Media global, terutama di Inggris, Senin, 14 September 2015, kembali menempatkan sosok Anthony Martial di “headline” pemberitaannya bersamaan dengan penempatan dirinya sebagai starter dalam laga yang akan dimainkan Mmanchester United menghadapi PSV Eindhoven di penyisihan grup Liga Champ[ions, Rabu dinihari WIB, 16 September 2015
Setelah bikin heboh lewat gol hebatnya ke gawang Liverpool, Sabtu malam WIB, di pekan kelima Premier League, Martial, yang turun ke lapangan dua puluh empat menit sebelum laga usai, kini menjadi topik utama media kembali.
Martial akan tampil sebagai starter kontra PSV menyusul absennya Rooney.
Dia akan tampil saat Manchester United laga tandang ke markas PSV Eindhoven di Phiilips Stadium di laga perdana putaran grup Liga Champions, Rabu dinihari WIB.
Martial, yang didatangkan pada musim panas ini seharga tiga puluh enam juta poundsa, tampil melalui bangku cadangan di pertandingan perdananya dan ia mencetak gol ketiga saat The Red Devils menang atas Liverpool di Old Trafford pada akhir pekan lalu.
Di pertandingan kontra PSV, Rooney kemungkinan besar masih harus absen.
Diberitakan The Mirror, dan dikutip “nuga,” manajer Louis van Gaal tampaknya akan memberi kepercayaan kepada Martial untuk tampil sebagai starter di lini depan.
Van Gaal sebenarnya memasang Marouane Fellaini sebagai striker di depan saat lawan The Reds, namun pelatih asal Belanda itu tidak terkesan dengan penampilan anak asuhnya itu sehingga ia perlu mencari opsi lain, yakni dengan memasang Martial.
Martial mencetak gol perdananya bagi Man. United di EPL hanya dengan satu tembakan saja
Martial mencatatkan debut impresif di Liga Primer Inggris setelah mencetak gol hanya dari satu tembakan.
Gol tersebut seakan menjawab keraguan beberapa kalangan, salah satunya legenda Arsenal, Ray Parlour yang meyakini bahwa Martial tidak akan bersinar bersama Man. United.
Kini, aksi-aksi Martial lainnya jelas bakal ditunggu para suporter setia Man. United.
Perjalanan Martial memang belum panjang. Dia lahir pada Desember sembilan tahun lalu atau sebelas bulan setelah tendangan kung fu Eric Cantona mengarah tepat ke salah satu suporter Crystal Palace.
Martial memulai kariernya di CO Les Ulis, sebuah klub akademi yang tampil di kasta ketujuh Perancis, Division Supérieure Régionale. Klub ini dikenal karena pernah melahirkan nama besar seperti Thierry Henry dan Patrice Evra.
Enam tahun lalu, pemandu bakat Olympique Lyon melihat aksi Martial, yang baru menginjak usia empat belas.
Singkat cerita, Martial bergabung dengan akademi Lyon pada tahun yang sama.
Martial langsung melejit bersama tim junior Lyon.
Pada musim keduanya, dia mencetak tiga puluh dua gol dari dua puluh satu pertandingan. Alhasil, dia mendapat panggilan dari tim nasional Perancis U-17 untuk Piala Eropa tahun berikutnya.
Pada turnamen yang berlangsung di Slovenia ini, Martial cuma mencetak satu gol dan gagal membawa Les Blues lolos dari fase grup.
Usai pulang dari Slovenia, Martial naik pangkat ke tim kedua Lyon. Lagi-lagi, Martial unjuk gigi.
Dia mencetak lima gol dari sebelas pertandingan pada musim dua tahun lalu. Atas dasar penampilan impresif tersebut, Martial dipromosikan ke tim utama dan mendapat jatah lima puluh tujuh menit pada pentas Ligue 1.
Kejutan diterima Martial pada 30 Juni 2013. Dia dipinang oleh AS Monaco dengan lima jutaa euro.
Di lini depan Monaco, Martial harus bersaing dengan nama besar seperti Radamel Falcao, Dimitar Berbatov, dan Valerie Germain. Namun, pelatih Claudio Ranieri memberikan kesempatan agar Martial melakoni lima belas partai Ligue 1.
Sang pemain membayarnya dengan sumbangan dua gol.
Di mata Ranieri, Martial punya potensi besar, tetapi masih harus banyak diasah.
“Terkadang, mentalitas ala Perancis mengatakan, ‘Saya mungkin bermain baik. Saya mungkin akan bermain baik juga besok. Tidak, Anda harus bekerja keras setiap hari untuk menunjukkan penampilan terbaik’,” kata Ranieri kala itu
Martial mengamini pesan dari Ranieri. Dia tak memungkiri bahwa penyelesaian akhir adalah titik lemahnya.
“Saya coba belajar dari Falcao. Dia bisa jadi panutanku untuk membenahi pergerakan dan penyelesaian akhir,” ucapnya.
Musim panas tahun lalu mengubah nasib Martial. Kepergian Falcao dan James Rodriguez membuat pelatih Leonardo Jardim mengubah kebijakan dan mengutamakan pemain muda.
Tak ayal, Martial menjadi pilihan reguler di lini depan. Dia menjalani tiga puluh lima pertandingan liga, sembilan belas di antaranya sebagai starter.
Menilik statistik dan perjalanannya, Martial memang belum matang, tetapi punya peruntungan. Satu tahun di Lyon, dua tahun di Monaco, dan kini berseragam Manchester United.
Pengorbanan finansial The Red Devils cukup besar hingga Martial bertengger di posisi keempat pemain termahal pada bursa transfer musim panas ini.
Louis van Gaal mengklaim bahwa tim pemandu bakat Manchester United sudah berkali-kali mengamati permainan Martial. Oleh karena itu, Manchester United berani membayar mahal.
“Dia memiliki segala atribut untuk menjadi pemain papan atas,” katanya.
Soal bakat, Thierry Henry sepakat dengan Van Gaal.
Berdasarkan penampilan Martial ketika menyingkirkan Arsenal pada Liga Champions musim lalu, Henry mengatakan, “Dia punya masa depan cerah.”
Kini, segalanya bergantung pada Martial sendiri. Bila gagal beradaptasi, dia bisa saja menjalani laga ke-seratus tanpa seragam Manchester United.
Sudah ada bukti, pemain sekaliber Radamel Falcao saja tak mampu mengatasi tekanan di skuad asuhan Van Gaal. Perlu diingat pula, benang merah Falcao dan Martial bukan cuma klub asal, tetapi juga kostum bernomor 9.
Pembelian Martial tidak seluruhnya mendapat anggukan pengamat.
Manchester United sempat jadi bahan olok-olok dunia maya, termasuk dari pendukung United sendiri.
Kepastian pembelian Martial ini kemudian mengundang banyak reaksi di dunia maya, baik itu mereka yang merupakan suporter klub rival maupun suporter United sendiri.