Site icon nuga.co

Memastikan Kebenaran Berita Kesehatan

Akurasi  artikel dan berita kesehatan di zaman serba mudah seperti sekarang ini, sering menjadi pertanyaan karena media sosial sebagai informasi utamanya sering kontradiksi dengan kenyataan.

Begitu banyaknya artikel dan berita tentang kesehatan yang beredar baik dengan latar belakang  penelitian dan ada juga yang hanya “katanya”.

Semua orang tentu ingin mengetahui berbagai informasi tentang kesehatan aktual sekaligus valid

Katakanlah ketika sesorang ingin tahu apakah minum kopi dapat membantu ingatan atau tidur terlalu banyak bisa meningkatkan risiko serangan jantung. dia akan langsung menjelajahi media sosial dengan klik…. dan klik..

Kita semua selalu berusaha tetap sehat. Banyak dari kita tertarik membaca temuan-temuan penelitian baru yang membantu memilih gaya hidup yang baik.

Tapi tidak semua penelitian sama dan tidak semua temuan riset dapat diterjemahkan dengan cara sama. Judul berita juga tidak selalu mencerminkan isi penelitian.

Lantas,  bagaimana cara untuk memastikannya?

Nah ada beberapa  cara  yang harus dicari  oleh seseorang  saat membaca berita tentang penelitian

Pertama apakah  penelitian itu dilakukan pada manusia?

Hal ini sangat penting. Sebab banyak temuan dari penelitian yang hanya dilakukan pada hewan seperti tikus atau pada sel di laboratorium (in vitro) masih tahap awal proses penemuan ilmiah.

Meski hasilnya mengejutkan, tetapi temuan semacam ini tidak bisa digunakan untuk membuat klaim tentang kesehatan manusia.
Tidak ada jaminan bahwa temuan pada hewan atau sel juga akan sama pada manusia.

Selanjutnya, apakah temuan itu dipastikan oleh penelitian lain?

Satu penelitian saja, bahkan bila dilakukan dengan sangat baik melibatkan RCT, tidak bisa dijadikan bukti kuat adanya hubungan sebab-akibat pada penyakit.

Manusia itu rumit dan ada banyak sekali variabel dalam penelitian. Kita tidak bisa mengatakan paham apa yang sebenarnya terjadi sampai temuan yang sama muncul dengan banyak kelompok orang berbeda.

Jika belum terdapat banyak bukti serupa, kita harus berhati-hati menerjemahkan apa arti temuan dari satu penelitian.

Selain itu, adakah penelaahan sejawat atas penelitian itu?

Penelaahan sejawat adalah sebuah proses ketika penelitian diperiksa oleh ahli-ahli bidang ilmu terkait untuk menguji kesahihan ilmiah suatu penelitian.

Dalam proses ini, peneliti menuliskan metode dan hasil penelitian dan mengirim ke sebuah jurnal. Tulisan ini dikirim ke dua atau tiga ahli untuk penelaahan sejawat.

Jika ada kesalahan besar dalam penelitian itu, maka akan ditolak untuk penerbitannya atau peneliti diberitahu untuk memperbaiki kesalahan.

Proses ini tidak sempurna, tapi proses ini memeriksa sebuah penelitian. Laporan temuan yang belum melewati penelaahan sejawat harus dibaca dengan hati-hati.

Begitu juga, apakah temuan menunjukkan hubungan sebab-akibat?

Agar penelitian bisa digunakan panduan kesehatan kita sehari-hari, temuan yang ada harus menunjukkan hubungan sebab-akibat, tidak semata keterkaitan.

Misalnya, jika suatu penelitian menunjukkan hubungan antara minum kopi dan penyakit jantung. Kita harus memastikan apakah kopi menyebabkan penyakit jantung atau dua hal ini terjadi bersama-sama.

Sejumlah penelitian yang menemukan hubungan ini, peneliti kemudian menemukan bahwa peminum kopi cenderung merokok. Temuan ini lebih besar kemungkinannya mencerminkan hubungan sebab-akibat antara merokok dan penyakit jantung.

Dalam penelitian observasional, yaitu peneliti mengamati perbedaan antara kelompok orang, kadang sulit untuk memastikan hubungan antara variabel-variabel.

Tingkat pembuktian paling tinggi terkait sebab-akibat dihasilkan oleh percobaan double-blind placebo randomised controlled (RCT).

Walau jenis-jenis penelitian lain pada manusia memainkan peran penting dalam pemahaman terhadap kesehatan dan penyakit, penelitian tersebut bisa saja hanya menekankan keterkaitan yang tidak menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat.

Dan, seberapa besar efeknya?

Adanya hubungan antara sebuah sebab (seperti gelas kopi ketiga atau tidur malam sembilan jam) dan akibat tidaklah cukup, harus diketahui pula seberapa kuat hubungan ini.

Dengan kata lain, seberapa besar risiko kita terhadap suatu penyakit jika melakukan sesuatu. Jika risiko kita dilaporkan meningkat 50% (yaitu risiko relatif), kedengarannya cukup menakutkan.

Lalu, apa yang dilakukan jika pertanyaan di atas tak terjawab?

Jika berita yang dibaca tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita harus mempertimbangkan sumber berita lain atau mencari penelitian aslinya.

Idealnya, tautan untuk penelitian ini harusnya ada di berita. Abstrak pada penelitian itu di jurnal akan menjelaskan jenis penelitian, apakah dilakukan pada manusia, dan ukuran efek.

Exit mobile version