Peneliti di Mayo Clinic, sebuah lembaga riset kesehatan terkenal dunia, mengingatkan para pengirim pesan teks melalui ponsel bahwa aktifitas itu bisa menimbulkan perubahan irama gelombak otak yang disebut ‘texting rhythm’
“Era digital ini memang memberi kemudahan komunikasi jarak, tapi ingat dampak buruknya terhadap otak,” tulis jurnal Mayo Clinic yang dikutip “daily mail,” Kamis, 29 Juni 2016..
Kecepatan pengiriman pesan tersebut, seperti ditulis “daily mail,” ternyata bisa memengaruhi irama otak.
Studi yang dilakukan peneliti dari Mayo Clinic, menemukan bahwa kebiasaan mengirim pesan teks melalui ponsel menimbulkan perubahan irama gelombak otak yang disebut ‘texting rhythm’.
Temuan ini, menurut “mail, dapat dikaitkan dengan penggunaan layar kecil, yang memerlukan lebih banyak konsentrasi.
Mereka pun berpendapat bahwa temuan ini juga memberikan alasan biologis mengapa orang tidak diperbolehkan bertukar pesan teks saat berada di belakang kemudi.
Penelitian yang mengaitkan gelombang otak dan kebiasaan bertukar pesan ini dipimpin oleh peneliti Mayo Clinic Dr William Tatum dan melibatkan ratusan pasien yang tidak ataupun mengidap epilepsi.
Para peneliti memonitor gelombang otak peserta selama enam belas bulan menggunakan electroencephalograms dan rekaman video.
Hasilnya, terdeteksi adanya ‘texting rhythm’ pada satu dari lima partisipan yang menggunakan ponsel untuk bertukar pesan.
Saat dimonitor, para partisipan diminta melakukan berbagai aktivitas, termasuk mengirim pesan teks dan melakukan panggilan jarak jauh. Peneliti kemudian melakukan tes fungsi kognitif dan tingkat perhatian pada peserta. Dari semua kegiatan yang diminta dilakukan, hanya aktivitas bertukar pesan teks yang menghasilkan irama otak unik.
“Kami percaya irama baru ini adalah tujuan metrik dari kemampuan otak untuk memproses informasi non verbal selama menggunakan perangkat elektronik, dan hal itu juga terhubung dengan perhatian atau emosi,” kata Dr Tatum.
Menurut tim peneliti ini, temuan mengenai hal tersebut turut memiliki implikasi pada sejumlah skenario, termasuk hubungan otak dengan komputer dan juga saat bermain game.
Tak hanya itu, mereka pun mengatakan bahwa cahaya layar ponsel turut menjadi alasan pendukung mengapa bertukar pesan berbahaya dilakukan saat mengemudi.
“Masih banyak penelitian lain yang dibutuhkan, tapi kami sudah mulai mengungkap respon yang dihasilkan oleh otak ketika berhadapan dengan gadget,” tambahnya
Untuk diketahui gelombang bisa membuat perubahan pada seseorang.
“Saat gelombang-gelombang di dalam otak sinkron, maka otak akan bekerja secara optimal. Kalau otak bekerja optimal, maka manfaatnya akan luar biasa, mencakup semua aspek kehidupan,” jelas Erbe Sentanu, pendiri Digital Prayer Technologies.
Manfaatnya, tambah Erbe, bisa untuk goal-setting, relaksasi dan meditasi, belajar cepat, meningkatkan kreativitas, mengubah kebiasaan, meningkatkan intuisi, sampai mcmbuat awet muda.
Menurut Erbe, setiap detik di dalam otak terjadi sepuluh juta miliar operasi elektrik, yang mengatur antara lain pikiran, gerak, perasaan, bahkan menjaga tubuh kita.
Kalau kita sedang pusing, misalnya, otak akan merespon dan menyembuhkan pusing tersebut otomatis.
“Operasi di dalam otak ini belum dimanfaatkan benar bagi kemaslahatan kita karena kita tidak mengizinkan dia, tapi malah memaksakan dia harus begini dan begitu,” kata Erbe.
Merujuk pada sebuah penelitian, Erbe mengatakan, otak kita tidak bekerja optimal karena be.
Di otak bawah sadar itu terdapat gelombang otak Alfa, Theta dan Delta yang bisa dimaksimalkan potensinya bagi hidup kita.
Inilah yang disasar teknologi brainwave entrainment. “Berbagai aktivitas kita di zaman sekarang ini membuat kita menjadi supersibuk sehingga tidak sempat melakukan hening