Rabu pagi WIB, 27 Januari 2016, harga “buyback,” atau pembelian kembali emas batangan milik PT Aneka Tambang Tbk, atau Antam, mengalami lompatan tinggi sebesar Rp 5.000 dan bertengger di angka Rp 496.000 per gram.
Harga pembelian kembali ini artinya jika Anda menjual emas yang dimiliki, Antam akan membelinya di harga Rp 496.000 per gram.
Tidak hanya harga pembelian kembali, harga jual emas batangan Antam juga naik Rp 5.000 dan kini berada diangka Rp 552.000 per gram
Dalam dua hari sejak Selasa kemarin, harga emas Antam lebih mahal Rp 8.000 per gram.
Antam menjual emas dengan ukuran mulai satu gram hingga 500 gram dan menjelang siang WIB, seluruh ukuran emas Antam masih tersedia.
Mengingat tingginya animo masyarakat, transaksi pembelian emas batangan yang datang langsung ke Antam dibatasi hingga maksimal seratus nomor antrean per hari.
Kenaikan harga emas pada tingkat lokal ini merupakan dampak dari harga emas global, terutama dari Comex New York.
Harapan para pelaku perdagangan emas ada pada bank sentral Amerika Serikat yang memiliki kesempatan lebih sedikit untuk menaikkan suku bunga pada 2016.
Hal itu mengingat ekonomi global yang goyah.
Sentimen itu menjadi pertanda baik untuk emas. Di pasar spot, harga emas naik setelah menguat hampir satu persen pada pekan lalu.
Harga emas ditutup menguat pada perdagangan Rabu pagi waktu Jakarta.
Penguatan harga emas tersebut karena investor melihat bahwa gejolak pasar saham maupun keuangan akan mendorong Bank Sentral Amerika Serikat untuk mengeluarkan kebijakan yang akan menstabilkan perekonomian yaitu dengan menahan suku bunga.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu pagi WIB, harga emas untuk pengiriman Februari, merupakan kontrak yang paling aktif diperdagangkan, ditutup naik di Divisi Comex New York Mercantile Exchange.
Level penutupan tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2 November 2015 lalu.
Investor semakin percaya diri untuk mengoleksi emas setelah pada pekan lalu terjadi penurunan yang cukup tajam di harga minyak dan juga di bursa saham.
Dengan kondisi tersebut, pelaku pasar melihat bahwa The Fed kemungkinan besar akan membuat kebijakan yang tidak akan bertentangan atau mereka akan lebih lambat dalam melakukan pengetatan kebijakan moneter.
Di akhir 2015 kemarin, The Fed memang menjalankan aksi pengetatan dengan menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya sejak 2008.
Dengan kondisi yang ada saat ini, The Fed kemungkinan besar belum akan kembali mengambil kebijakan yang sama.
Langkah tersebut dilakukan agar perekonomian dunia tidak lebih bergejolak lagi dari yang sudah terjadi saat ini.
Prediksi dari para analis bahwa The Fed kemungkinan besar akan menahan kenaikan suku bunga tersebut menjadi angin segar bagi harga emas karena tidak perlu bersaing lain dengan instrumen investasi lain yang memberikan imbal hasil ataupun memberikan dividen.
“Pelemahan emas pada tahun lalu sebagian besar karena kebijakan yang diambil oleh The Fed yaitu rencana pengetatan moneter,” jelas analsi HSBC.
Jika kenaikan suku bunga tidak terlalu cepat di tahun ini, harga emas akan kembali melambung.
“Harga emas dapat reli. Harga emas menguji level US$ 1.138, dan bila tembus itu maka dapat sentuh level US$ 1.160,” kata Brian Land, Direktur GoldSilver Central.
Land menambahkan, ada sejumlah permintaan meningkat untuk emas. Hal itu mengingat pelaku pasar tidak lagi memiliki keyakinan di bursa saham dan mata uang
Sebelumnya harga emas telah turun lebih dari sepuluh persen setelah bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade pada Desember 2015.