close
Nugatama

“Aman Om”

Usai berkutat menulis Pulau Banyak yang Murban Energi, tadi pagi saya di telepon oleh seseorang.

Sang penelepon,  tanpa pakai kata pembuka langsung ngomong: “Eja udah di Banda Aceh Om.”

Saya langsung ngeh dari nelangsa.

Eja yang nelepon ini saya tahu persis.  Punya nama resmi Reza. Tidak punya nama  belakang  seperti Artamevia atau apalah.

Ia hanya  seorang lajang. Masih kuliah  S-2 jurusan  informasi tekhnologi di universitas syiah kuala.

Lantas apa hubungannya dengan pemberitahuan dia sudah di Banda Aceh.

Adalah.  Kok mau tahu aja.

Ya udah. Eja atau Reza ini punya barang bawaan untuk saya. Barang titipan. Tidak dalam bentuk fisik. Informasi.

Informasi?

Ya,  informasi terbaru. Tentang  Pulau Banyak. Pasnya,  si Eja ini baru pulang dari Pulau Banyak.

Sebelum  berangkat ke Pulau Banyak, sepekan lalu,  ia memberitahu tahu saya. “Ada metting zoominar om.” Langsung saya jawab, bisa titip pesan nggak. Oke, jawabnya.

Lantas ia saya titipi sekeranjang lisan dan a sampai h saja. Nggak sampai z. Kan komunikasi udah canggih. Bisa lpesan lisan dan video call lewat wa.

Namun begitu begitu saya tak alpa memberitahu dia tentang setiap pesan.  “Jangan lupa  kau  catat setiap detil perubahaan yang terjadi disana usai gerilya berita Pulau Banyak dikaitkan  rencana investasi  Murban Energi yang hendak menjadikan kawasan itu sebagai resor kelas dunia.

Bikin rekaman video bagaimana reaksi anak aso lhok tentang  rencana investasi itu   Anda tahulah “rencana” dalam dua tanda petik  tujuh triliun rupiah itu.

Masih ada pesan lain yang nggak perlu saya ungkapkan untuk Anda. Semuanya berakurasi tinggi disertai investigasi report. Jujur dan jernih.

Paling tidak itu chip yang saya tanamkan ke kepala Eja untuk mulusnya titipan saya itu.

O.. ya. Sebelum ke Pulau Banyak Eja ini  saya permak  tampilannya sebagai seorang jurnalis. Kan tak sulit memolesnya. Orang informasi tekhnologi!  Apalagi ia ke Pulau Banyak untuk sebuah kerja seminar plus meeting yang pembaca tak perlu tahu isiannya.

Satu modal besar yang dimiliki Eja untuk tugas “jurnalis” ini adalah,  dia  sudah untuk ke-enam kalinya datang ke Pulau Banyak dengan kerjaan yang sama.

Sudah kenal topografi kepulauan beserta isiannya. Kenal banyak penduduk ditambah tampilannya yang ‘”low profil.”

Usai telepon itu ia gregetan ingin ketemu saya. Tapi saya sabarkan.

“Anda perlu istirahat mengendapkan semuanya,” kata saya.  Mengendap titipan saya sekaligus kerjaan sendiri . Agar lebih padat.kalau udah padat hasil kan lebih topcer. Nggak bias atau lari menjadi emosional.

Usai sehari ia mengendapkan semuanya kami bikin janji ketemu di  kafe elite  sebuah hotel bintang empat.  Maklum hotel bintang lima nggak di kota ini. Kalau ada ketemunya kan disana.

Begitu ketemu tentu ada ba…bi..bu..nya. Tapi bukan” babi bunya.”

Babak pertama pertemuan itu kami bicara tentang rencana pembangunan lapangan terbang. Bandara seikh hamzah fansuri di kawasan kampung baru, Singkil utara.

Saya mendongak kearah Eja. Ada informasi baru?

Bandara ini, seperti yang saya dapatkan keterangan sahihnya,  masuk dalam point draft agremen investasi Murban Energie.  Untuk itulah pemda Singkil menerima amanah untuk memperluas run awaynya. Landasan pacunya. Tujuannya, jelas. Untuk bisa didaratan pesawat berbadan lebar.

Banyak pihak yang tidak setuju terhadap perluasan ini kalau harus jadi beban pemda. Apalagi ganti rugi tanah yang harus dibebaskan cukup besar sedangkan memorandum of understanding belum lagi diteken.

Dan lagi, seperti Anda tahu pembebasan tanah ini masih menjadi sengketa dan sedang terjadi tarik ulur antara pihak

Cata saja, Ini baru satu tipu-tipuan untuk memuluskan mou. Kami tak membahas panjang tentang run away  banda seikh hamzah fansuri.

Discus dengan Eja masuk ke jalur penyeberangan  Singkil – Pulau Banyak. “Nampaknya ada kemajuan om”  Ada pilihan. Bisa dengan kapal cepat Tailana atau kapal motor ferry aceh hebat.

Dua-duanya memberi kenyamanan prima dengan tarif terjangkau untuk waktu dua jam.