Site icon nuga.co

Pembrontakan Pemain di Chelsea

Chelsea, hari-hari ini, sedang dilanda kisruh oleh pemberontakan pemain usai sang pelatih menuding ada permainan untuk menyingkirkan dirinya yang dilancarkan oleh para pemain senior.

Tanpa menyebut nama, Mourinho mengindikasikan beberapa pemain senior sebagai pemicu rasa tidak puas terhadap diri, yang kemudian oleh media di Inggris disebut sebagai pemberontakan.

Walau pun berulang kali menepis rumor pemberontakan itu, terakhir ketika akan memainkan laga melawan Aston Villa, Sabtu malam WIB, 17 Oktober 2015, Mourinho tetap menepis kabar dari sejumlah media Inggris yang menyebutkan ada pemberontakan dari pemainnya.

London Evening Standard sebelumnya mengklaim Mourinho kesulitan mengendalikan pemainnya, menyusul hasil buruk di Liga Primer Inggris musim ini.

Namun, kepada talkSPORT, Mourinho menyebut kabar tersebut sebagai hal yang membuat sedih.

“Saya tak ambil pusing sebenarnya. Saya berbicara kepada pemain mengenai hal itu, dan pemain juga sedih mendengarnya, tapi tak perlu dipedulikan. Kabar itu membuat sedih,” kata Mourinho, Sabtu, 17 Oktober 2015.

“Kami tahu seperti apa kami, kami tahu hubungan di antara kami. Kami tahu kami berusaha kembali ke hal yang normal bersama, tapi cukup sedih karena orang bisa menganalisis situasi hanya dari sudut pandang sepakbola.”

“Mari mencoba mencari alasan mengapa tim ini bermain buruk dan kenapa sulit meraih kemenangan, tanpa kepentingan dan tanpa komentar yang tidak adil, karena hal itu bukan hal yang baik,” tandasnya.

Mourinho sebelumnya sempat diklaim ia tidak lagi punya kendali di ruang ganti klub, usai tim kalah di tangan Southampton sebelum jeda Internasional.

Namun berbicara pada talkSPORT, sang manajer mengatakan: “Itu menyedihkan, namun saya tak peduli. Benar, saya tak peduli. Saya berbicara dengan para pemain dan mereka juga sedih tentang itu.

“Kami tahu siapa kami, kami tahu hubungan di antara kami. Kami tahu kami akan berusaha bersama kembali ke situasi normal.

Namun sedih rasanya ketika ada banyak orang yang membuat analisa di luar sepakbola.

“Mari cari alasan mengapa kami tak bermain dengan bagus, dan mengapa kami tak bisa menang, tanpa agenda, tanpa komentar tak adil, karena itu tidak baik.”

Pemberontakan ini, seperti ditulis “daily mail,” disebabkan gaya kepemimpinan Mourinho, terus-terusan menekan pemain.

“Ibarat kuda, kamu tidak bisa selalu mencambuk mereka. Sebab, suatu saat kamu yang akan mereka tendang,” kata Ancelotti kepada FourFourTwo tentang kondisi kepemimpinan di Chelsea.

Ancelotti yang pernah dua musim di Stamford Bridge mengatakan itu tidak bermaksud menyindir Mourinho
Sepanjang karirnya, pelatih yang akrab dipanggil Don Carletto itu juga tak punya musuh.

Yang jelas, sekitar tiga musim setelah pernyataan Carletto, Mourinho dipecat dari Real.

Di Chelsea, tanda-tanda pemberontakan memang tidak kentara.

Tapi Mourinho memang tak berubah.

Metode yang sama masih dia terapkan. Dia masih menekan para pemain habis-habisan.

Bagi Mourinho, seorang pemain harus mengakui kesalahan dan belajar darinya. Bukan terus menerus mentoleransi performa buruknya.

Mourinho tidak merasa sikapnya mengkritik habis-habisan pemain senior seperti Terry dan Branislav Ivanovic sebagai sebuah kesalahan.

Dia mengakui, mereka adalah para pemain yang jadi “loyalisnya”. Tapi, bukan berarti mereka tak bisa dikritik. Bahkan di depan para pemain lainnya yang junior.

“Tidak ada pemain yang tak bisa dikritik di depan orang lain. Sebab, tugas saya adalah ‘melatih’,” katanya.

“Ketika saya mengkritik kesalahan bek kanan Ivanovic dan menggantinya dengan Ola Aina, ini adalah pelajaran.”

“Ketika saya mengkritik Gary Cahill dan John Terry dalam rapat tim, mereka jadi tahu keinginan saya. Bahkan saya juga mengkritik Pedro Pedro Rodríguez, pemain yang baru datang beberapa minggu di sini,” katanya.

Di tengah situasi krisis internal tersebut, manajemen Chelsea masih mempercayai Mourinho. Mereka percaya tim akan kembali ke jalur kemenangan di tangan mantan pelatih Inter Milan tersebut.

“Kami punya manajer yang tepat untuk mengubah situasi ini,” demikian bunyi pernyataan resmi Chelsea.

Masalahnya, dalam situasi seperti ini, tak hanya kepercayaan klub yang penting. Kepercayaan dari pemain kepada sang pelatih jauh lebih penting.

Mourinho bisa jadi bakal terus leluasa menghukum pasukannya yang bermain buruk.

Sampai mungkin suatu saat ada beberapa orang yang mengetuk ruangan Roman Abramovich, owner Chelsea, dan memberi pilihan sulit: Anda memilih kami atau Mourinho

Exit mobile version