Di rumah saja?
Ya, itulah slogan jitu untuk memutus nata rantai pandemi corona yang gencar di umbar sebagai slogan di berbagai media.
“Di rumah saja”
Iya juga untuk tetap berada di rumah saja.
Dan imbauan ‘stay at home‘ diyakini oleh para ahli bisa menjadi cara paling efektif untuk mencegah penularan corona
Namun, meski efektif untuk menekan laju penyebaran, terus berada di rumah juga dapat memberikan dampak buruk untuk banyak orang. Terus menerus berada di rumah disebut dapat memicu perkembangan beberapa gangguan fisik.
Dan berada di rumah saja dalam waktu lama bisa membuat tubuh lemas, melemahkan jantung dan paru-paru, bahkan merusak fungsi otak.
Ini dia dampak yang terjadi pada tubuh saat Anda pada terus menerus berada di rumah saja
Pertama Anda akan kehilangan kekuatan otot
Rutinitas harian seperti pergi bekerja melibatkan banyak aktivitas fisik. Kondisi tersebut sesungguhnya membantu tubuh untuk membangun kekuatan otot.
Namun, kekuatan otot yang telah dibentuk itu akan hilang dengan tubuh yang menjadi tidak aktif karena terus berada di rumah.
Tetap berada di rumah dapat membatalkan kemajuan pembangunan kekuatan otot yang sebelumnya telah diperoleh dari menjalani aktivitas fisik pada rutinitas harian.
Ahli fisiologi Keith Baar mengatakan, butuh waktu berbulan-bulan untuk membangun kekuatan otot. Tapi, hanya dibutuhkan waktu satu pekan untuk menghilangkan kekuatan otot yang telah dibangun.
“Manusia cenderung kehilangan otot lebih cepat saat semakin tua, yang menandakan berkurangnya aktivitas fisik,” ujar Baar.
Kehilangan kekuatan otot, kata Baar, menjadi salah satu indikator terkuat tentang berapa lama Anda bisa bertahan hidup. “Semakin kuat otot kita, semakin mudah bagi kita untuk mempertahankan umur panjang,” kata Baar.
Dampak kedua jantung dan paru-paru melemah
Tanpa aktivitas fisik, detak jantung tidak akan meningkat. Saat jantung tak memompa dengan sekuat tenaga, jantung menjadi lemah.
Hal yang sama juga terjadi pada paru-paru saat tidak aktif. Ahli paru-paru Panagis Galiatsatos mengatakan, fungsi pernapasan akan semakin memburuk saat tidak dibiasakan untuk beraktivitas fisik.
Orang dengan masalah pada paru-paru sangat disarankan untuk terus berada di rumah karena dapat meningkatkan risiko corona
Namun, perlu diingat, dengan tidak bergerak atau beraktivitas fisik, kondisi kesehatan paru-paru mereka justru akan semakin memburuk.
Olahraga atau aktivitas fisik menjadi satu-satunya kunci untuk meningkatkan fungsi jantung dan paru-paru.
Selain itu, yang ketiga tubuh menjadi lebih gemuk
Dengan berada di rumah, akses terhadap makanan jadi lebih mudah. Waktu makan dan mencamil tentu akan bertambah. Hal tersebut berisiko membuat gula darah melonjak.
Makan berlebihan juga menjadi masalah tersendiri saat pandemi. Apalagi di masa awal pandemi, banyak orang yang menyimpan frozen food yang dianggap praktis dan aman.
Padahal, banyak frozen food diolah dengan tambahan gula dan pati yang buruk untuk kesehatan.
Kenaikan berat badan selama pandemi dinilai sebagai hal yang normal. Namun, jangan sampai penambahan berat badan berubah menjadi obesitas.
Keempat terjadi perubahan postur tubuh
Selama pandemi, banyak orang bekerja dari rumah. Tak sedikit orang yang tanpa sadar duduk dalam posisi yang salah. Tak sedikit pula dari banyak orang yang menghabiskan waktu di rumah dengan berbaring santai.
Duduk dan berbaring sepanjang hari dapat memengaruhi postur tubuh dan membebani punggung, leher, bahu, pinggul, dan mata.
Anda disarankan untuk bangun dari tempat duduk sesekali dalam satu jam dan berjalan-jalan meregangkan otot sejenak.
Dan terakhir, atau kelima terjadi pula perubahan pola tidur
Mendapatkan cukup sinar matahari di pagi hari membantu tubuh membangun ritme sirkadian. Jika Anda sepanjang hari bekerja di dalam rumah dari pagi hingga malam, Anda tak mendapatkan cahaya matahari. Kondisi tersebut dapat mengganggu pola tidur.
Untuk mengatasinya, Anda disarankan untuk sesekali melakukan kegiatan di ruang terbuka.