Anda jangan hanya memusuhi lemak karena ia dapat menaikkan berat badan. Musuhi juga gula yang bisa merusak otak akibat stres yang terlalu ekstrem.
Dalam laporan terbarunya Kementerian Kesehatan di Inggris dan Amerika Serikat mendorong masyarakat di sana untuk mengurangi mengonsumsi gula.
Perbanyak mengonsumsi buah-buahan dan madu alami, tubuh sudah mendapat asupan gula yang sesungguhnya.
Laporan itu juga menurut “Daily Mail,” Jumat, 19 Februari 2016, diperkuat oleh penelitian tentang bahaya gula yang dilakukan tim dari University of New South Wales di Australia, Jayanthi Maniam dan Margaret Morris.
Sejak lama para ahli merekomendasikan semua orang untuk mengonsumsi gula tidak lebih dari sepuluh persen dari energi harian yang dibutuhkan.
Sebab, secara alami gula dapat ditemukan di dalam segelas jus buah, bukan jus kemasan, dan madu.
Jayanthi dan Margaret menggunakan tikus putih sebagai kelinci percobaan.
Ada tikus yang diberikan makanan rendah lemak dan air putih, ada juga diberi susu, air, dan dua puluh lima persen larutan gula.
Kedua kelompok tikus itu memang terserang stres di kehidupan awal penyapihan. Tapi perbedaan terlihat jelas dari waktu ke waktu.
Tikus yang diberi susu, air, dan larutan gula tidak mampu mengontrol stresnya dengan baik. Setelah lima belas minggu, otak kedua jenis tikus diperiksa.
Stres di kehidupan awal dapat memengaruhi kesehatan mental dan fungsi otak, terutama bagian otak yang disebut hippocampus atau pengontrol memori dan stres.
Tikus yang tidak mengontrol stresnya dengan baik mengembangkan sejumlah penyakit terkait saraf.
Kurangi konsumsi gula bisa menurunkan risiko terkena penyakit, kata para ahli.
Tidak memasukan gula ke dalam tubuh selama sembilan hari, sekali pun tidak mengurangi jumlah kalori, secara signifikan mampu menurunkan tekanan darah dan kolesterol, serta tingkatkan fungsi hati.
Para ilmuwan di balik penelitian ini menunjukkan, metabolik jadi tidak sehat bukan karena kalori tapi karena gula.
Penelitian ini mengamati efek pembatasan konsumsi gula pada sindrom metabolik, sekelompok kondisi yang meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe dua.
Sindrom metabolik dapat termasuk tekanan darah tinggi, kadar glukosa darah tinggi, kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang dan kadar kolesterol normal.
Komite Penasehat Ilmiah Pemerintah Inggris yang fokus pada nutrisi mengatakan, saat ini semakin banyak bukti yang memerlihatkan asupan gula berperan besar dalam peningkatan risiko obesitas, diabetes tipe dua, dan kanker.
Mereka juga memeringatkan, sepertiga asupan gula pada anak berasal dari minuman ringan dan jus buah kemasan.
Rasa manis yang khas dari gula tidak hanya didapatkan dengan menambahkan gula pasir ke teh atau kopi, tetapi juga bisa dengan mudah ditemukan di berbagai makanan dan minuman, mulai dari snack tradisional khas Indonesia sampai minuman ringan ketika Anda berjalan-jalan.
Perlu diingat, konsumsi gula berlebih bisa memberi efek tidak baik bagi tubuh, sebut saja obesitas, atau memicu diabetes.
Seiring dampak yang ditimbulkan oleh konsumsi gula berlebihan, muncul anggapan di masyarakat, bahwa gula batu merupakan alternatif yang lebih sehat dibanding gula pasir. Anggapan itu tidak benar
Gula batu didapatkan dari proses kristalisasi larutan gula cair yang jenuh. Proses ini hanya mengubah bentuknya, tapi tidak sampai mengubah kandungannya.
Kalaupun ada perbedaan kandungan gula, selisihnya hanya sedikit.
Dengan demikian, sama seperti gula pasir, gula batu yang dikonsumsi secara berlebihan juga dapat menjadi pemicu diabetes.
World Health Organization memberikan batasan konsumsi gula harian maksimal lima puluh gram sehari, atau setara dengan empat sendok makan.
WHO bahkan merekomendasikan supaya Anda membatasi asupan gula sampai hanya dua puluh lima gram gula sehari, atau setara dua sendok makan, untuk mendapatkan benefit kesehatan tambahan.
Kenyataannya, masih banyak orang yang belum bisa menghindari rasa manis. Coba bayangkan, siapa tahan untuk tak tergoda melihat kue donat bertabur gula di sore hari?
Atau relakah Anda mengurangi nikmatnya bekerja dan menyelesaikan tugas-tugas sambil ditemani kopi atau teh dengan rasa manis favorit?
Sebenarnya rasa nikmat tersebut tak perlu Anda korbankan.
Ya, dengan gula rendah kalori Anda tetap bisa menikmati manisnya hidup.
Gula rendah kalori memiliki kelebihan untuk menjaga kadar gula darah Anda dan diabetisi agar tetap normal.