Israel ikut ambil bagian dalam “kudeta” tentara untuk menggulingkan kekuasaan Mohamad Morsi dan masuk ke dalam jaringan kelompok liberal-sekuler dengan isu besar berupa “kebijakan islamisasi” dari Ikhwanul Muslim.
Provokasi inilah yang melelehkan demonstrasi besar oposisi Mesir yang memberi akses kepada tentara untuk mencopot Morsi dari jabatan kepresidenan, dengan alasan keamanan yang tidak terkendali.
Tidak hanya menebar isu “islamisasi” Israel juga masuk dalam jaringan media dan menakut-nakuti mereka tentang pembungkaman pers oleh Ikhwanul dan menggantikan peran mereka dengan member akses lebih luas kepada surat kabar dan media yang dimiliki oleh komunitas islam.
Senada dengan adanya “campur tangan” Israel dalam kerusuhan politik Mesir, Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan tuduhan keras bahwa Israel ikut dalam krisis yang terjadi di Mesir. PM Erdogan menuduh Israel berada di balik tergulingnya mantan Presiden Mesir Mohammad Morsi.
Tuduhan itu disampaikan Erdogan dalam pidatonya yang disiarkan televisi nasional Turki seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu 21 Agustus 2013. “Apa yang mereka katakan tentang Mesir: demokrasi bukan soal kotak suara. Siapa di belakang ini? Israel,” kata Erdogan. Kami punya bukti,” tandasnya.
Dikatakan Erdogan, salah satu bukti tersebut adalah pernyataan Menteri Kehakiman Israel di depan forum 2011 di Prancis. Menteri tersebut mengatakan, Ikhwanul Muslimin tak akan bisa tetap berkuasa meskipun memenangi pemilu.
Statemen Erdogan ini langsung dibantah pemerintah Israel. “Komentar-komentar PM Turki tersebut omong kosong,” tegas pejabat di kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Pemerintah Mesir juga membantah pernyataan Erdogan tersebut dan menyebutnya sama sekali tak berdasarkan fakta.
Morsi dilantik sebagai pemimpin pertama Mesir yang terpilih secara demokratis pada Juni 2012 lalu. Namun dia kemudian digulingkan oleh militer Mesir pada 3 Juli setelah marak terjadi aksi demo menentang Mor
Tidak jelas apa dasar dari Erdogan melontarkan tuduhan tersebut. Sebelumnya, Turki juga mengeluarkan kecaman kepada pemerintahan Mesir yang baru dibentuk oleh militer. Kecaman itu berbuah memburuknya hubungan kedua negara yang berakhir pada penarikan Dubes Turki untuk Mesir.
Kondisi Ikhwanul Muslimin di Mesir makin terdesak khususnya setelah Morsi dilengserkan dari kekuasaan 3 Juli lalu. Pemerintah Mesir telah menangkap tokoh spiritual Ikhwanul Muslim, Badie. Ia tertangkap di Nasr City, tanpa ada perlawanan.
Penangkapan terhadap Badie terjadi di apartemen tempat dirinya tinggal. Pihak berwenang berhasil melakukan penangkapan terhadap pria berusia 70 tahun itu setelah ada informasi mengenai persembunyiannya.
Penangkapan terhadap Badie merupakan pukulan telak terhadap Ikhwanul. Sejak pekan lalu, kelompok Ikhwanul Muslimin menjadi sasaran dari pihak Mesir. Kelompok Ikhwanul Muslimin secara resmi mengumumkan pengganti dari pemimpin spiritualnya.. Wakil Ikhwanul Muslimin Mahmoud Ezzat kini menggantikan posisi Badei.
Ezzat yang juga berprofesi sebagai dokter, lahir di Kairo pada 1944 silam. Dirinya sempat berulangkali ditangkap oleh pihak berwenang, termasuk protes serangan Israel ke Palestina 2008 lalu. Demikian diberitakan Ynet, Selasa (20/8/2013).
Sebagai seorang petinggi Ikhwanul, Ezzat sempat ditunjuk sebagai anggota pengawas Ikhwanul Muslimin pada 1981. Hal tersebut menjadi langkah awalnya menapaki posisi penting di Ikhwanul Muslimin.
Badie dikabarkan tertangkap di Nasr City, tanpa ada perlawanan hari ini. Menurut laporan Nile TV, Pemerintah Mesir menuduh Badie telah melakukan penghasutan yang berujung pada kekerasan.
Penangkapan terhadap Badie terjadi di apartemen tempat dirinya tinggal. Pihak berwenang berhasil melakukan penangkapan terhadap pria berusia 70 tahun itu setelah ada informasi mengenai persembunyiannya.
Sejak tergulingnya mantan Presiden Mohammad Morsi 3 Juli 2013 lalu, Badie menjadi buron pemerintah. Bersama dengan tokoh-tokoh Ikhwanul lainnya, Badie sangat berpengaruh pada pergerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir.