Soda diet? Untuk membakar lemak di lingkar pinggang?
Nah. Jauhkan keinginan itu. Apalagi bagi mereka yang usia “mature” atau manula.
Sebab sebuah penelitian terbaru tentang minuman ini, adanya pertambahan lingkar pinggang yang dialami oleh mereka di usia lanjut.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal American Geritatrics Society, mengamati perkembangan ratusan warga Amerika yang berpartisipasi dalam penelitian itul selama hampir satu dekade.
Peneliti menemukan bahwa rata-rata lingkar pinggang peminum soda diet tiga kali lebih panjang daripada mereka yang tidak.
“Studi kami berusaha untuk mengisi kesenjangan usia dengan meneliti efek kesehatan yang merugikan dari asupan soda diet pada mereka yang berusia enam puluh lima tahun dan lebih,” kata peneliti Sharon Fowler dari University of Texas Health Science Center di San Antonio.
Dengan gaya hidup seperti itu, beban sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular, bersama dengan biaya perawatan kesehatan yang besar pada populasi lanjut usia akan terus meningkat, kata Fowler mengingatkan, seperti dilansir dari Torontosun.
Minuman bersoda telah ditetapkan sebagai ‘musuh’ bagi pelaku diet dan mereka yang ingin menurunkan berat badan
Pemanis buatan yang digunakan di dalamnya dikatakan beberapa penelitian dapat menyebabkan kegemukan.
Apapun itu labelnya, baik diet soda maupun tidak memang dianjurkan dihindari saja.
Soda mengandung phosphoric acid yang dapat mempengaruhi pembentukan batu ginjal. Bila masuk ke dalam tubuh ia juga akan mengikat mineral-mineral tubuh seperti kalsium. Nah, dari sinilah kemudian terjadi penyumbatan pada saluran kencing yang disebut kencing batu.
Hal ini juga menyebabkan kerja ginjal menjadi sangat berat, sehingga ginjal mudah rusak.
Sodium terkenal membuat tubuh mudah mengalami dehidrasi. Selain itu, ia juga dapat meningkatkan jumlah racun di dalam tubuh, memicu terjadinya komplikasi dan naiknya tekanan darah. Kalau sudah demikian biasanya akan terjadi serangan jantung atau stroke.
Citrus soda berbahaya bagi ginjal karena dapat mengurangi jumlah kalsium dalam tubuh. Ia juga dapat menyebabkan penyakit batu ginjal.
Apakah benar diet soda itu bebas gula? Mungkin saja benar, tetapi ia mengandung pemanis buatan yang jumlah manisnya jauh lebih besar daripada gula pada umumnya.
Dan bahayanya bisa berlipat daripada gula biasanya. Terlalu sering mengonsumsi diet soda juga dapat menyebabkan gagal ginjal, demikian laporan hasil penelitian seperti dikutip dari boldsky.
Sebuah studi terkini dari Denmark malah mengungkapkan bahaya soda dalam meningkatkan lemak sehingga membesarnya risiko diabetes dan penyakit hati.
Studi ini menyimpukan efek samping minuman bersoda ternyata lebih besar dari sekedar penambahan berat badan atau penimbunan lemak.
“Masalahnya terjadi penumpukan lemak di tempat yang salah, ” ujar guru besar di Kesehatan Publik Havard, Frank Hu, yang tak terlibat dalam studi.
Riset yang dipimpin oleh Dr. Bjørn Richelsen Rumah Sakit Universitas Aarhus, Denmark, menanyai orang-orang yang mengonsumsi baik air putih, susu, cola diet atau cola biasa setiap hari dalam enam pekan.
Richelsen mengatakan timnya sengaja memilih meneliti grup ini karena orang-orang dengan berat badan berlebih dan obesitas akan lebih sensitif dengan perubahan pola makan ketimbang mereka yang berberat badan normal.
Pada akhir studi, mereka yang rutin meminum tipe soda dengan gula memiliki dua puluh lima persen lemak lebih banyak di sekitar organ-organ dan bertambah dua kali lipat di sekitar liver dan otot.
Penambahan lemak semacam itu, menurut kesimpulan sebagian besar studi yang pernah dilakukan, terkait dengan peningkatan risiko pengembangan sindrom metabolisme seperti diabetes tipe dua, penyakit jantung dan penyakit liver nonalkoholik, demikian Richelsen memaparkan
Tipe lemak yang ditemukan dalam studi tim Richelsen disebut lemak ektopik dianggap lebih berbahaya terhadap metabolisme kesehatan manusia ketimbang lemak yang terkumpul di bawah kulit.
“Sudah dipastikan dengan baik lewat berbagai pembuktian bahwa lemak ektopik sangat ‘tidak sehat‘ dan memicu kerusakan fungsi dari organ yang terkena,” ujar Richelsen.
Hu dari Harvard menyatakan hasil eksperimen Richelsen melengkapi studi yang telah menyurvei orang-orang terhadap kebiasaan minum soda merkea.
“Penelitian ini memberi satu potong lagi bukti yang mendukung rekomendasi pengurangan konsumsi minuman manis bersoda,” ujarnya.