TELAH berpulang, Rabu dinihari, 23 Januari, pukul 01.30 Wib, Amir Helmi, Wakil Ketua DPR Aceh, di Rumah Sakit Zainoel Abidin setelah, sebelumnya, terjatuh usai konsultasi rapat pembahasan anggaran pendapatan dan belanja provinsi yang tak kunjung tuntas, walau pun sudah lewat waktu dan telah mendapat peringatan dari menteri dalam negeri.
Ia sempat di rawat beberapa saat setelah dibawa ke rumah sakit, tapi tak tertolong. Menurut keterangan, lelaki asal Aceh Barat itu, mendapat serangan jantung. Rabu siang usai di semayamkan di rumah duka, komplek DPR Aceh, Jalan Kebun Raja Ulee Kareng, jenazahnya dikebumikan di pemakamam “gampong” Mibo, Kecamatan Banda Raya, Banda Aceh, yang tak berapa jauh dari rumahnya, sesuai dengan keputusan keluarga. Saat pemakaman hujan turun.
Amir Helmi, anggota DPRA Fraksi Demokrat, yang lahir di Medan meninggal dalam usia 54 tahun dan sedang menjalani periode kedua keanggotaan dewannya dan dipercaya oleh partainya untuk menempati posisi pimpinan dewan. Ia, yang oleh banyak kalangan, dikatakan mudah bergaul, banyak memberi sumbangan dalam merumuskan kebijakan anggaran di DPR Aceh.
Amir bergabung dengan Partai Demokrat tahun 2004 setelah meninggalkan Partai Pekerja yang merupakan awal dari karir politiknya. Sebelumnya ia menjadi pimpinan di organisasi buruh, Serkat Pekerja. Menurut informasi dari beberapa koleganya di Partai Demokrat, Amir Helmi telah menyatakan niatnya untuk menjadi salah satu calon anggota legislatif pusat pada pemilihan umum 2014. Ia ingin menuntaskan karir politiknya sebelum pensiun di Senayan.
Sebagai salah seorang pimpinan dewan periode 2009-2014 Amir Helmi dikenal sebagai seorang “lobies.” Ia banyak mempertemukan benturan yang terjadi antar fraksi di lingkungan dewan dan juga menjadi negosiator dalam melahirkan rumusan anggaran dengan pihak eksekutif. Tidak jarang terjadi pergesekan tajam menyangkut kebijakan anggaran di dewan perwakilan yang menyebabkan berlarut-larutnya pembahasan.
Sebagai salah seorang penanggungjawab bidang anggaran di dewan perwakilan Amir Helmi tahu persis dimana simpul ketidakharmonisan dalam penuntasan APBA. Selama tujuh tahun terakhir pembahasan anggaran di DPR Aceh mengalami perdebatan yang menyebabkan tidak pernah tepat waktu. Akibat dari ketidaktepatan waktu pengesahan ini serapan anggaran menjadi kecil.
Tahun anggaran 2013 hal yang sama masih terjadi dan ini menjadi kerja Amir Helmi. Hingga akhir hayatnya, pekerja kerja yang dilingkungan teman-temannya di dewan dikenal sangat loyak, tidak berhasil menggoalkan APBA untuk disahkan. Padahal sesuai dengan kesepakatan antar fraksi beberapa waktu lalu, minggu kedua Januari APB Aceh sudah bisa ketok palu untuk kemudian minta persetujuan Kementerian Dalam Negeri.
Sesuai dengan aturan secara umum APB Provinsi dan APBK sudah harus mendapat persetujuan dewan akhir November untuk kemudian disetujui Kemendagri guna bisa direalisasi. Anggaran pendapatan dan belanja Aceh hingga Januari ini sudah masuk bulan kedua dari jadwal yang ditetapkan Jakarta.
Malam menjelang tutup usia itu, Amir Helmi sebagai pimpinan denwan membidangi tanggungjawab legislasi, masih mencari terobosan untuk mempercepat pengesahan anggaran. Menurut salah seorang sohibnya, Amir ketika terjatuh itu baru saja keluar dari kamar kerja rekan pimpinan dewan lainnya, Sulaiman Abda. Ia sebelum terjatuh sudah menyelesaikan makan dan sempat meneguk kopi. Ia, menurut para sahabatnya, memang dalam kondisi yang kurang sehat malam itu dan memaksakan diri untuk menyelesaikan pekerjaan dan tanggungjawabnya.
Ami Helmi meninggal seorang istri, Cut Eliza Rosa, dan anak masing-masing Mirza Halim Othman dan Alya Puteri.(fikri)