Memiliki sifat dan sikap hidup optimis ternyata baik bagi kesehatan dan juga mencegah stroke.
Sebuah penelitian terbaru menunjukkan hubungan tingkat optimisme yang dimiliki seseorang terhadap penurunan resiko terkena penyakit stroke.
Semakin besar rasa optimis yang dimiliki semakin kecil kemungkinan ia terkena stroke.
Dalam hal ini tak hanya karena kemungkinan orang-orang yang memiliki pikiran positif seperti sifat optimis lebih bersemangat dan terpacu untuk menjalani pola hidup sehat, tapi terdapat bukti-bukti yang menunjukkan sikap optimis itu sendiri langsung terkait dengan penurunan resiko terkena penyakit stroke.
Hasil penelitian ini juga bersesuaian dan menyokong penemuan sebelumnya yang mengaitkan sikap optimis terhadap jantung yang lebih sehat dan kekebalan tubuh yang lebih baik.
Penemuan terbaru ini dipublikasikan dalam American Heart Association Journal Stroke (Jurnal Ilmiah Asosiasi Jantung Amerika Untuk Stroke).
Oleh karena itu, mari kita tinggalkan sikap hidup yang pesimis dan mulai menjalani hidup dengan penuh optimisme sehingga turut menjaga kesehatan tubuh kita, dan terhindar dari stroke; paling tidak dengan sikap optimis, pastinya hidup akan terasa lebih bergairah dan lebih menyenangkan.
Sebuah penelitian lain mengungakapkan bahwa wanita yang memiliki sikap optimis dalam kehidupan memiliki kesempatan untuk hidup lebih lama dibandingkan dengan wanita yang pesimis, alias tidak optimis.
Eric Kim, kepala penelitian dari Department of Social and Behavioral Sciences di Harvard T.H. Chan School of Public Health di Boston dan rekannya menyatakan bahwa salah satu cara untuk memperbaiki kualitas hidup dan memperbaiki kesehatan ialah dengan memiliki sifat optimis.
Bahkan, penelitian yang dilakukan di University of Illinois menemukan fakta bahwa orang yang optimis cenderung memiliki kesehatan jantung yang lebih baik dibandingkan mereka yang pesimis.
Penelitian yang diterbitkan di American Journal of Epidemiology mendefinisikan optimis sebagai sikap mental yang ditunjukkan dengan pikiran yang positif serta penuh pengharapan dan yakin bahwa sesuatu yang baik akan selalu datang.
Orang yang optimis selalu memiliki pikiran yang positif sesulit apapun kondisinya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang optimis cenderung memiliki kesehatan fisik dan mental yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang pesimis.
Sikap pesimis merupakan kebalikan dari sikap optimis, yakni memandang sesuatu dari sisi buruk dan selalu memiliki pengharapan yang buruk.
Kaitlin Hagan, salah satu peneliti kesehatan masyarakat di Brigham & Women’s Hospital dan Harvard University di Boston yang berkontribusi dalam penelitian ini menyatakan bahwa orang yang optimis cenderung bertindak dengan cara yang lebih sehat dalam hidup.
Misalnya, melakukan olahraga lebih sering, mengonsumsi makanan sehat, serta hal lainnya yang akhirnya berdampak pada berkurangnya risiko kematian dan secara tidak langsung memperpanjang usia.
Hagan juga menambahkan bahwa optimisme mungkin juga berdampak langsung pada fungsi biologis tubuh.
Penelitian lain menunjukkan bahwa tingkat optimisme yang tinggi pada seseorang berpengaruh pada tingkat peradangan yang lebih rendah, tingkat lipid (lemak dalam darah) yang lebih sehat, dan antioksidan yang lebih tinggi.
Untuk melihat lebih jauh manfaat sikap optimis terhadap kesehatan dan risiko kematian, Kim dan rekan-rekannya menganalisis data yang melibatkan sekitar tujuh puluh ribu wanita yang merupakan bagian dari Nurses Health Study. Nurses Health Study merupakan sebuah studi yang menilai kesehatan perempuan melalui survei yang dilakukan dalam dua tahun sekali.
Adapun faktor yang diteliti dalam penelitian tersebut yakni yang berkaitan dengan kesehatan fisik dan mental serta kebiasaan yang terkait dengan hal-hal seperti diet, riwayat penyakit, intensitas olahraga, merokok, dan meminum alkohol.
Hasilnya, dibandingkan dengan wanita yang memiliki tingkat optimis lebih rendah, mereka yang memiliki tingkat optimis yang lebih tinggi memiliki risiko tiga puluh persen lebih rendah mengalami kematian lebih cepat.
Peneliti juga menemukan fakta bahwa wanita yang paling optimis memiliki kemungkinan lebih kecil meninggal karena berbagai penyakit dibandingkan dengan wanita yang paling tidak optimis,
Eric Kim menyatakan bahwa penelitiannya tidak menyertakan pria sebagai responden sehingga hasilnya hanya mencakup wanita.
Meskipun begitu, penelitian terdahulu telah menemukan hubungan antara optimisme dan kesehatan untuk laki-laki maupun perempuan. Ternyata hasilnya sama, yaitu sikap optimis memiliki pengaruh baik dalam kesehatan dan mampu memperpanjang usia.
Walaupun pemikiran negatif bukanlah satu-satunya faktor yang berperan dalam usia seseorang, Dr. Susan Albers, seorang psikolog dari Cleveland Clinic di Ohio menyatakan bahwa sikap optimis penting ditumbuhkan dan tidak dapat diabaikan.
Sikap optimis bisa ditumbuhkan jika tidak datang dengan sendirinya. Konsultasi ke psikolog, berkumpul dengan orang-orang yang memiliki sikap positif menonton film yang memiliki pesan positif bisa menjadi cara untuk menumbuhkan sikap ini.