Anda lelaki? Kalau iya, bagaimana cara pandang Anda terhadap perslingkuhan pasangan. Marah, cemburu atau frustrasi. Atau mungkin semuanya.
Penelitian terbaru di dalam jurnal Archives of Sexual Behavior menemukan perbedaan kecemburuan antara lelaki dan wanita.
David Frederick dari Chapman University dan Melissa Fales dari UCLA mengungkapkan laki-laki akan lebih mudah marah jika terjadi perselingkuhan seksual pasangannya. Bahkan rrasa yang pun bisa jika ia menemukan perselingkuhan emosional.
Lantas bagaimana dengan perempuan. Wanita akan lebih mudah sakit hati dengan prospek perselingkuhan emosional, meskipun tidak terjadi hubungan seksual.
Bagi laki-laki perselingkuhan emosional tanpa hubungan seksual tidak menimbulkan ancaman besar. Namun perempuan tampaknya menghadapi masalah yang berbeda. Bagi perempuan, perselingkuhan emosional merupakan faktor risiko yang lebih besar.
Para peneliti mencatat, laki-laki tampaknya lebih khawatir tentang perselingkuhan seksual.
Dalam penelitian sebelumnya jelas ada faktor ekologi budaya dan faktor kontekstual yang menghasilkan variasi mengenai sejauh apa laki-laki dan perempuan terganggu dengan perselingkuhan seksual dan emosional.
Semua hal ini benar-benar rumit, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki pandangan yang berbeda. Namun para peneliti berbicara tentang rata-rata.
Tak menutup kemungkinan ada laki-laki yang kecewa dengan perselingkuhan emosional, dan tidak sedikit pula perempuan kecewa dengan perselingkuhan seksual.
Wanita yang mendapati suaminya berselingkuh sering kali kebingungan tentang apa yang terjadi.
Perselingkuhan tidak hanya terjadi pada pasangan yang mengalami konflik rumah tangga yang besar atau adanya masalah komunikasi di antaranya.
Laki-laki yang berselingkuh banyak diakui oleh istrinya sebagai laki-laki yang baik dan istri tidak pernah menyangka suami akan berbuat seperti itu.
Sikap manis dan tanggung jawab suami kepada istrinya memang sering mengaburkan pandangan istri, apalagi jika istri merupakan ibu rumah tangga. Ketiadaan informasi dan “update” taktik perselingkuhan baru membuat banyak istri menjadi naif akan apa yang terjadi pada suaminya.
Sayangnya, memang banyak laki-laki yang semakin baik kepada istrinya ketika berselingkuh. Mungkin ini merupakan suatu cara menutupi rasa bersalah yang meliputi diri mereka..
Perempuan dan laki-laki sama-sama menderita ketika mengetahui pasangannya selingkuh. Pria cepat sekali melupakan perselingkuhan pasangannya. Tapi jauh di dasar hatinya sebenarnya tidak begitu
Pria cenderung tidak bisa mengeluarkan isi hati dan menarik diri. Lalu melakukan penyangkalan, dan mengalihkannya ke hal lain, misalnya pekerjaan. Ini juga dilakukan untuk segera melarikan diri dari perasaan sakit. Tapi, sesungguhnya perasaan yang dipendam itu tidak pernah sembuh.
Sedangkan perempuan, dengan kemampuan multitasking, bisa menangani perasaan dengan lebih baik karena bisa berpikir dan merasakan pada saat bersamaan.
Perempuan lebih banyak mengekspresikan emosi dan lebih lihai mengutarakan perasaan. Walaupun terkesan lebih drama, banyak menghabiskan tisu untuk air mata, tapi bisa melakukan resolusi penyembuhan lebih cepat ketimbang pria.
Kebanyakan pria bertindak agresif begitu merasa dikhianati. Pria cenderung gampang sekali meledak dan membuat keputusan untuk mengakhiri hubungan.
Mereka tidak membutuhkan penjelasan panjang lebar, apalagi ketika egonya terusik. Namun, seperti dikatakan di awal, kecenderungan ini tak bersifat mutlak. Tergantung kemampuan pria mengelola emosinya.
Sementara, reaksi perempuan lebih beragam dari sekadar sedih dan menangis, hingga agresif. Ada yang memilih mengabaikan perselingkuhan dan melanjutkan hidup mereka, ada juga yang segera memilih putus.
Namun bagi perempuan, penjelasan menjadi sesuatu hal yang penting mereka dapatkan sebelum mengambil keputusan.
Perempuan cenderung mengkonfrontasi pasangan, menuntut penjelasan, mencari penyebab, baru kemudian bertindak. Bahkan sebuah perselingkuhan kecil menimbulkan daftar pertanyaan yang panjang.
Perempuan juga cenderung ingin tahu tingkat perselingkuhan itu, apakah fisik, emosional, stabil, mendalam, beberapa kali, atau hanya one night stand?
Karena pemikirannya yang kompleks, perempuan pun kadang terjebak dengan emosinya. Sekali lagi, ini tak mutlak karena tak semua perempuan memiliki masalah emosi yang sama.
Karenanya, perlu dipahami bahwa, stereotip terhadap perempuan sebagai makhluk lemah, cengeng, bukanlah penyifatan mutlak dalam diri perempuan. Hal ini bisa diubah, perempuan pun bisa kuat seperti budaya yang membentuk pria sebagai sosok kuat dan tegar.