Site icon nuga.co

Rudi Rubiandini, Idealisme Yang Menipu

Tampilan kesederhanaan, kecemerlangan dan ketenaran sebagai ilmuwan bisa mengecoh. Rudi Rubiandini memiliki kapasitas itu. Tapi, ia bisa tergoda. Terpeleset dan kemudian dijeblos ke tahanan. Korupsi. Itulah “setan” yang mendegradasikan semua “harta” yang dimiliki Rudi, akademisi yang banyak dikagumi.

Cerdas dan lugas. Dua “harta” milik Rudi Rubiandini terperosok. Dan terperosok pula kepakarannya di bidang pertambangan. Kepakaran ketika ia menentang teori bahwa bencana lumpur Lapindo terjadi lantaran buntut gempa di Yogyakarta. Dia yakin petaka itu terjadi karena kesalahan pengeboran.

Rudi bukan hanya ilmuwan menantang. Ia, dalam keseharian juga “memilki” kesederhanaan. Pria kelahiran Tasikmalaya itu dilaporkan mempunyai harta kekayaan “cuma” Rp 8 miliar. Harta yang dilaporkannya ke KPK.

Harta itu termasuk sepeda motor BMW hitam yang disita oleh Komisi Pemberantasan Korupsi saat penangkapan Selasa, 13 Agustus 2013. Dia tinggal di Jalan Brawijaya Nomor 8, Jakarta. Meski ada di kawasan elite, rumahnya tampak biasa. Anaknya yang sulung kuliah di Jerman setelah lulus dari Institut Teknologi Bandung.

Meski punya harta miliaran, saat mudik 3 Agustus 2013 lalu, Rudi Rubiandini memilih memakai kereta ekonomi. Dia pulang ke kampung halamannya di Cieunteung, Tasikmalaya.

Menurut Rudi Rubiandini saat itu kepada wartawan, “Yang penting bisa sampai tujuan.” Rudi yang duduk di kursi tertinggi pengelola industri migas dan menyetor Rp 300 triliun untuk APBN ini mudik dengan kereta Pasundan dari Stasiun Pasar Senen. Dia memilih kereta karena perjalanan lebih nyaman dan tak terkena macet.

Menurut Rudi Rubiandini, saat ini perjalanan dengan kereta sudah sangat nyaman walaupun kelas ekonomi. Ini karena keretanya sudah dilengkapi AC, dan setiap penumpang menduduki kursi sesuai dengan tiketnya sehingga tidak ada rebutan kursi lagi. Namun banyak orang melihat langkah Rudi itu cuma pencitraan. Terbukti, belakangan dia ditangkap KPK.

Moncer sebagai narasumber media, Rudi Rubiandini tidak cuma dikenal di kalangan akademisi. Doktor lulusan Technische Universitaet, Clausthal, Jerman, itu didaulat menjadi birokrat. Karena pengetahuannya yang luas, dia diangkat menjadi Penasihat Ahli Kepala BP Migas Badan Pelaksana Hulu Kegiatan Minyak dan Gas (BP Migas) pada 2009-2010.

Di BP Migas, kariernya melesat. Dia akhirnya menjadi Deputi Pengendalian Operasi BP Migas pada periode 2011-2012. Bahkan, kemudian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengangkatnya sebagai Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada 2012. Kawan-kawan sekerja Rudi Rubiandini di Badan Pelaksana Hulu Kegiatan Minyak dan Gas (BP Migas) menilai Rudi sebagai the rising star yang bisa menggenjot produksi minyak nasional.

Saat BP Migas dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi dan diganti dengan SKK Migas, Rudi diangkat menjadi kepala. Rudi pernah dua tahun bekerja di bidang ini.

BP Migas dibubarkan November lalu dengan alasan inkonstitusional. Badan yang sudah tutup buku itu kerap dituding sebagai sarang korupsi, boros, pro-asing, dan gagal mencari sumber cadangan minyak baru. Rudi tak menampik tudingan-tudingan itu. “Korupsi ada di mana saja, bahkan di kelurahan, tak hanya di BP Migas. Yang jadi pertanyaan, mengapa tak pernah ditindak atau ditangkap,” ujarnya..

Seebagai dosen Teknik Pengeboran Minyak, Rudi Rubiandini sangat menginspirasi mahasiswa di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung..

“Beliau itu adalah dosen yang bisa menimbulkan inspirasi bagi mahasiswa sehingga mahasiswa terinspirasi untuk belajar tidak hanya secara teknis akademis saja, tapi juga di dalam kehidupan,” kata Wakil Dekan bidang Akademik Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB Tutuka Ariadji.

Tutuka mengaku sangat mengenal Rudi. Menurut dia, Rudi memiliki kepribadian sebagai seorang dosen akademisi yang sangat disiplin dan memiliki kualitas di sisi pendidikan. “Dalam mengajar pun demikian. Meski sibuk, kalau harus mengajar, beliau pasti hadir pada hari Sabtu,” paparnya.

Selain itu, Rudi juga dikenal sebagai dosen yang selalu memberikan banyak tes dan ujian kepada mahasiswanya selama mengajar. “Mahasiswa banyak mengeluh karena beliau sering memberikan tes panjang dan berat sampai ada yang khawatir tidak lulus. Tapi, ternyata dari sistem mengajar yang diberikan, mahasiswa banyak mendapat ilmu,” imbuhnya.

Selain tegas dalam mengajar, kata Tutuka, Rudi yang telah mengajar di ITB sejak tahun 1985 itu memiliki bakat alamiah menjadi seorang dosen. “Intinya beliau bisa menjelaskan dan menyampaikan secara gamblang ilmu yang rumit menjadi gampang,” jelasnya.

Tak hanya buku tentang pengeboran, Rudi pun banyak membuat karya yang telah mengharumkan nama ITB di bidang perminyakan, seperti membuat patern-patern pengeboran lumpur dan software aplikasi teknik pengeboran dan desain-desain perancangan pengeboran.

Exit mobile version