Kalau benar apa yang diungkapkan Ustadzah Khalifah, dari Majelis Taklim Shalawatullah Dakwah Tariqul Jannah, bahwa ustazd seleb bernama Solmed minta tarif 10 juta dollar Hong Kong untuk sekali tausiah, maka sang ustazd pantas dijuluki sebagai “ten million dollar man.” Atau ustazd 10 juta dollar.
Ternyata majelis taklim yang berbasis di Hong Kong, dan jamaahnya para tenaga kerja wanita, mengaku tidak menyanggupi perubahan permintaan Ustadz Solmed bertausiah di tempat mereka, 15 September mendatang.
Apa saja permintaannya?
Ustadzah Khalifah menyebut, Ustad Solmed meminta kenaikan tarif menjadi 10.000 dolar Hong Kong, penambahan jumlah tiket menjadi empat orang, uang kotak amal dan penjualan tiket diminta separuh, begitu juga uang sorban keliling. Lain itu, Solmed juga minta transportasi dan penginapan yang bagus selama di Hong Kong.
Bukan main. Hebat. Dan Solmed pantas menempati ranking tertinggi ustazd penerima honor tertinggi untuk sekali tausiah di Indonesia.
Ungkapan Khalifah yang disampaikan melalui video yang diunggah di sebuah sosial media baru-baru ini, memang bikin heboh. Soalnya, usai pernyataan Khalifah terjadi silang serang kata-kata di antara mereka yang akhirnya lewat twitternya, Solmed berkicau tentang majelis taklim itu yang kemsukan komunis.
Wanita yang sudah berdakwah sejak tahun 2004 itu di Hong Kong menceritakan, dua bulan lalu dirinya menghubungi Ustadz Solmed melalui telefon dan memintanya untuk hadir di acara pengajian mereka di Hong Kong 15 September mendatang.
“Dari awal memang tidak minta bayaran, tidak minta tarif, memang seikhlasnya. Dari pihak kami sepakat memberikan 6.000 dolar Hong Kong atau Rp8 juta. Kami sepakat untuk membayari tiket dua orang
(Jakarta-Hong Kong dan sebaliknya) untuk Ustadz Solmed dan manajernya, serta biaya selama di sini kami menanggungnya. Setelah sepakat melalui telefon saya bilang kita sudah clear,” paparnya.
Setelah itu, Ustadz Solmed meminta agar dihubungi kembali dua pekan sebelum acara untuk mempersiapkan segala halnya yang dibutuhkan. Kata Khalifah, panitia pun mempersiapkan penyewaan gedung, dan poster untuk mengundang acara tersebut.
Tak lama kemudian, Khalifah pun menghubungi Ustadz Solmed. Saat dihubungi, Solmed mengubah permintaannya. Dari awal seikhlasnya dan akan dibayar 6.000 dolar atau Rp8 juta dari pihak panitia, malah menaikkan tarif menjadi 10 juta dolar Hong Kong atau Rp1, 3 miliar, yang sebelumnya dikabarkan Rp150 juta
Selain itu, Solmed juga minta tambah tiket pesawat menjadi empat orang. Meminta dibagi separuh dari uang kotak amal, penjualan tiket, dan sorban keliling.
“Ini lillahi ta’ala,” ujar Khalifah bersumpah.
Kemudian, Solmed juga meminta transportasi dan penginapan yang bagus untuk dirinya dan rombongan selama di Hong Kong.
Terganggukah Solmed dengan heboh honor jutaan dolah Hong Kong ini?
Segala tuduhan yang terus menyerang, ternyata tidak membuat ustadz Solmed terganggu. Hingga saat ini dirinya masih lancer berdakwah. “Sama sekali tidak,” kata Solmed melalui pesan singkatnya belum lama ini.
Bahkan, Solmed yang baru saja menjadi bapak mengatakan bahwa masalah ini juga tidak mengganggu istri, April Jasmine dan anaknya.
Selain menyatakan tidak terganggu, sang ustazd berkali-kali,membantah telah meminta tarif Rp150 juta kepada, Majelis Thariqul Jannah, panitia penyelenggara dakwah di Hong Kong.
“Ya saya jawab, enggak ada yang namanya tarif, yang ada kebijaksanaan. Dan kalau bicara kebijaksanaan, siapa pun kita pasti punya. kalau sudah bicara kebijaksanaan, pasti ukuran setiap orang beda-beda,” ujar Solmed saat ditemui di kediamannya.
Namun, menurut Solmed, dalam masalah ini banyak yang mau memanfaatkan kebijaksaan orang lain. Cuma kan ada banyak orang yang manfaatkan kebijaksanaan orang lain.
Misalnya, ini kan acara sosial, eh terus tahu-tahu dijual (ada tiket). Bijak itu ngukur diri, dan tidak ada unsur menipu. Misal undang ustadz A, ‘Bro, ada acara nih ngundang anak yatim, punya dana Rp1 juta. Si ustadz berangkat, eh sampai di sana panitia ngantongin duit Rp30 juta, itu bijak apa nipu?
Itu kan sama saja nipu si A’. Enggak bijak dong, si A dapat Rp1 juta tapi orangnya ngantongin Rp29 juta.
“Sebenarnya ustadznya sudah bijak, tapi ada yang menyalahgunakan kebijaksanaan ini,” sambungnya.