Seks oral?
“Kenapa tidak,” ujar dr. Boyke Setiawan dalam sebuah diskusi terbuka belum lama ini.
“Tak Ada yang salah,” tambah Boyke.
“Kecuali norma yang hidup di masyrakat tradisional kita.”
Sejatinya, aktivitas oral seks aman dilakukan, dengan catatan kondisi pasangan satu sama lain tidak mengidap suatu penyakit menular seksual tertentu atau dengan kata lain membawa bakteri maupun virus yang membahayakan.
Cara alternatif untuk memberikan kepuasan seksual ini kurang lebih sama tingginya akan risiko penularan penyakit melalui aktivitas seksual penetrasi.
Jika kita sudah bicara bakteri dan virus, berarti kita sudah bicara berbagai kemungkinan penyakit menular seksual yang berpotensi dapat ditimbulkan.
Oleh karena itu, kebersihan oral dan kelamin merupakan status penentu dalam aman atau tidaknya aktivitas oral seks.
Seperti ditulis “time of india,” Senin, 28 Desember 2015, sebuah penelitian menunjukkan bahwa seks oral bagus untuk kesehatan wanita dan bisa membuat mereka lebih bahagia.
Penelitian yang dilakukan di State University of New York ini dilakukan melalui survei terhadap ratusan wanita.
Ilmuwan mencoba membandingkan kehidupan seks mereka dan mengaitkannya dengan kesehatan mental yang mereka miliki.
Survei ini dilakukan mengikuti hasil penelitian yang menunjukkan bahwa zat kimia dalam semen bisa meningkatkan mood, perhatian, kualitas tidur, serta mengandung zat antidepresan.
Peneliti juga menyatakan bahwa wanita yang melakukan seks oral dan tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks memiliki tingkat depresi yang lebih rendah. Tak hanya itu, kelompok wanita ini juga memiliki nilai yang lebih baik saat melakukan uji kognitif.
Cairan semen yang dikeluarkan pria mengandung zat kimia.
Di antaranya adalah cortisol yang diketahui mampu meningkatkan rasa kasih sayang. Estrone dan oxytocin yang mampu meningkatkan mood.
Selain itu, semen juga mengandung hormon thyrotropin yang mampu mencegah depresi, melatonin yang mampu membantu meningkatkan kualitas tidur, dan serotonin yang bisa menimbulkan efek bahagia dan menekan rasa stres.
Untuk membuktikan hal ini peneliti melakukan survei.
Para relawan diminta untuk memberikan data mengenai kehidupan seksual mereka serta melakukan tes depresi.
Hasilnya, wanita yang tidak menggunakan kondom dan sering melakukan seks oral memiliki tingkat depresi yang lebih rendah dibandingkan mereka yang jarang melakukan seks oral dan selalu menggunakan kondom.
Peneliti menyimpulkan bahwa wanita yang melakukan seks oral lebih bahagia. Selain itu, kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh zat kimia dalam cairan semen yang telah masuk ke pembuluh darahnya.
Banyak pasangan melakukan seks oral sebagai foreplay karena bisa merangsang dan meningkatkan gairah sebelum ke puncak klimaks.
Pada wanita, seks oral berguna untuk merangsang cairan lubrikasi keluar secara alami dari vagina sehingga penetrasi bisa nyaman dan tidak menyakitkan.
Namun, sebelum melakukannya, ada hal-hal penting mengenai status keamanan seks oral yang perlu Anda ketahui.
Seks oral merupakan kegiatan yang melibatkan mulut dengan daerah genital. Menjilat atau mengulum alat kelamin seperti penis atau vagina merupakan aktivitas seks yang dilakukan dengan pasangan.
Tidak hanya itu, seks oral pada anus kerap pula dilakukan beberapa pasangan.
Mengenai status keamanannya, seks oral lebih aman dibandingkan kegiatan seks yang melibatkan alat kelamin dengan alat kelamin. Meski begitu, seks oral tidak selalu aman karena risiko tertular penyakit tetap ada.
Sebelum melakukan seks oral, hindari menggosok gigi karena bisa menyebabkan gusi berdarah dan goresan kecil pada mulut.
Penyakit lebih mudah menular dengan adanya luka dalam mulut.
Maka pastikan kondisi mulut dalam keadaan sehat, seperti tidak ada sariawan atau luka.
Bagi para pria, sebisa mungkin hindari melakukan ejakulasi di dalam mulut wanita.
Dan yang terpenting adalah hindari melakukan seks oral dengan orang yang riwayat seksualnya tidak Anda ketahui.