Pertemanan Lewis Hamilton dengan rekan satu timnya di Mercedes, Nico Rosberg, yang retak sejak seri awal Formula One, mencapai puncaknya usai seri terakhir di Yas Marina Circuit, GP Abu Dhabi, Minggu, akhir pekan lalu. Hamilton keluar sebagai juara di Abu Dhabi sekaligus mengukuh diri sebagai juara musim balapan 2014.
Rosberg sendiri mengalami kerusakan mesin dan finis di urutan ke empat belas walau pun ia start dari posisi terdepan, “pole position.”
Dalam lomba di GP Abu Dhabi, Lewis Hamilton harus melewati persaingan sengit dengan rekan setimnya, Nico Rosberg, sebelum memastikan titel juara F1 2014.
Hamilton lalu mengakui persaingan telah berdampak pada hubungan yang mereka jalin.
Seperti diketahui, Mercedes menjadi satu-satunya tim yang mendominasi lomba, baik untuk konstruktur maupun individu.
Dengan memiliki kecepatan dan konstruksi mobil yang baik menjadikan kedua pembalap bersaing secara gila=gilaan di setiap seri.
Hamilton harus menunggu hingga balapan terakhir di GP Abu Dhabi, sebelum menjadikan dirinya yang terbaik.
Ketika ditanya apakah hubungannya dengan Rosberg sudah mencapai tahap krisis, Hamilton tak membantah. “Ya, ya, seperti itu. Semua berjalan dengan sulit,” kata Hamilton, sebagaimana dilansir Daily Mail, Rabu, 26 November 2014.
“Kami sudah saling mengenal sejak usia tiga belas tahun, jadi kami membawa sejarah pertemanan ke persaingan musim ini. Saya merasakan pertarungan paling intens sepanjang karier,” ujar pebalap yang dua kali menjuarai F1 ini. Ia juga telah mengoleksi tiga puluh tiga kemenangan di F1 sepanjang karirnya..
Lebih lanjut, Hamilton juga membahas tensi tinggi yang dialami dia dan Rosberg saat menjalani GP Belgia, di sirkuit Spa-Francorchamps. Saat itu, Rosberg, berusaha merebut posisi terdepan, namun menyenggol ban Hamilton hingga bocor, dan akhirnya gagal finis.
“Kami kolega, bukan teman. Banyak pertarungan psikologis yang kami lakukan tahun ini,” kata pembalap bernama lengkap Lewis Carl Davidson Hamilton itu.
Hamilton memulai karirnya di Formula One 2008 ketika membela McLaren dan langsung menjadi juara secara dramatis. Saat itu, usianya baru menginjak dua puluh tiga tahun. Hamilton juara unggul satu poin saja atas pembalap Ferrari, Felipe Massa.
Setahun kemudian pencapaian Hamilton merosot drastis. Sepanjang musim, dia hanya memenangi dua balapan, dengan total lima kali naik podium. Pembalap kelahiran Stevenage, Hertfordshire, tersebut pun akhirnya harus puas finis di urutan lima klasemen akhir.
Tahun berikutnya 2010, Hamilton memilki rekan baru, yang berstatus juara bertahan dan juga asal Inggris, Jenson Button. Namun, itu tak terlalu membantu, karena Hamilton akhirnya finis di posisi empat klasemen akhir, sedangkan Button berada satu peringkat di bawahnya.
Tahun berikutnya, Hamilton dan McLaren kembali gagal menampilkan performa terbaik. Dia hanya mampu menduduki posisi lima klasemen akhir, dengan tiga kemenangan saja. Poinnya pun tertinggal jauh dari pembalap Red Bull, Sebastian Vettel, yang juara.
Pada F1 2012, keberuntungan lagi-lagi belum berpihak pada Hamilton, di mana dia masih ada di urutan empat, dengan koleksi empat kemenangan. Namun, tahun ini menjadi momen penting dalam kariernya, karena dia pun memutuskan hengkang dari McLaren.
Pelabuhan barunya adalah Mercedes dan menjadi rekan Nico Rosberg, yang notabene teman masa remajanya. Tapi, dia masih belum bisa memperbaiki nasib dan hanya menduduki posisi empat klasemen akhir 2013, dengan raihan satu kemenangan saja.
Dan, segalanya berubah pada 2014, di mana Mercedes menjadi tim yang dominan di antara tim-tim lainnya. Namun, hal itu tak serta-merta membuat langkah Hamilton untuk juara menjadi lebih mudah. Sebab, dia harus bersaing dengan rekan setimnya sendiri.
Mengawali musim dengan gagal finis, Hamilton lalu mengunci empat kemenangan beruntun. Sayangnya, pada pertengahan musim, dia kehilangan konsistensi. Sebaliknya, Rosberg, meski kebanyakan finis di urutan dua, tampil lebih konsisten ketimbang Hamilton.
Akhirnya, titel pun mesti ditentukan pada balapan terakhir di GP Abu Dhabi, yang menggunakan sistem poin dobel. Berada di atas angin, Hamilton akhirnya mengunci titel F1 2014, usai finis terdepan. Sedangkan Rosberg justru antiklimaks, finis di peringkat empat belas