“The Blues” Chelsea, Kamis dinihari WIB, memenangkan laga final Europa League usai mengalahkan Benfica 2-1, di Amsterdam Arena, dalam pertandingan paling “menyesatkan,” menguras keringat dan penuh dengan spekulasi. Laga final Europa League bagi Chelsea dan Benfica, adalah “hiburan” bagi kedua klub ini, yang turun “kasta” dari Liga Champions usai tercampak di babak penyisihan grup.
Chelsea, musim kompetisi Champions lalu, adalah pemegang “sabuk” juara setelah mengalahkan Bayern Muenchen di Allianz Arena. Ketika itu “The Blues” di latih oleh Roberto Di Matteo, yang juga manajer “caretaker” seperti status yang disandang oleh Rafael Benitez sekarang.
Pialai Liga Europa yang berhasil didapat Chelsea adalah kompetisi “asing” untuk klub-klub ternama. Chelsea menamakan trofi sebagai “hiburan” dan kemungkinannya merupakan yang pertama dan juga, mungkin, yang terakhir bagi keikutsertaan ‘Si Biru’ dalam ajang itu.
Banyak klub ternama di Europa yang enggan mengikutinya karena nilai “jual”nya yang rendah. Dalam musim kompetisi mendatang, misalnya, Liverpool “The Red” dari Premier League sudah memutuskan untuk tidak ambil bagian. Meraka beralasan untuk konsentrasi di liga lokal.
Menurut para pengamat sepakbola, seperti Robert Allen dari surat kabar ternama “The Telegraph,” keengganan klub-klub papan atas liga Inggris disebabkan terkurasnya enerji tim. “Padahal nilai prestise hampir tidak ada. Kompetisi ini tidak populer. UEFA seharus mencoreng kompetisi ini dari daftar kegiatannya,” kata Allen. Dulunya Europa League dikenal dengan nama “Winner Cup.” Yang juga kurang diminati klub papan atas Europa.
Chelsea yang musim lalu menjuarai Liga Champions gagal mempertahankan gelar tersebut karena finis di posisi ketiga laga grup. Akibatnya ‘The Blues‘ harus rela “turun kasta” ke Liga Europa.
Dan di pertandingan final ini, seperti dikatakan Rafael Benitez, Benfica sebenarnya tampil lebih bagus. Babak pertama, Chelsea lebih tertekan dan menurutnya seperti “tanpa kaki”.
Chelsea baru bangkit di babak kedua dengan unggul lebih dulu lewat gol Fernando Torres. Benfica memang sempat menyamakan kedudukan lewat gol tendangan penalti Oscar Cardozo, tetapi kemudian Branislav Ivanovic mencetak gol dan memastikan kemenangan timnya dengan skor 2-1.
“Babak kedua kami bermain bagus melawan tim yang sangat bagus. Saya sangat puas dengan penampilan para pemain dan semua orang yang terlibat,” kata Benitez.
Tentang penampilan Chelsea di babak pertama yang kurang berkembang, Benitez mengatakan, “Kami harus beradaptasi. Mereka, para pemain telah bekerja dengan keras sepanjang musim ini. Saya bangga, ini (menjuara Liga Europa) bukan hal mudah. Saya benar-benar puas dan bangga,” tegas Benitez.
“Aku amat senang,” kata Torres kepada ITV dan dikutip BBC. “Itu adalah sebuah pertandingan yang amat sengit dan Benfica jauh lebih baik di babak pertama. Paruh pertama sama sekali tidak bagus untuk Chelsea. Kami amat ingin untuk menjuarai Liga Europa kali ini, dan mungkin ini akan menjadi peluang satu-satunya untuk melakukan hal tersebut,” kata rafa Benitez.
Musim depan Chelsea dipastikan kembali bermain di Liga Champions setelah mengamankan tiket kompetisi tersebut berkat posisinya di Liga Primer Inggris.
Tak ayal pencapaian ini bikin Benitez girang karena ia selalu berada dalam tekanan fans sejak kehadirannya November lalu dan terlebih kemenangan ini dicapai dengan susah payah, karena harus melewati dominasi Benfica sepanjang 90 menit.
“Performa hebat di babak kedua melawan tim yang sangat bagus. Saya sangat puas dengan penampilan pemain dan juga semua orang yang terlibat. Kami benar-benar mati kutu di babak pertama, karena kami harus beradaptasi,” ujar Benitez di ITV.
“Para pemain bekerja dengan sangat keras sepanjang musim ini. Saya sangat bangga ini tidaklah mudah. Saya sangat puas dan sangat bangga,” demikian dia.
Sementara itu klub Portugal Benfica yang bermain dengan sangat bagus, tapi Chelsea yang lebih beruntung memangkan pertandingan, memuncaki penampilannya dengan kegagalan untuk kelima kali di babak final pentas Eropa.
Mereka mengubur sebuah ambisi besar untuk meraih trofi. “Ini kegagalan yang menyakitkan. Kami datang ke Amsterdam ArenA dengan satu tekad. Juara. Tapi semuanya musnah. Ambisi itu harus terkubur,” ujar Jorge Jesus pelatih Benfica.
Sempat menyamakan kedudukan lewat gol tendangan penalti Oscar Cardozo setelah tertinggal oleh gol Fernando Torres, Benfica harus merelakan trofi Liga Europa melayang ke Chelsea akibat kebobolan oleh sundulan Branislav Ivanovic.
“Kami bermain sangat baik, tapi kami tak beruntung. Kami punya kualitas lebih baik dan kans lebih banyak, tapi tim terbaik pun tak selalu menang. Selamat untuk Chelsea,” kata Matic seperti dikutip dari situs uefa.com seusai pertandingan.
Hal senada disampaikan oleh pelatih Benfica Jorge Jesus, “Ini adalah final antara dua tim hebat. Kami memainkan pertandingan yang sangat bagus, namun kurang keberuntungan yang layak kami dapatkan,” jelas Jesus.