Pemberontakan di Chelsea dimulai, usai kekalahan klub Stamford Bridge itu Sabtu malam, 07 November 2015, dari Stoke City, dengan satu tema, “singkirkan Jose Mourinho.”
Bersamaan dengan “pemberontakan” ini, Jose Mourinho, kini, sedang menghitung hari, disertai mulai berkibarnya bendera biru setengah tiang.
Pemberontakan di Chelsea kini terus bergulir usai gol tunggal mantan penggawa FC Internazionale, Marko Arnautovic, yang jadi penanda rekor buruk baru manajer The Blues, Jose Mourinho .
“Jose Mourinho has lost seven league games in a campaign for the first time as a manager. Humbled.”
Meski tak hadir di pinggir lapangan akibat skorsing, seperti dilansir Opta, kekalahan tersebut merupakan catatan ketujuh Mou di EPL musim ini.
Torehan itu merupakan jumlah kekalahan terbanyak The Happy One di liga domestik dalam semusim.
Sepanjang sejarahnya ia tak pernah mencatat kekalahan sebanyak itu, sejak memulai karier kepelatihan di Benfica lima belas tahun silam.
Kekalahan tersebut juga makin menenggelamkan Chelsea dengan kini duduk di peringkat enam belas klasemen sementara, dengan baru mengoleksi sebelas poin.
Lantas bagaimana sikap pemilik Chelsea Roman Abramovich?
Menurut Mirror, Senin, 09 November 2015, ia bakal mengambil keputusan soal masa depan Mourinho selama jeda internasional
Dengan sikap Abramovich ini periode kedua kepemimpinan Jose Mourinho sebagai manajer Chelsea hampir berakhir sebagaimana pemberontakan di ruang ganti membuat pemilik klub Roman Abramovich mempertimbangkan untuk memecat manajer paling populer dalam sejarah klub tersebut.
Semuanyamemahami bahwa Abramovich akan membuat keputusan terkait masa depan Mourinho selama dua pekan jeda internasional dan yang bersangkutan sudah bergerak untuk menghubungi sejumlah pengganti potensial.
Pertimbangan kunci Abramovich diyakini terletak pada apakah ia memiliki keyakinan bahwa Mourinho bisa membawa Chelsea finis di posisi empat besar musim ini, selagi sang juara bertahan kini sudah tertinggal tiga belas poin dari zona Liga Champions.
Tampaknya sangat tidak mungkin The Blues akan lolos ke kompetisi akbar Eropa musim depan selagi para pemainnya tidak senang dengan sang manajer.
Sejumlah sumber mengatakan bahwa saat ini hanya terdapat ‘segelintir’ pemain di tim utama yang masih mendukung Mourinho.
Adapun, kritik yang dilancarkan Mourinho secara publik pada para pemainnya diyakini merupakan sumber ketidakpuasan, dengan banyak pihak percaya para pemain Chelsea diperlakukan tidak adil selagi pria Portugal itu yang terus melindungi pemain ‘favoritnya’.
Eden Hazard, Oscar dan Nemanja Matic adalah beberapa pemain yang terus dipercaya meski mereka dalam performa buruk, selagi sumber itu mengatakan bahwa ruang ganti tim merindukan pemain berpengaruh seperti Didier Drogba, Petr Cech dan Frank Lampard.
Kapten John Terry diyakini masih tetap mendukung Mourinho namun pria 34 tahun itu tidak mampu menunjukkan kepemimpinannya seperti yang pernah ia lakukan.
Kesabaran dewan direksi di Stamford Bridge dengan Mourinho kini ada di titik nadir
Kandidat utama seperti Pep Guardiola dan Diego Simeone tidak akan tersedia sampai musim panas tahun depan, jadi Chelsea diperkirakan akan menunjuk seorang manajer interim sampai akhir musim.
Kekalahan satu gol yang diterima Chelsea dari Stoke pada Sabtu kemarin membuat mereka kini telah menelan tujuh kekalahan dari 1dua belas laga Liga Primer musim ini, dan untuk sementara menempati urutan kelima di atas dasar klasemen.
Mourinho sempat diberi dukungan pada Oktober kemarin menyusul kekalahan kandang yang diterima dari Southampton, namun hal itu diberikan bersamaan dengan peringatan yang berbunyi “hasil akhir sejauh ini tidak bagus dan performa tim harus meningkat”.
Seperti diketahui, klub London barat itu telah kalah di tiga dari empat pertandingan liga terakhirnya – di mana mereka hanya mampu menang sekali saat melawan klub papan bawah Aston Villa – dan baru-baru ini tersingkir dari Piala Liga.
Hirarki Chelsea juga dibuat tertegun dengan ulah Mourinho di luar lapangan, di mana ia kerap berbuat diluar kendali dengan menyasar wasit dan menuding adanya konspirasi di FA.
Mou dipaksa menonton kekalahan timnya di Stoke dari kamar hotelnya setelah menerima hukuman larangan masuk stadion akibat mengkonfrontasi wasit Jon Moss kala timnya kalah dari West Ham pada bulan lalu.
