Pergolakan politik di Mesir sudah memasuki fase “perang saudara” antara kubu Ikhwanul Muslimin dengan oposisi yang didukung tentara. “Perang saudara” ini ditandai dengan penentangan Ikhwanul terhadap ancaman militer untuk menerima “peta jalan demokrasi” lewat kudeta tak berdarah Presiden Mohammad Morsi, dua bulan lalu.
Ikhwanul mengatakan dengan tegas, akan mempersenjatai diri dan menyerahkan dengan dada terbuka untuk ditembak tentara dalam menegakkan demokrasi yang mereka yakini sudah dijalankan selama setahun pemerintahan Morsi.
Sikap keras Ikhwanul dan kesewenang-wenangan tentara dalam memberlakukan Mesir sebagai “milik”nya akan menjungkalkan negeri piramida itu ke kancah “chaos” dan perang saudara yang panjang.
“Perang saudara” di Mesir telah di mulai sejak Jumat kemarin dan berlanjut Sabtu, 27 Juli 2013 dengan kerusuhan di hampir seluruh kota di Mesir. Tentara dan pengikut Morsi berhadap-hadapan dan mengkapling penguasaan kota Kairo dalam dua kekuatan.
Ikhwanul menguasai hampir seluruh kota dan hanya menyisakan Alun-alun Tahrir untuk oposisi. Sedangkan tentara bergerak melepaskan tembakan membabi-buta kepada pengikut Morsi.
Laporan televise Al-Jazera mengatakan, tentara secara tidak beradab menembak seenaknya kearah kerumunan masa. Ada yang tertembak dikepala dan dada. Situasi Mesir tak terkendali. Tentara menjadi biang dari kekacauan ini dan akan dikalahkan oleh massa.
Ikhawanul Muslimin dengan keras terus mendorong pendukungnya di seluruh penjuru Mesir untuk melanjutkan aksi protes, meskipun hampir 100 orang tewas akibat tembakan tentara dalam dua hari ini Penyelidikan awal menyebutkan, sebagian besar korban tewas tertembak di bagian kepala.
“Tentara pemerintah tidak menembak untuk melumpuhkan, tetapi untuk membunuh,” ujar Juru Bicara Ikhwanul Muslimin Gehad el Hadad, seperti dikutip Reuters, Sabtu 27 Juli 2013..
Sementara dr Ibtisam Zein yang menangani korban penembakan mengaku melihat banyak korban yang ditembak di bagian dada dan kepala. Zein menambahkan bahwa sebagian korban ada yang menderita luka tembak di antara mata.
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti total korban akibat bentrokan berdarah tersebut. Beberapa media menyebutkan jumlahnya mencapai 38 jiwa.
Stasiun televisi Al Jazeera bahkan mengeluarkan data jumlah korban yang lebih banyak. Menurut mereka, korban tewas sudah mencapi 150 jiwa dan sekira 4.500 warga lainnya menderita luka-luka.
Protes itu merupakan respons dari pernyataan Menteri Pertahanan Jenderal Abdel-Fattah el Sissi yang sebelumnya menyebutkan bahwa segala bentuk protes akan memberikan mandat baginya melawan teroris, dalam hal ini melakukan tindakan represif. Ucapannya itu ditujukan kepada kelompok pendukung Morsi dan kelompok Ikhwanul Muslimin.
Sementara pendukung Ikhwanul Muslimin yang berada di Rabaa menegaskan tidak akan pernah mundur dari aksi yang dilakukan. Petinggi Ikhwanul sendiri mengaku tidak bisa menarik mundur para pendukung mereka.
Televisi Al Jazeera bahkan mengeluarkan jumlah korban lebih banyak lagi. Menurutnya, korban tewas sudah mencapi 150 jiwa dan sekira 4.500 warga lainnya menderita luka-luka.
Protes itu merupakan respons dari pernyataan Menteri Pertahanan Jenderal Abdel-Fattah el-Sissi yang sebelumnya menyebutkan, segala bentuk protes akan memberikan mandat baginya melawan teroris, dalam hal ini melakukan tindakan represif. Ucapannya itu ditujukan kepada kelompok pendukung Morsi dan kelompok Ikhwanul Muslimin.
Tetapi, protes pendukung Morsi juga dihadapkan pada protes mendukung El-Sissi. Mereka mendukung El-Sissi yang membentuk pemerintahan ad interim yang dipimpin oleh Adly Mansour.
Ikhwanul Muslimin bereaksi keras atas penembakan ini. Dalam keterangan pihaknya yang disebarkan melalui Facebook, Ikhwanul Muslimin mengatakan, pihak militer yang terlebih dahulu menyerang mereka ketika sedang melakukan protes damai.
Namun tuduhan tersebut dibantah keras oleh militer. Menurut keterangan seorang petinggi militer Mesir, bentrokan memang terjadi di dekat wilayah yang diduduki oleh Ikhwanul Muslimin, bukan di wilayah aksi protes tersebut. Militer mengaku tidak akan pernah ada percobaan serangan terhadap aksi protes Ikhwanul Muslimin