Washington jengkel dengan tingkah otoritas militer Mesir yang mempermainkan demokrasi untuk kepentingannya, dengan menggilas eksistensi Ikhwanul Muslimin dalam peta jalan damai yang telah dibuat kerangkanya oleh Uni Europa.
Kejengkelan Amerika Serikat ini makin dipicu oleh keengganan militer untuk menerima penengah Uni Europa untuk ikut mencarikan solusi bagi tegaknya demokrasi usai penggulingan Presiden Mohamad Morsi tiga bulan lalu.
Washington memang berada di persimpangan jalan dalam mengawasi kehidupan demokrasi di Mesir setelah tumbangnya tirani Hosni Mubarak dalam “revolusi musim semi” di Timur Tengah.
AS menghendaki, pemerintahan sipil yang dikendalikan militer tidak mengulur-ulur waktu melaksanakan pemilu dengan memberi prioritas pada “penghacuran” Ikhwanul Muslimin. Amerika Serikat menghendaki seluruh komponen sipil bisa ambil bagian dalam peta jalan demokrasi di Mesir.
Mesir kini makin terperosok ke jurang kekerasan setelah tentara memberangus setiap demonstrasi yang menyebabkan garis keras dalam Ikhwanul memilih untuk mempersenjatai diri. Bentrokan senjatan antara tentara dengan pengikut Morsi terus berkecamuk di Kairo dan kota-kota pinggirannya.
Washington, sebelumnya, telah mengingat militer bahwa aksi pemberangusan Ikhwanul tidak akan efektif untuk menegakkan demokrasi di negara itu. AS dan Uni Europa lebih memilih pendekatan persuasif dengan mengirim tim negosiasi untuk mempertemukan kedua belah pihak.
AS dan Europa tidak takut dengan kebangkitan Ikhwanul yang lebih moderat dibanding dengan Islam ekstrim semacam Al-Qaeda.
Pemerintah Amerika Serikat, menurut sumber yang dikutip “Washington Post,” mengungkapkan akan segera menghentikan sepenuhnya bantuan untuk militer Mesir. Penghentian ini adalah bentuk protes atas kekerasan yang dilakukan pihak militer terhadap Ikhwanul Muslimin.
Presiden Barack Obama sebenarnya telah menghentikan sebagian bantuan untuk militer Mesir pada Agustus. Namun, langkah tersebut tidak mengubah aksi represif tentara dalam menghadapi gelombang protes sipil di Mesir.
Dalam beberapa hari terakhir empat bentrokan berdarah telah terjadi di Kota Kairo. Insiden ini menelan setidaknya 50 korban jiwa, sebagian besar korban berasal dari kubu Ikhwanul Muslimin.
“Penghentian dikarenakan akumulasi peristiwa di Mesir,” ujar pejabat AS yang menolak disebut namanya, seperti dikutip CNN, Rabu 09 Oktober 2013.
Mesir termasuk salah satu penerima bantuan militer terbesar dari AS. Selain Mesir, AS juga memberikan bantuan militer kepada Israel, Afghanistan, Pakistan dan Irak.
Militer Mesir dalam sorotan setelah mengkudeta Presiden Mohamed Morsi pada Juli. Selain melakukan kudeta, militer Mesir juga memberangus Ikhwanul Muslimin.