Anda merasa sebagai pria tampan?
Nah, jangan ke-“ge-er”an dulu.
Jangan merasa gembira.
Lantas?
Sebab, hasil penelitian terbaru yang dipublikasikan di Journal Organisational Behavior and Human Decision Processes mengungkapkan, Anda diklasifikasikan sebagai pria yang tidak pernah sukses dalam karir.
Publikasi itu berasal dari studi yang dilakukan Fakultas Manajemen London College serta University of Maryland, menemukan bahwa pria tampan justru kerap diremehkan oleh kawan sekerja dan atasan mereka.
Hal itu membuat mereka yang dianggap rupawan, jarang mendapatkn pekerjaan impian dan justru tak sukses dalam karir.
Untuk mendapatkan hasil terbaik ilmuwan melakukan empat eksperimen di beberapa kantor.
Mereka menemukan bahwa jika pria mewawancara pria lain untuk sebuah pekerjaan, penampilan calon pekerja menjadi penilaian dasar untuk menempatkan mereka dalam jabatan tertentu.
Hal tersebut jauh lebih parah daripada wanita. Para wanita tidak menghadapi tantangan yang sama, karena pewawancara wanita umumnya tidak mengasosiasikan tampang dengan kompetensi bekerja.
Mereka lebih mengandalkan intuisi dalam menerima calon pekerja.
Umumnya wanita kerap dihakimi karena penampilan mereka.
Stigma yang beredar di masyarakat, perempuan yang cantik kerap kali menggunakan hal tersebut sebagai ‘senjata’ untuk mendapatkan keinginan mereka, ketimbang bekerja keras menggapai mimpi.
Sun Young Lee, ketua peneliti dari University of Maryland mengatakan banyak atasan pria yang terjebak pada stereotipe penampilan. “Pria tampan diasosiasikan dengan kurang kompetensi,” kata Sun, dilansir laman Daily Mail.
Sun Young Lee, ketua peneliti dari University of Maryland mengatakan banyak atasan pria yang terjebak pada stereotipe penampilan.
“Pria tampan diasosiasikan dengan kurang kompetensi,” kata Sun, dilansir laman Daily Mail, Kamis, 10 Desember 2015.
Di luar itu, pihak sumber daya manusia juga lebih memilih karyawan berpenampilan ‘biasa’ yang diasosiasikan dengan tekun dan bertanggung jawab.
Kesimpulan dari penelitian tersebut mendapat dukungan penuh dari aktor Rob Lowe yang mengeluh sulit mencari pekerjaan dan maju dalam karier akibat penampilannya.
Kepada New York Times, Lowe mengeluh bahwa dunia pekerjaan masih terkungkung stigma mereka yang tampan berarti tidak bisa bekerja.
“Orang tampan diasosiasikan dengan kehidupan serbabaik, mereka tidak mengalami kesusahan, dianggap dangkal dan tidak berkarakter,” kata Lowe.
Lowe mengatakan, hingga saat ini dunia masih menganggap, pemilik wajah rupawan seharusnya menjadi aktor atau model.
“Di luar dunia hiburan, ketampanan tidak dianggap sesuatu yang serius dan jika mereka sukses, dianggap jual tampang,” tutur dia.
Selain itu, sebuah penelitian lainnya dari University of Maryland menemukan, jika pria tampan diwawancara langsung oleh atasan perusahaan, maka jarang sekali pelamar rupawan tersebut yang diterima.
“Para pria tampan dianggap tampak lebih kompeten. Jadi ini hanya penilaian rasional secara subjektif untuk mendiskriminasi atau melawan mereka,” kata asisten profesor tim peneliti Marko Pitesa.
Dalam studinya, Pitesa dan tim melakukan penelitian pada 241 orang dewasa. Mereka diminta menilai para pelamar kerja berdasarkan kualifikasi palsu.
Tim juga meminta para partisipan untuk menilai para pelamar kerja secara gender, pria menilai pria dan wanita menilai wanita.
Wajah para pelamar fiksional itu ditampilkan pada monitor komputer. Ada yang berparas menarik dan tidak.
“Terlihat pola diskriminasi pada para pelamar berparas menarik khususnya para pria tampan,” kata Pitesa.
Pada tes lain, partisipan wanita menilai pelamar pria.
Sementara para pria menilai pelamar wanita. Hasil tes ini justru menunjukkan hal sebaliknya, para partisipan wanita memilih bekerja dengan para pria tampan dan bersaing dengan pria berparas biasa.
Berlainan dengan dua srudi di atas, sebuah penelitian yang tergolong unik dilakukan oleh sorang Sosiolog dari Universitas Essex yang mengungkapkan bahwa orang cantik atau tampan lebih sukses dibanding dengan pemilik wajah yang ‘standar.’
Dalam penelitian yang menganalisis lebih dari delapan ribu ribu orang berusia di atas tiga puluh lima tahun dengan mengambil scope di sebuah kota di Wisconsin, wajah cantik dan tampan tersebut merupakan modal awal bagi kesuksesan seseorang dalam bekerja.
Seperti dikutip dari Daily Mail,sang peneliti yaitu Gundi Knies dari Essex University, Institute for Social and Economic Research menjelaskan, “Mereka yang memiliki paras elok cenderung memiliki pekerjaan yang lebih baik dan karir bergengsi.”
Knies juga menjelaskan bahwa IQ bukan faktor yang utama bagi sebuah perusahaan untuk menjadikan seseorang sebagai pegawai mereka dan membuatnya sukses dalam karir.
Dalam penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa orang-orang dengan wajah rupawan lebih memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi dan aktif.
Bahkan, terkadang untuk urusan dengan klien penting dalam sebuah bisnis, perusahaan selalu menjadikan orang-orang dengan wajah cantik atau tampan sebagai tokoh utama atau ujung tombak dalam proses bisnis dengan pihak lain.
Tidak hanya itu saja, orang yang memiliki wajah menawan juga cepat untuk mendapatkan promosi jabatan dibandingkan dengan orang yang berwajah ‘standar’ walaupun mereka dalam posisi atau rentang waktu bekerjanya sama.