Harga emas global di Merchantil Exchange Comex hari ini, Rabu, 27 Juni, kembali terjungkal bersamaan dengan rencana kenaikan suku bunga perbankan Amerika Serikat.
Pada perdagangan Rabu WIB, tekanan terhadap harga emas mencapai level terendah dalam enam bulan.
Sentimen utama yang menekan harga emas adalah rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve.
Seperti ditulis laman ekonomi dan keuangan “Bloomberg,” pagi ini, Rabu WIB, harga emas di pasar spot turun sebesar nol tiga persen per ounce, setelah sebelumnya sempat menyentuh level terlemah sejak Desember tahun lalu.
Sedangkan harga emas berjangka AS untuk pengiriman Agustus tutun setengah persen lebih rendah
Analis INTL FCStone Edward Meir menjelaskan saat ini pelaku pasar sedang digelayuti ketakutan akan perang dagang.
Hal tersebut seharusnya menjadi pendorong kenaikan harga emas.
Namun sayangnya, hal tersebut tak terjadi.
Pelaku pasar justru lebih melihat sentimen rencana kenaikan suku bunga the Fed setelah melihat prospek pertumbuhan ekonomi AS yang cerah.
“Sentimen suku bunga terus menggerogoti harga emas,” jelas dia.
Gubernur The Fed Jerome Powell pekan lalu mengatakan bahwa bank sentral AS harus melanjutkan secara bertahap laju kenaikan suku bunga di tengah ekonomi yang kuat untuk menyeimbangkan pekerjaan dan sasaran inflasi.
Emas, yang sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS, menjadi terpukul sehingga tertekan ke tingkat yang lebih rendah.
Hal tersebut terjadi karena logam mulia harus bersaing dengan surat utang yang memberikan keuntungan kenaikan harga dan bunga.
Pada perdagangan sebelumnya, harga emas turun mendekati posisi terendah dalam enam bulan dipicu investor yang berbondong-bondong ke memilih membeli treasury AS.
Kondisi ini terjadi di tengah kekhawatiran perang perdagangan global meningkat lebih tinggi setelah sebuah laporan mengatakan jika AS berencana melarang perusahaan-perusahaan China untuk berinvestasi di dalam perusahaan teknologinya.
Departemen Keuangan AS sedang menyusun aturan yang akan memblokir perusahaan yang setidaknya dua puluh lima persen kepemilikannya dipunyai China.
Emas, yang secara tradisional dipandang sebagai tempat yang aman saat terjadi ketidakpastian geopolitik, telah gagal menguntungkan investor yang kini lenih memilih utang treasury AS.
“Sekarang, uang terbang menuju masuk ke dalam obligasi,” kata Bob Haberkorn, Ahli Strategi Pasar Senior di RJOFutures.
“Komoditas secara keseluruhan ditarik kembali dengan ancaman tarif,” dia menambahkan.