Harga emas dalam sepekan terakhir ini terus melemah bersamaan dengan penguatan dolar Amerika Serikat
Selain masalah penguatan dollar meningkatnya ketegangan perdagangan global dan kekhawatiran ekonomi di pasar negara berkembang juga memicu pelemahan emas ini.
Seperti ditulis laman ekonomi dan keuangan terkenal “Bloomberg,” pagi ini, Rabu, 05 September, harga emas di pasar spot turun nol koma tiga persen per ounce.
Sementara itu untuk emas berjangka telah turun nol koma empat persen
Harga logam kuning ini telah turun sekitar delapan persen tahun ini seiring meningkatnya suku bunga AS, sengketa perdagangan dan krisis mata uang Turki.
Para investor memarkir uang mereka dalam dolar, yang dipandang sebagai aset safe-haven
“Krisis ekonomi pasar yang muncul membuat mata uang sangat lemah dan menguntungkan dolar, yang terus menekan emas,” kata Peter Fung, Kepala Perdagangan Wing Fung Precious Metals di Hong Kong.
Mata uang termasuk peso Argentina, lira Turki, Rand Afrika Selatan, real Brasil, rupiah Indonesia dan rupee India telah menderita dalam beberapa pekan terakhir.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang, mencapai posisi tertinggi sejak Agustus.
“Emas harus melacak pergerakan dolar dan ekspektasi suku bunga juga membebani logam mulia,” tambah Fung.
Dolar AS yang lebih kuat membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, dengan permintaan safe-haven untuk emas tahun ini dibayangi greenback.
Pasar juga mengamati dengan seksama data ekonomi AS, termasuk survei manufaktur pada hari Selasa dan laporan pekerjaan pada hari Jumat, yang dapat mempengaruhi pergerakan emas minggu ini karena investor mencari petunjuk tentang laju kenaikan suku bunga AS.
Sementara itu, kekhawatiran atas eskalasi konflik perdagangan antara Amerika Serikat dan negara-negara lain telah membuat pasar turun.
Harga emas di pasar spot diprediksi dapat jatuh ke posisi ternedahnya seperti diungkapkan analis teknikal Reuters Wang Tao.
Adapun harga perak turun pada hari Selasa, setelah jatuh ke level terendah dua mingguan
Kemarin, Selasa 04 September, harga emas dunia di Merchantil Exchange Comex, New York, kembali terpukul bersamaan dengan makin perkasanya dollar Amerika Serikat.
Menurut laporan media terkenal “Bloomberg,” Selasa pagi WIB, dolar Amerika Serikat bertahan di dekat level tertinggi satu mingguannya di tengah kekhawatiran atas eskalasi konflik perdagangan antara Amerika Serikat dan negara lain.
Mata uang dolar AS yang lebih kuat membuat emas yang dihargakan dalam dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya dan berpotensi mengurangi daya beli.
Permintaan terhadap emas tahun ini telah dibayangi oleh pergerakan dolar AS.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Sabtu bahwa tidak perlu untuk menjaga Kanada dalam Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara dan memperingatkan Kongres untuk tidak ikut campur dalam negosiasi atau ia akan mengakhiri perjanjian trilateral, yang juga termasuk dengan Meksiko.
Sementara itu, Bloomberg News melaporkan bahwa Trump siap untuk meningkatkan perang perdagangan dengan China dan telah mengatakan bahwa ia segera mengenakan tarif impor lebih dari dua ratus miliar dollar terhadap China.
“Selama kekhawatiran perang perdagangan yang membantu mengangkat dolar AS terus berlanjut, emas akan berada di bawah tekanan,” kata Ahli Strategi Komoditas ETF Securities, Nitesh Shah.
Harga emas turun sekitar delapan persen tahun ini dengan latar belakang meningkatnya suku bunga AS, sengketa perdagangan dan krisis mata uang Turki, dengan investor memarkir uang mereka dalam dolar AS.
Harga emas di pasar spot turun nol koma satu persen per ounce, setelah menyentuh level terendah intraday
Emas berjangka AS stabil.
Jika harga emas naik lagi itu berarti ada peluang bagus untuk rebound lebih lanjut, kata Kepala Analis ActivTrades, Carlo Alberto De Casa.
Data ekonomi AS minggu ini, termasuk survei manufaktur pada hari Selasa dan laporan pekerjaan pada hari Jumat, dapat mempengaruhi pergerakan emas karena investor mencari petunjuk tentang laju kenaikan suku bunga AS.