Kabar buruk datang lagi untuk para pecandu video porno.
Kali ini, para peneliti dari Max Planck Insititute di Berlin menemukan untuk pertama kalinya, melihat tayangan bermuatan seksual bisa berbahaya bagi kesehatan fisik seseorang.
Menurut peneliti, melihat tayangan pornografi bisa menciutkan otak dan mengurangi respon terhadap stimulasi seksual.
Penemuan tersebut menunjukkan, sebuah bagian otak yang membuat orang merasa termotivasi atau mendapatkan penghargaan menjadi menyusut dan kurang bekerja efektif apabila sering melihat pornografi.
Seperti ditulis laman situs media terkenal Telegraph, invidu yang sering melihat video porno perlu meningkatkan materi tontonan mereka untuk mendapatkan stimulasi seksual yang sama.
Para peneliti juga percaya bahwa individu dengan bagian otak atau dikenal dengan sebutan striatum–yang terkait dengan penghargaan–kecil akan menjadi semakin kecil dengan seringnya melihat pornografi.
“Belum begitu jelas, misalnya saja, apakah menonton video porno menyebabkan perubahan otak atau apakah orang yang dilahirkan dengan tipe otak tertentu jadi lebih banyak melihat tayangan porno,” ujar Dr Simone Kuhn.
“Kami menemukan bahwa volume bagian otak yang dinamai striatum, yang sering dikaitkan dengan proses penghargaan dan motivasi menjadi semakin kecil dengan adanya konsmsi pornografi di antara partisipan”
“Selain itu kami juga menemukan bagian lain dari otak yang juga masih terkait dengan striatum yang aktif ketika seseorang menerima rangsangan seksual, tampak kurang aktif dengan semakin seringnya partisipan mengakses pornografi,” jelasnya.
Ketika melakukan studi ini, Dr Kuhn dan rekannya, Jurgen Gallinat dari Charite University, Berlin mengumpulkan enam puluh empat pria sehat dan menanyai kebiasaan mereka menonton video porno.
Peneliti juga mengambil foto ukuran otak para partisipan untuk melihat reaksinya terhadap gambar-gambar porno.
Para peneliti menemukan perbedaan yang nyata dari pria yang tidak melihat tayangan porno dengan mereka yang secara rutin melihat gambar atau video porno.
Meski begitu, para peneliti mengklaim, mengakses pornografi dalam taraf wajar tidak akan memberi dampak berbahaya.
“Segala sesuatu yang berlebihan akan berbahaya dan mungkin tidak akan berdampak buruk jika dilakukan dalam tingkat wajar,” ucap Dr Gregory dari Columbia University.
Dr Tau yang tidak terlibat dalam studi menyetujui pernyataan tersebut dan menurutnya perlu penelitian lebih lanjut mengenai dampak pornografi terhadap perubahan otak.
Menurutnya, kemungkinan ada individu dengan bentuk otak tertentu yang lebih rentan terhadap kebiasaan mengakses tayangan porno.
Atau ada pula kemungkinan tayangan video pornolah yang mengubah volume otak.
Menurut penelitian yang dilakukan para ilmuwan di Jerman, orang yang rutin menonton film porno akan mengalami penyusutan otak.
Penelitian yang dipimpin Dr Simone Kühn, menemukan orang yang sering menonton video porno, striatum-nya jadi lebih kecil.
Berhubungan seks dan menonton film porno dapat merangsang dopamin-neurotransmitter yang membuat kita merasa senang.
Namun jika berulang kali dilakukan akan membuat otak menjadi tidak sensitif terhadap kebahagiaan. Hal ini dipicu karena perasaan bahagia yang teralu sering diaktifkan.
Kesulitan dalam mendapatkan perasaan bahagia inilah yang membuat orang merasa harus terus melakukan seks, hingga kecanduan. Pecandu film porni akan mengalami kesulitan gairah di atas ranjang.
Studi dari University of Cambridge di Inggris menemukan bahwa kerusakan otak karena keseringan nonton film porno sama seperti yang dialami pecandu narkoba. Hal ini bisa dilihat dari aktivitas otak yang terjadi.
Penelitian yang menggunakan pria yang memiliki riwayat kecanduan film porno, diminta menonton film porno, aktivitas otak mereka dipantau dengan Functional Magnetic Resonance Imaging untuk memantau kadar oksigen yang mengatur kegiatan otak.
Hasilnya, tiga daerah otak pasien ini lebih aktif. Tiga lokasi ini adalah ventral striatum, sisi belakang cingulate depan (anterior), dan amygdala. Aktifnya tiga lokasi otak ini juga terlihat pada pecandu narkoba.
Beberapa studi telah menunjukkan konsumsi porno dapat memengaruhi otak, mengubah struktur dan fungsi, dan menyebabkan munculnya perilaku adiktif. Tapi benarkah?
Situs medicaldaily menjelaskan proses yang terjadi di otak seseorang yang menyaksikan film porno
Berhubungan seks dan menonton film porno menyebabkan pelepasan dopamin di bagian otak yang bertanggung jawab terhadap emosi dan belajar.
“Perubahan utama adalah banjir dopamin. Menonton pornografi menghasilkan respons dopaminergik,” kata Joe Schrank, spesialis kecanduan, dan pendiri TheFix.com dan Loft 107, sebuah fasilitas hidup di Brooklyn, NY.
Inilah neurotransmitter yang memberikan keinginan untuk kesenangan diri. Namun, menonton film porno berulang kali membuat perubahan di otak.
Pada penelitian dua tahun silam yang diterbitkan di JAMA Psychiatry menghasilkan scan otak pertama kalinya tentang menonton porno.
Semakin sering menyaksikan, semakin rendah aktivitas itu di pusat-pusat reward otak setelah munculnya gambar seksual di layar.
Kondisi tersebut menyebabkan otak membutuhkan lebih banyak dopamin untuk setiap kali berikutnya agar merasakan efek yang sama. Akibatnya, inilah yang menjadi alasan seseorang jadi lebih sering menonton porno.
Menurut Gary Wilson, seorang guru fisiologi, terkadang otak akan “usang” dan menghentikan produksi dopamin, yang membuat orang tersebut menginginkan kepuasan yang lebih tapi tak bisa mencapainya.
Hal itulah yang memprovokasi penonton untuk lebih intens mencari konten porno agar bisa mencapai kesenangan yang tinggi.
“Otak menanggapi perubahan kimia. Ketika dopamin dilepaskan dan ada rasa kesenangan, otak primitif mengirimkan pesan untuk mengulangi perilaku, “kata Schrank.
Ia meyakini alasan itu yang membuat orang yang kecanduan porno sulit berhenti. Dalam pikiran seorang pecandu, selalu ada kebutuhan konstan untuk merasakan stimulasi yang kuat.
Kimia otak lainnya yang dilepaskan selama berhubungan seks atau porno adalah oksitosin dan vasopressin.
Hormon-hormon ini yang membantu orang mengingat kenangan jangka panjang. Hormon bekerja dengan membentuk hubungan antara memori dan objek yang memberinya kesenangan seksual.
Biasanya, seks menyebabkan pelepasan kadar serotonin, yang pada gilirannya menyebabkan perasaan ketenangan dan relaksasi.
Namun, jika otak menghubungkan perasaan ini dengan pengalaman porno, maka kemudian akan mengarahkan seseorang kembali ke porno setiap kali hasrat seksual muncul dibandingkan pengalaman seksual yang sebenarnya.