Edson Arantes do Nascimento atau yang akrab disapa Pele bukan siapa-siapa sebelum menjadi legenda sepak bola asal Brasil.
Pele lahir pada Oktober tujuh puluh sembilan tahun lalu di Tres Corcaoes, Minas Gerais, Brasil. Kakak dari dua bersaudara ini adalah putra dari pesepakbola Fluminense Dondinho dan Celeste Arantes.
Nama ‘Edson’ berasal dari penemu lampu asal Amerika Serikat, Thomas Alva Edison. Orang tua Pele memutuskan untuk menghilangkan huruf ‘i’. Namun sertifikat lahir Pele mengalami salah penulisan sehingga di sana tertulis ‘Edison’.
Keluarga memanggil dia dengan sebutan ‘Dico’. Ia baru mendapat sebutan ‘Pele’ saat masa sekolah, karena salah menyebut nama panggilan dari kiper Vasco da Gama yakni Moacir Barbosa Nascimento atau Bile.
Dalam buku autobiografi ‘My Life and the Beautiful Game’, Pele sendiri tidak tahu arti dari nama panggilan dia tersebut, begitu pula teman-teman lama dia.
Pele tumbuh dalam lingkungan yang miskin di Bauru, sebuah kota bagian tenggara Brasil. Ia disebut membantu ekonomi keluarga dengan bekerja di toko teh sebagai seorang pelayan.
Meskipun diajarkan cara bermain sepak bola oleh sang ayah, Pele tidak mampu memiliki peralatan berlatih yang layak. Ia bermain bola dengan kaus kaki yang diisi koran dan diikat tali.
Pele bermain untuk sejumlah tim amatir di masa muda seperti Sete de Setembro, Canto do Rio, Sao Paulinho, dan Ameriquinha. Di masa remaja, ia bermain untuk tim sepak bola dalam ruangan atau indoor bernama Radium.
Sepak bola indoor sedang populer di Bauru ketika Pele mulai memainkan olahraga tersebut.
Di situ, Pele yang masih berusia empat belas bersaing dengan para pemain dewasa. Dan tak disangka, ia dan rekan-rekan Radium berhasil memenangkan kejuaraan Futebol de Salao.
Pele berpendapat sepak bola indoor memiliki banyak tantangan. Ia mengatakan sepak bola indoor membutuhkan gaya bermain yang lebih cepat dibandingkan bermain di lapangan rumput. Selain itu, kata dia, para pemain harus berpikir lebih cepat.
Meski begitu, Pele menyatakan sepak bola indoor membantu dia berpikir lebih baik dalam mengambil keputusan saat bermain.”Sepak bola indoor memberikan saya rasa percaya diri yang besar. Saya menjadi tidak takut dengan apapun yang akan datang dalam hidup saya,” katanya.
Karier sepak bola profesional Pele dimulai bersama klub Santos
Saat bermain untuk timnas Brasil selama empat belas tahun sejak enam puluh dua tahun lalu, Pele mencetak tujuh puluh tujuh gol dalam sembilan puluh dua penampilan.
Piala Dunia menjadi ajang Pele untuk memperkenalkan diri kepada dunia. Saat itu ia masih tujuh belas tahun.
Pele tidak mencetak gol dalam penyisihan grup empat Piala Dunia . Namun, ia rutin membobol gawang lawan di fase gugur.
Setelah melewati Wales di perempat final dan Prancis di semifinal, Brasil menumbangkan tuan rumah Swedia dengan skor lima berbanding dua di partai puncak. Pele menyumbang dua gol dalam babak final
Empat tahun kemudian, Pele kembali mempertahankan gelar juara Piala Dunia di Chile. Juara bertahan Brasil tampil cukup meyakinkan di dengan menjuarai grup tiga.
Brasil kemudian melewati Inggris di perempat final dan Chile di semifinal. Di partai pamungkas, Pele dan kawan-kawan menumbangkan Cekoslovakia
Timnas Brasil yang diperkuat Pele menjadi juara dunia untuk kali ketiga di Piala Dunia empat puluh sembilan yang berlangsung di Meksiko. Atas keberhasilan meraih gelar juara dunia yang ketiga, Brasil mendapat kehormatan memiliki trofi Jules Rimes.
Sebelum pensiun, Pele memperkuat New York Cosmos dengan menyumbang penampilan. Selama berkarier dalam dunia sepak bola profesional,
Kebesaran nama Pele sebagai bintang sepak bola selalu dibandingkan dengan legenda Argentina, Diego Maradona. Berbeda dengan Pele yang ‘anak baik’, Maradona adalah ‘anak bengal’ dalam sepak bola dunia.
Apalagi, Maradona menggantung sepatu dengan ‘cedera pada nama baik’ yakni penggunaan doping.
Namun, di lapangan hijau, prestasi Pele selalu dinilai masih kalah dari Maradona. Pasalnya Pele sepanjang kariernya tak pernah mencicip kompetisi kelas atas di Benua Eropa.
Sepanjang kariernya, Pele hanya bermain di Benua Amerika dan untuk dua klub yakni Santos di Brasil dan New York Cosmos di Amerika Serikat .
Sementara Maradona, setelah mengawali karier di Argentinos Juniors ia menjadi bintang Boca Juniors. Setelah itu, Maradona menjadi bintang Eropa lewat Barcelona.
Ia kemudian berhasil membawa Napoli mendobrak klub elite Serie A lewat Scudetto . Bukan hanya itu, di tingkat Eropa,
Namun, Pele menyatakan adalah pilihan dirinya tetap berkompetisi di Benua Amerika dan menolak Eropa. Pria yang kini berusia tujuh puluh sembilan tahun itu mengatakan dirinya berkali-kali menolak tawaran Real Madrid.
Seperti dikutip dari surat kabar Spanyol, Marca, dalam penayangan pertama film tentang dirinya di Festival Film Tribecca, New York City Pele mengatakan, “Ada beberapa kali saya hampir saja memberi tanda tangan untuk Real Madrid.”
Namun, lanjutnya, hal itu urung dilakukan. Dan, dia merasa tak menyesal tak pernah meninggalkan Santos di masa emas kariernya.
Bersama klub itu, Pele membawa Santos memenangkan 26 trofi.
Film biopic terbaru tentang Pele itu berjudul, ‘Pele: Birth of a Legend’. Pele mengatakan film itu diharapkan bisa memberi inspirasi bagi seluruh anak di dunia tentang sebuah harapan.