“Ustazd-ustazd mata duitan,” begitu celoteh seorang anak muda di akun twitternya yang kemudian diposting secara serempak oleh komunitas remaja masjid. Ya, ustazd mata duitan.
Heboh ustazd bayaran tinggi dan fasilitas wah itu, kini menguak jagat perbincangan di “social media” dan laman portal serta blog. Sudah lama disinyalir ustazd kondang yang berdakwah di televisi serta beristrikan artis dan selebriti menjadi “memuakkan” dengan tampilannya yang serba “seleb.”
Tidak hanya komunitas remaja masjid, Majelis Ulama Indonesia juga sudah mengingatkan para “dai” muda, setengah muda yang isi ceramahnya “ngelantur” dan hampa tanpa isian untuk di bawa pulang sebagai “seleb” yang memanfaatkan media televisi.
Para ustazd itu kini menjadi sorotan setelah terkuak kasus ustad Solmed yang minta bayaran sampai Rp 150 juta, fasilitas tiket dan penginapan ketika akan berceramah di komunitas muslim asal Indonesia di Hongkong.
Walau pun membantah telah menaikkan tarif seenaknya saat diundang tausiah ke Hong Kong, Solmed, ustazd yang pernah menjadi artis sinetron dan menjadi “langgangan” ceramah di stasion televisi, SCTV,. ia juga mengaku kecewa dengan pihak yang mengundangnya ceramah di sana karena pengunjung yang hadir diwajibkan membayar untuk mendengar dakwahnya.
Pernyataan sepihak Solmed itu kini dijelaskan oleh pihak yang mengundang. . Lewat jejaring YouTube, Khalifah, selaku pimpinan majelis Thoriqul Jannah yang bermaksud mengundang Solmed, membeberkan kronologi pengundangan sang ustad yang beristrikan seorang artis dan selalu wira wiri tampil di infotainment..
Menurut Khalifah, ustad Solmed awalnya menyetujui undangannya berdawah di pengajian yang digelarnya di Hong Kong dengan tarif seikhlasnya serta dua tiket pesawat yang diminta Solmed dan manajer.
“Saya mengundang acara tausiah di pengajian sekitar dua bulan lalu melalui telepon. Perlu diluruskan katanya dia tidak minta bayaran,” kata Khalifah..
“Beliau mengatakan iya bisa, karena jadwal belum ada di situ, bukti SMS ada dari beliau dia menyanggupi dengan tarif seikhlasnya. Perjanjian awal dengan dua tiket pesawat ustad dan manajernya,” sahutnya lagi.
Namun menurut Khalifah, dalam perjalanannya Solmed mengubah permintaan mengenai tarif yang sudah disepakati. Padahal Khalifah sudah menyiapkan brosur pengajian dan sudah menyiapkan gedung.
“Dari awal memang dia tidak minta bayaran tapi seikhlasnya, akhirnya pihak kami panitia sepakat akan memberi HK$ 6000 atau hampi 8 juta, kami sepakat di situ. Setelah itu, kita udah deal, setelah semuanya sudah siap dia minta dikabari, setelah ada brosur gedung semua kami coba menghubungi namun ternyata pas dihubungi kembali ada perubahan permintaan dari yang awalnya seihklasnya yakni HK$ 6000 ustad Solmed berubah pikiran dengan menaikkan tarif HK$ 10 Juta dan awalnya dua tiket lalu minta empat tiket pesawat,” beber Khalifah.
Khalifah pun membantah klarifikasi Solmed yang bilang bahwa dirinya membatalkan tausiah tersebut karena kecewa. Menurut Khalifah justru pihaknya yang membatalkan Solmed.
Selain diduga menaikkan tarif dakwah secara tiba-tiba, ustad Solmed menurut, Khalifah yang mengundangnya untuk berceramah di Hong Kong juga meminta fasilitas lain. Khalifah menyebut, Solmed juga meminta penginapan bagus.
Namun, sebenarnya bukan hal itu yang membuat Khalifah kemudian keberatan, dan membatalkan penampilan Solmed. Melainkan, menurut Khalifah, Solmed juga meminta bagian ‘infak’ alias ‘tiket’ untuk pengajian tersebut.
“Pengajian itu diadakan infak. Infak itu penjualan tiket, dia minta bagian juga. Minta transportasi selama di Hong Kong, lalu juga minta penginapan juga yang bagus,” jelas Khalifah lewat pernyataan yang diungah di YouTube, Kamis, 15 Agustus 2013.
Khalifah juga menjelaskan, pihaknya menyesalkan Solmed yang sebelumnya menyatakan bahwa dirinya merasa dipermainkan oleh pihak Thariqul Jannah. Padahal, menurut Khalifah, Solmed-lah yang mengubah tarif dakwah yang tadinya hanya sebesar HK$ 6000 menjadi HK$ 10 juta.
“Ada perubahan permintaan dari yang awalnya seihklasnya yakni HK$ 6000 Uustad Solmed berubah pikiran dengan menaikkan tarif HK$ 10 Juta dan awalnya dua tiket lalu minta empat tiket pesawat,” rinci Khalifah mengklarifikasi.
Sebagai pendakwah, Umu Tatu sangat setuju para mubalig tidak menerima upah sepeser pun setelah ceramah.
Umi Tatu, ibunda almarhum Uje, ikut mengomentari ustazd bertarif tinggi ini. Menurut Umi, ia tak keberatan pihak penyelenggara memberi fasilitas dan bayaran “seadanya.” Apalagi, menurut Umi Tatu, kebanyakan mubalig tidak memiliki pekerjaan selain mendakwah.
“Penceramah itu harusnya tidak bayar. Tapi dai itu, mau ke mana-mana perlu mobil, bensin ke mana jauhnya, dan itu tanggung jawab yang punya hajat,” kata Umi Tatu.
“Mubalig seperti orang kerja, apalagi ustadz itu tidak punya kerjaan, mereka hanya penceramah,” katanya..
Sekadar diketahui, tersiar kabar yang menyebutkan ustazd selebriti selalau memasang tariff tinggi saat ceramah.. Semakin sering sang mubalig berdakwah di layar kaca, maka biasanya semakin tinggi tarif mereka. Karena itu, tak ayal banderol ustadz selebriti melekat di diri mereka.