan Clash Royale,” ungkap lembaga riset dari firma analisis SimilarWeb.

Pokemon Go yang hadir di  di Amerika Serikat sejak 06 Juli lalu, popularitasnya meroket dalam sekejap.

Bahkan mayoritas pengguna lebih rela menghabiskan waktu bermain Pokemon Go ketimbang Snapchat dan Instagram.

Empat hari setelah dirilis di AS, tercatat penggunaan Pokemon Go per harinya mencapai sepuluh koma delapan  persen dari total pengguna ponsel Android.

Angka tersebut mengalahkan permainan Clash Royale yang hanya berada di angka satu koma tujuh persen dan Slitherio dengan jumlah di bawah satu persen.

Diketahui Clash Royale hasil gubahan Supercell cukup populer sejak diluncurkan pada awal tahun lalu. Sedangkan Slitherio yang dirilis pada Maret dikembangkan oleh Steve Howse.

Wabah Pokemon Go yang mendunia ini memang fenomenal.

Game besutan Niantic Inc. itu  telah berhasil mendongkrak saham Nintendo sebesar dua puluh empat persen dan meningkatkan nilai perusahaan mencapai tujuh koma lima miliar US Dollar.

Sebelumnya ada survei dari lembaga riset Sensor Tower yang menjelaskan durasi penggunaan para gamer Pokemon Go per harinya, yaitu tiga puluh tiga  menit.

Kehebohan permainan Pokemon Go yang mewabah di kalangan anak muda tercatat mampu menyaingi jejaring sosial Snapchat dan Twitter.

Pokemon Go yang memanfaatkan teknologi augmented reality ini memungkinkan para gamer seolah-olah menjadi trainer dan memburu Pokemon virtual di dunia nyata.

Game yang dikembangkan oleh Niantic Inc. asal San Francisco ini sejatinya baru resmi diluncurkan di Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru.

Pokemon Go digunakan setiap harinya oleh lebih dari enam puluh  persen dari perangkat Android di AS yang sudah mengunduh aplikasi tersebut.

Ini artinya, sekitar tiga persen dari seluruh populasi perangkat Android adalah gamer Pokemon Go.

Melihat data persentase SimilarWeb, angka tiga persen tersebut memepet jumlah pengguna aktif harian Twitter di AS yang stagnan di sekitar 3,5 persen.

Data lain yang lebih mencengangkan adalah dari segi pemakaian waktu. Aplikasi Snapchat hingga pesan instan WhatsApp berhasil ditaklukan Pokemon Go.

Belakangan ini ramai pemberitaan para gamer rela menghabiskan lebih banyak waktu untuk bermain Pokemon Go dengan rata-rata empat puluh tiga menit per harinya.

Sementara rata-rata netizen menggunakan WhatsApp dalam satu hari sekitar tiga puluh menit  detik. Urutan ketiga ditempati Instagram dan di bawahnya baru ada Snapchat dan Facebook Messengerk.

Permainan Pokemon Go sejatinya memungkinkan pemain untuk menangkap Pokemon yang menghuni di taman, pusat perbelanjaan, trotoar, dan pedesaan di tempat-tempat seluruh dunia.

Hal ini mampu membuat para gamer ‘tenggelam’ di dunia augmented reality untuk mencari Pokemon di segala sudut lokasi.

Banyak pihak yang memperingatkan para pengguna Pokemon Go agar tetap fokus terhadap dunia nyata dan waspada dengan lingkungan sekitar demi terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Banyak yang melaporkan sejumlah kejadian berbahaya, seperti dirampok, terjatuh, hingga tertabrak mobil.

Semuanya terjadi karena para gamer tersebut terlalu asyik bermain dan fokus pada ponsel, sehingga banyak yang lalai tidak memperhatikan situasi sekitar.

Bermain Pokemon Go memang seru. Pemain diajak berjalan-jalan sambil berburu monster imut Pokemon yang seolah benar-benar ada di dunia nyata.

Pokemon Go memadukan video yang ditangkap kamera ponsel dengan grafik komputer dan menampilkannya di layar gadget.

Teknologi yang dikenal dengan nama Augmented Reality  inilah yang disinyalir menjadi kunci popularitas game tersebut

Tidak memisahkan pengguna dari realitasnya, tapi justru menggunakan realitas itu dan mengubahnya,” sebut sebuah studi psikologi di jurnal Computers & Education.

“Efek ini bisa menimbulkan rasa terkejut dan penasaran di kalangan penggunanya,” lanjut studi itu. Anak-anak terutama menyukai paduan dunia nyata dan dunia virtual lewat AR.

Berbeda dari Virtual Reality, AR pun tidak memerlukan peralatan khusus seperti headset berharga mahal. Cukup bermodal smartphone yang sudah banyak dimiliki banyak pengguna gadget.

Selain itu, profesor marketing Russel Belk dari York University di Toronto mengatakan bahwa penerapan teknologi AR, dipadu konektivitas smartphone ke jagat internet, membuat kegiatan berburu dan mengoleksi Pokemon jadi semakin mengasyikan.

Keberhasilan berburu Pokemon pun bisa disebarkan lewat berbagai media sosial, seperti yang marak terjadi belakangan ini.

“Hal tersebut menjadi bahan percakapan. Ditambah lagi Pokemon bisa selalu Anda bawa ke manapun,” ujar Belk.

 

Exit mobile version