Site icon nuga.co

Google Buka Machine Canggih TensorFlow

TensorFlow, sebuah aplikasi dari teknologi canggih dibalik fitur image recognition-nya Google Photo’s atau voice recognition-nya dirilis sebagai produk open source. Atau terbuka untuk pengguna.

Pengumuman perilisan TensorFlow sebagai produk open source diposting langsung oleh sang CEO, Sundar Pichai lewat artikel di Official Google Blog, Rabu, 11 November 2015

Google berharap TensorFlow dapat dapat membuat dampak yang lebih besar diluar Google dengan merilisnya sebagai produk open source.

Lisensi yang dipilih untuk TensorFlow adalah Apache 2.0 license.

Pemilihan ini membuat TensorFlow dapat digunakan oleh semua orang, bahkan oleh kompetitor Google.

Google turut berharap komunitas machine learning dapat membantu pengembangan TensorFlow. Source code TensorFlow dapat dilihat di laman GitHhub ini.

Melepas TensorFlow ke publik sebagai produk open source tentunya akan membuat pengembangan produk ini menjadi lebih cepat dibandingkan masih menjadi produk closed source yang hanya dikerjakan segelintir orang.

Layaknya Android, produk open source yang justru sangat menguntungkan Google, TensorFlow pun dapat memberikan keuntungan yang sama untuk Google dimasa yang akan datang.

Dalam semua aplikasi Google, dari Now hingga Photos, TensorFlow ada sebuah program machine learning yang menjadi jantung perkembangan dan kecanggihannya.

Kini setiap developer yang berminat mengembangkan teknologi berbasis machine learning bisa menggunakan kumpulan atau library kode milik Google itu dengan bebas.

Executive Chairman Alphabet, Eric Schmidt mengatakan langkah mereka membuka jantung Android ini adalah sebuah langkah strategis untuk mendorong perkembangan teknologi machine learning.

Pasalnya teknologi tersebut masih sangat muda, belum banyak diketahui.

“Dengan cara demikian akan banyak pembuat aplikasi yang sama-sama memakai dan otomatis mengembangkannya,” terang Schmidt melalui video conference dalam acara The Magic in The Machine

“Kami rilis versi open source yang bisa berjalan di satu komputer, sehingga dapat dengan mudah dipakai siapa saja. Karena ini hal baru, akan lebih bermanfaat kalau ada orang menggunakan dan sama-sama mengembangkannya,” imbuh Schmidt.

Senior Research Scientist and Co founder Google Deep Learning Team Greg Corrado menambahkan, TensorFlow merupakan teknologi machine learning yang paling baru.

Kemampuannya adalah membuat proses mengenali dan menganalisa data menjadi lebih cepat ketimbang teknologi sebelumnya.

Teknologi ini membuat sebuah mesin bisa belajar dari pengalaman sendiri.

Misalnya, seiring Anda membuka Gmail dan menandai sebuah surat sebagai spam, maka sistem akan belajar menghafal ciri-citi dokumen tersebut.

Selanjutnya data yang terkumpul menjadi bahan analisa, sehingga tiap ada surat atau email yang mirip agar ditandai sebagai spam.

“Baru malam tadi kami merilis open source standard software library untuk machine learning, namanya TensorFlow. Kami rilis ini dalam lisensi Apache yang sangat fleksibel,” terang Corrado.

“Saya rasa library machine learning ini sangat penting. Intinya adalah untuk memiliki open software standard bagi machine learning sehingga orang bisa belajar tentang sistem tersebut,” pungkasnya.

Senior Research Scientist Google Inc, Greg Corado mengatakan, kecerdasan buatan telah mengalami evolusi menuju bentuk fungsional. Dalam bahasa Google, pengembangan kecerdasan buatan itu disebut Machine Learning.

“Apa bedanya, apakah komputer tahu bagaimana mengindentifikasi gambar,” kata dia Greg pada acara The Magic In The Machine di Mori Building, Tokyo, Jepang, Rabu 11 November 2015.

Menurut Greg, Machine Learning ini dikembangkan dengan memadukan tiga elemen penting yakni data, model, dan komputer. Ketiga elemen ini membuat Machine Learning mengenal lingkungan sehingga mampu memberikan prediksi.

Cara bekerjanya sangat berjenjang dan mengalami pengulangan melalui data-data yang berkembang.‎”Bila diibaratkan Machine Learning ini seperti mesin roket,” kata dia.

Maksudnya, kata dia, mesin roket secara bertahap melalui input data berupa jumlah bahan bakar, ‎berapa kecepatan yang ingin dicapai. Kemudian memberitahu bagaimana tanda bahan bakar roket tersebut habis.

“Jadi, ini bukan magic tapi ada alat yang mampu berbicara, peduli, dan kreatif untuk sesuatu yang sangat berguna,” kata dia.‎

‎Greg mengatakan, Machine Learning yang dikembangkan Google bisa dimanfaatkan siapapun. Google mengakomodir kebutuhan itu dengan memperkenalkan aplikasi open source, Tensor Flow tadi malam.

Menurutnya, aplikasi ini memungkinan siapapun membuat Machine Learning. Ini karena, sistem ini fleksibel untuk segala bentuk riset dan bisa digunakan untuk berbagai produk.

TensorFlow dapat digunakan untuk melakukan sebuah pengembangan, ini bisa dilakukan oleh sebuah perusahaan ataupun personal. Sayangnya, Google tidak merilis versi “array” yang lebih dalam pada komputer.

Salah satu aplikasi Google yang menggunakan bahasa mesin TensorFlow ini yakni Google App, Google Photo, Google Translate.

Menurut mereka, pada awalnya aplikasi tersebut belum cukup pintar, tapi dalam waktu singkat, mereka mempelajari dengan tekun, hingga membuat aplikasi tersebut jauh lebih baik hingga saat ini.

“Kami telah melihat secara langsung, apa yang TensorFlow dapat lakukan, dan kami pikir hal ini akan berdampak lebih besar diluar dari Google, kata Kepala Teknis Google, Rajat Monga.”

Jadi hari ini, kami memberikan sebuah OpenSource TensorFlow, kami berharap dapat bermanfaat.

Bisa menjadikan TensorFlow ini sebagai sebuah media pembelajaran bagi masyarakat, dari peneliti akademis, insinyur yang dapat menghasilkan ide-ide yang lebih luas lagi

Exit mobile version