Lebih empat ratus juta data pengguna Facebook telah dilanggar.
Seperti dilansir TechCrunch, peneliti keamanan Sanyam Jain mampu menemukan basis data online yang berisi nomor telepon yang ditautkan dengan ID pengguna.
Hal buruknya adalah, data ini biasanya juga menampilkan nama asli pengguna, jenis kelamin, dan negara.
TechCrunch mengatakan bahwa server yang terpapar tidak dilindungi dengan kata sandi. Namun ketika mereka menghubungi host web database, informasi itu dijadikan offline.
Sementara itu, Facebook mengatakan kepada TechCrunch bahwa data itu sudah tua dan tampaknya diperoleh tahun lalu sebelum perusahaan melakukan perubahan untuk meningkatkan kemampuan orang untuk menemukan orang lain menggunakan nomor telepon mereka.
Perusahaan mengatakan bahwa set data itu telah dihapus dan bahwa tidak ada bukti jika akun Facebook benar-benar dikompromikan.
Mengingat orang tidak terlalu sering mengubah nomor telepon mereka, klaim Facebook bahwa datanya sudah tua tidak terlalu relevan.
Ini merupakan insiden mengkhawatirkan lainnya dalam serangkaian pelanggaran data utama di Facebook. Pada bulan Mei, data 49 juta pengguna Instagram juga bocor.
Tidak jelas bagaimana data diperoleh atau siapa yang menyimpannya.
Selain itu Facebook berencana untuk meluncurkan tab “berita” baru dalam beberapa bulan ke depan. Ini akan difokuskan pada berita yang dapat dipercaya dari penerbit terkemuka.
Wall Street Journal melaporkan bahwa Facebook telah mendekati penerbit terpercaya di AS seperti ABC News, Dow Jones, Washington Post dan Bloomberg.
Mereka menawarkan sebanyak $3 juta per tahun untuk lisensi dan preview artikel.
Menurut laporan itu, kesepakatan lisensi akan berjalan selama tiga tahun dan akan memberikan kebebasan yang signifikan kepada media.
Mereka dapat memilih bagaimana konten mereka muncul di tab berita, serta memilih apakah mereka ingin meng-host konten penuh di Facebook atau menyambungkan tautan utama ke situs mereka.
Tidak diketahui apakah ada media yang menyetujui proposal Facebook.
CEO Facebook Mark Zuckerberg pertama kali melontarkan gagasan itu pada bulan April, dengan tujuan memunculkan lebih banyak berita berkualitas tinggi di situsnya.
Facebook telah menghadapi kritik karena membiarkan informasi yang menyesatkan berkembang di platformnya.
Facebook dikabarkan akan mengalami beberapa perubahan yang mungkin tidak disukai sebagian pengguna, yaitu menyembunyikan ‘Like’.
Perubahan ini pertama kali ditemukan oleh peneliti Jane Manchun Wong di aplikasi Android, namun belum dirilis.
Ketika TechCrunch memverifikasi laporan itu, Facebook mengkonfirmasi bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk meluncurkan tes.
Namun, ini bukan rencana baru bagi Facebook. Perusahaan ini telah memulai tes serupa pada Instagram. Itu dilakukan di beberapa negara, namun belum jelas apakah itu akan diperluas dan menjadi hal yang permanen.
Menyembunyikan ‘Like’ dapat dianggap kontroversial bagi beberapa orang. Tapi Facebook berpendapat bahwa langkah itu demi kesehatan mental pengguna, dan mencegah mereka membandingkan hidup mereka dengan orang lain.