Menghindari gluten atau melakukan diet bebas gluten kini sedang ‘naik daun’ setelah beberapa selebriti Hollywood melakukan program menguruskan badan ini.
Dua diantara artis itu, Ryan Gosling dan Oprah Winfrey, paling sukses melakukan diet ini.
Awalnya, diet ini dijalankan pada mereka yang memiliki alergi.
Dengan diet bebas gluten membuat orang merasa lebih sehat dan terlihat lebih langsing.
Kini, banyak dari mereka yang tidak memiliki alergi pun akhirnya berhenti mengonsumsi makanan yang mengandung gluten.
Gluten adalah protein pengikat yang bersifat lengket dan elastis. Gluten banyak ditemukan dalam biji-bijian seperti gandum, gandum hitam, jelai dan spelt.
Bagi mereka yang tidak setuju dengan diet ini, studi terbaru ini bisa jadi akan memperkuat argumen mereka.
Dilansir Independent, peneliti dari Universitas Harvard menemukan hubungan diet bebas gluten dengan diabetes tipe 2.
Diabetes adalah di mana pankreas tidak cukup memproduksi insulin. Sedangkan diabetes tipe 2, seperti dilansir Alo Dokter, adalah diabetes yang disebabkan tubuh tidak efektif menggunakan insulin.
Bagi penderita penyakit Celiac atau kondisi di mana seseorang tidak mampu mentolerir gluten, gluten jelas harus dihindari karena alasan medis.
Pengidap Celiac yang mengonsumsi makanan mengandung gluten dapat berakibat peradangan pada usus kecil.
Selain merusak jaringan usus, hal ini dapat menghalangi proses penyerapan nutrisi makanan yang penting bagi tubuh.
Sedangkan bagi mereka yang menghindari gluten karena gaya hidup, peneliti memperingatkan bahwa hal ini membawa dampak buruk.
Hasilnya bisa dipercaya karena ukuran dan skala studi ini yakni asupan gluten dari 200 ribu orang selama lebih dari tiga puluh tahun.
Studi observasi jangka panjang ini menemukan bahwa dua puluh persen partisipan yang mengonsumsi gluten paling banyak, punya tiga belas persen peluang lebih rendah untuk terkena diabetes tipe 2 dibanding dengan mereka yang paling sedikit mengonsumsi gluten.
“Saran dari penelitian ini, bahwa mengonsumsi gluten bisa menurunkan resiko perkembangan diabetes,” kata ketua riset, Geng Zong dari Fakultas Nutrisi, Universitas Harvard.
Dia memperingatkan makanan bebas gluten menjadikan makanan itu kurang bernutrisi karena kurang serat pangan dan nutrisi lain.
“Orang yang tidak menderita Celiac bisa membatasi asupan gluten mereka untuk mencegah penyakit kronis, khususnya diabetes,” tambahnya.
Bagaimanapun hal ini belum begitu jelas apakah gluten merupakan penyebab diabetes tipe 2, atau makanan lain yang mengandung protein.
“Bisa jadi makanan lain yang anda pikir mengandung gluten, kita cenderung menemukan semua biji-bijian, yang diasosiasikan dengan reduksi resiko diabetes, jelas profesor ilmu nutrisi dari Universitas Canberra, Duane Mellor.
Sebuah penelitian terbaru lainnya telah mengungkapkan bahwa diet dengan jumlah yang tepat dari makanan tertentu dapat membantu Amerika memotong kematian akibat penyakit jantung, stroke dan diabetes tipe 2 hingga hampir setengahnya.
Penelitian itu juga menemukan bahwa sekitar empat puluh lima persen kematian pada lima tahun silam disebabkan oleh konsumsi sepuluh jenis makanan yang terlalu banyak dan terlalu sedikit.
“Kabar baiknya adalah bahwa sekarang kita mengerti tentang makanan mana yang akan membantu mencegah Amerika dari mati muda dan dari penyakit kardiometabolik,” kata Renata Micha, peneliti dari Friedman School of Nutrition Science and Policy di Tufts University, Boston seperti dilansir Reuters.
Hasil penelitian ini memberikan pesan untuk masyarakat dan industri agar bisa mengoptimalkan konsumsi dan produksi makanan yang baik. Seluruh pihak diharap tak hanya berfokus pada menyingkirkan makanan yang buruk.
Seperti dilaporkan dalam Journal of American Medical Association, temuan penelitian itu berasal dari berbagai sumber
Micha dan rekan-rekannya mengidentifikasi sepuluh komponen makanan yang terkait erat dengan penyakit jantung, stroke dan diabetes tipe 2 seperti natrium, buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, daging merah yang belum diproses, daging olahan, lemak tak jenuh ganda seperti kedelai atau minyak jagung, serta minuman manis.
Selama penelitian juga ditemukan bahwa pria lebih mungkin untuk meninggal dibandingkan perempuan karena penyakit kardiometabolik yang berkaitan dengan diet sub-optimal. Sedangkan orang yang berusia muda lebih berisiko daripada orang tua.
Dari segi ras, orang kulit hitam atau Hispanik lebih berisiko dibandingkan kulit putih. Kemudian, orang dengan pendidikan rendah lebih berisiko dibandingkan rekan-rekan mereka yang lebih berpendidikan.
Para peneliti juga menemukan bahwa kematian di Amerika akibat penyakit kardiometabolik menurun lebih dari dua puluh lima persen selama dua periode survei tersebut.
Dalam kurun waktu itu, perilaku diet dikalangan masyarakat meningkat.
Mereka banyak mengkonsumsi lemak tak jenuh ganda, kacang-kacangan dan biji-bijian, buah-buahan namun sedikit mengkonsumsi minuman manis.
“Makan sehat adalah kunci, dan jika kita ingat pada fakta sederhana, bahwa kebanyakan dari kita dapat memiliki hidup sehat dan lebih baik,” kata Micha.
Noel Mueller, peneliti dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Baltimore, mengatakan bahwa hasil penelitian itu dapat menjadi informasi bagi masyarakat tentang makanan yang bermanfaat dan berbahaya bagi kesehatan.