Ulahnya dianggap buruk oleh jajaran direksi, di mana para tokoh senior sangat cemas dengan rusaknya citra Chelsea di mata dunia.
Lebih jauh, keputusan pria Portugal itu untuk memecat dokter klub Eva Carneiro merupakan masalah publik dan juga mengundang amarah dari para pemain mengingat ia merupakan figur staf yang populer.
Bersamaan dengan memudarnya performa Mou, banyak orang teringat perannya selama selama lebih dari satu dasawarsa terakhir.
Bberita laporan pertandingan berjudul “Chelsea Pukul West Ham United”, “The Blues Taklukkan Goodison Park” atau “Chelsea Nyaman di Puncak Klasemen” hampir pasti menjadi judul besar dalam rubrik olahraga di media-media setiap akhir pekannya. Pencinta sepakbola seia sekata kalau tempat Chelsea adalah di papan atas Liga Primer Inggris.
Musim lalu menjadi puncaknya seiring The Blues, yang untuk kali kedua berada di bawah kendali Jose Mourinho, mampu memuncaki klasemen sejak matchday pertama hingga terakhir dan, tentu saja, mereka menjadi juara. Belum cukup, mereka mengawinkannya dengan trofi Piala Liga untuk mempertegas status sebagai raja domestik.
Namun, tidak sampai setengah tahun pasca dominasi absolut tersebut, malapetaka hebat tiba-tiba menerjang Stamford Bridge. Tanpa dinyana, Chelsea kolaps di awal musim dan hingga awal November ini, John Terry dkk. sudah menelan sembilan
Kini di Chelsea berlaku hukum dunia terbalik layaknya guyonan “meanwhile, in a parallel universe” yang populer di jagat maya. Tim-tim yang secara tradisional mudah dilibas, giliran melibas mereka.
Kemudian, terdapat Eden Hazard, sang pemain terbaik liga musim lalu, seperti berubah menjadi pesepakbola tanggung yang tak punya tujuan bermain.
Hazard ternyata bukan pemain yang sanggup membuat perbedaan. Belum ada satu gol pun tercipta darinya di musim ini. Performa buruk sang bintang utama ini ternyata diikuti serentak oleh hampir seluruh rekan setimnya.
Sementara Mourinho seperti sudah tidak pantas lagi menyandang status spesial. Malah, sikap cari perhatiannya yang semakin menjadi-jadi. Akibatnya, pemecatan Mou menjadi sangat logis, terlepas dari fakta bahwa ia adalah manajer tersukses dalam sejarah klub. Meski demikian, Mourinho hingga kini masih optimistis bisa mempertahankan jabatannya.
“Ini adalah sesuatu yang baru bagi saya,” kata Mourinho pekan lalu. “Seorang teman mengirimkan cuplikan pernyataan saya setelah menjuarai Liga Champions bersama Porto. Saya sepenuhnya lupa. Ketika itu, saya berkata bahwa suatu hari nanti, hasil buruk akan tiba dan saya akan menghadapinya dengan penuh kejujuran dan martabat seperti ketika saya menjadi juara Eropa, Mei 2004.”
Dalam beberapa pekan terakhir, banyak orang yang tak bosan-bosannya mewacanakan kebangkitan Chelsea, mulai dari para pemain sendiri, lawan, hingga para analis. Dengan penuh keyakinan, mereka percaya kalau krisis ini bersifat temporer, bahwa Chelsea siap kembali ke jalur kemenangan, badai pasti berlalu, dan seterusnya.
Namun, lama-kelamaan wacana kebangkitan Chelsea tersebut menjadi sesuatu yang banal, hambar, dan membosankan.
Chelsea nyatanya sama saja, masih terpuruk mengenaskan di papan bawah klasemen, terpaut tiga poin dari zona degradasi. Belum ada gejala-gejala meyakinkan kalau Chelsea akan ‘bangkit’ seperti yang dikumandangkan pelbagai pihak tersebut.
Ada beberapa hal yang kiranya bisa menjelaskan kejatuhan fatal ini, alasan mengapa Tim London Biru yang bergelimang pemain bintang bergaji tinggi sudah terlalu sulit untuk bangun dari keterpurukan.
Rumor keretakan internal ini menunjukkan terjadinya krisis kepemimpinan di ruang ganti. Sang kapten, Terry, seperti sudah kehilangan wibawa di tengah performa jelek tim.
Di sinilah Mourinho merindukan sosok pemersatu lain seperti Didier Drogba dan Frank Lampard. Jika sudah terpecah-belah seperti ini, jangan harap Chelsea bisa kembali ke Liga Champions musim depan.
Namun, Mourinho malah terus berulah. Dimulai dengan mempermalukan eks dokter tim Eva Carneiro, mencari alasan sana-sini, dan yang paling celaka adalah hinaannya kepada wasit secara konsisten.
Aksi memalukan ini membuat Mou diskors oleh FA, seperti yang baru saja ia jalani pada akhir pekan kemarin ketika ia dilarang masuk ke Britannia Stadium.