Setelah menjadi rumahnya selama sembilan tahun, Jorge Lorenzo, di Desember ini akan melambaikan tangan sambil berujar “bye..bye…” Yamaha, bersamaan dengan resminya kepindahannya ke Ducati.
Selama sembilan tahun di Yamaha Lorenzo telah diberikan tiga gelar juara MotoGP
Kepada “crash,” Selasa, 15 November 2016, dengan nada sedih, Lorenzo, mengungkapkan bahwa setahun lalu ia tak pernah berpikir menyelesaikan perjalanannya dengan Yamaha .
“Balapan pertama saya di kelas premier, kemenangan pertama saya, dan gelar juara dunia pertama saya,” sebut Lorenzo ditanya kenangan terindahnya bersama Yamaha dikutip Cycleworld.
Ketika ditanyai balapan terbaiknya bersama Yamaha, Lorenzo langsung menyebut Assen tiga tahun silam. Pasalnya, kala itu ia kembali ke balapan tepat tiga puluh menit setelah menjalani operasi patah tulang leher.
“Saat itu saya finis kelima. Tidak ada pebalap yang sebelumnya pernah melakukan itu.”
“ Sekarang saya tidak akan melakukannya lagi. Saya tahu, itu tindakan yang gila , tapi jika Anda berada dalam posisi untuk berjuang, Anda akan melakukan semua hal,” ungkap Lorenzo
Bersama Yamaha, pebalap Spanyol itu sudah mengantongi tiga gelar juara dunia
Di musim terakhirnya bersama Yamaha, ia raih posisi ketiga di klasemen akhir.
Ia juga menang di seri balapan terakhir di Valencia. Itu jadi kado terindah buat Yamaha sebelum musim depan, ia bergabung dengan Ducati.
Lorenzo mengaku sangat termotivasi untuk menang atau meraih podium. Ia ingin merayakan momen istimewa ini dengan kemenangan, terutama di lintasan yang pernah tiga kali ia menangi.
“Menyelesaikan musim dengan finis di posisi ketiga teratas dalam delapan tahun terakhir menunjukkan kekuatan dan konsistensi saya,” ucapnya.
“Ya, di satu sisi saya sedih karena sulit untuk mengucapkan selamat tinggal kepada sekelompok orang yang telah menghabiskan waktu sembilan tahun bersama-sama. Di sisi lain saya bersemangat untuk memulai petualangan baru ini.”
Lorenzo memutuskan memberi nilai lima untuk penampilannya sepanjang musim ini hingga akhirnya ia harus puas duduk di posisi ketiga pada klasemen akhir.
Lorenzo yang sempat tampil gemilang di awal musim dengan memenangkan tiga dari enam seri awal MotoGP terseok-seok di pertengahan musim.
Ia tampil buruk sejak seri GP Katalonia hingga GP Inggris dengan catatan hanya sekali naik podium dalam enam seri beruntun.
Hal itu membuat Lorenzo gagal bersaing dan harus rela melihat Marc Marquez memastikan titel juara dunia di GP Jepang.
Namun setidaknya, di balik penampilan angin-anginan Lorenzo musim ini, ia berhasil mengakhir kariernya bersama Yamaha dengan kemenangan di GP Valencia.
“Untuk seri terakhir, saya rasa penampilan saya pantas diberi nilai 10 karena saya tak bisa meminta hal yang lebih dari yang saya lakukan hari ini.”
“Namun untuk keseluruhan musim, saya rasa saya pantas diberi nilai lima. Banyak kesalahan yang dilakukan dan saya terlalu sering bermasalah ketika perlombaan berlangsung di trek yang basah,” ucap Lorenzo seperti dikutip dari Crash.
Terlepas dari musim yang buruk, Lorenzo mengakui dirinya tampil begitu percaya diri di GP Valencia lantaran ingin memberikan kado perpisahan manis untuk Yamaha.
“Bukan karena motivasi dalam diri maka saya bisa melaju lebih cepat, namun karena kepercayaan diri saya yang akhirnya membuat saya merasa lebih termotivasi dan menunjukkan determinasi tinggi.”
“Saya sudah merasa kompetitif sejak lap pertama hari Jumat dan saya rasa itulah kunci kemenangan saya di lomba kali ini,” kata Lorenzo.
Namun Lorenzo juga tak menutup fakta bahwa kemenangannya juga terbantu oleh start buruk Marc Marquez.
“Saya sudah menduga Marc Marquez bakal terus bertarung dengan saya sepanjang perlombaan namun ternyata dia mengalami masalah dengan motornya.”
“Bila saja Marquez bertarung ketat dengan saya sepanjang lomba, maka saya akan kesulitan dan mungkin saja gagal memenangkan perlombaan. Jadi, saya juga cukup beruntung hari ini,” tutur Lorenzo.
Kepada crash yang menanyakan tentang ia dan Rossi, Lorenzo, menyatakan dirinya enggan disamakan dengan rekan satu timnya di Movistar Yamaha itui.
Salah satunya, tegas pria yang pindah ke Ducati mulai musim depan itu, adalah dalam hal perlakuan Yamaha terhadap dirinya dan Rossi.
“Saya lebih khawatir jika mendapatkan perlakuan yang sama dan materi yang sama seperti rekan saya [Rossi],” tegas Lorenzo
“Saya tidak bisa mengeluh karena selama ini kami selalu diperlakukan sama,” imbuhnya.
Sejak memutuskan pindah ke Ducati per musim depan, Yamaha memberikan rambu-rambu yang kuat terhadap Lorenzo. Pebalap asal Spanyol itu hanya diberi izin mengikuti tes uji coba resmi di sirkuit Valencia selama dua hari pekan ini.
Perlakuan Yamaha terhadap Lorenzo ini disebutkan berbeda dengan yang diterima Rossi saat ia memutuksan hengkang dan hijrah ke Ducati. Kala itu, Rossi memutuskan bergabung dengan Ducati selama dua musim dan kembali lagi ke Yamaha.
Kali ini Lorenzo, mengakui dirinya berharap mendapatkan kesempatan lebih guna menjajal motor Desmosedici keluaran Ducati untuk musim balap mendatang.
Tapi, ia mencoba memahami kondisi dari sudut pandang Yamaha sebagai mantan timnya.
“Saya punya kontrak yang ditandatangani bersama Yamaha sampai akhir tahun dan saya menghormati kesepakatan ini,” kata dia.
Direktur pelaksana tim Movistar Yamaha Lin Jarvis mengatakan, “Berdasarkan kontrak, pebalap Yamaha tak memiliki hak untuk mencoba motor milik pabrikan lain. Kontrak kami dengan Lorenzo berakhir pada 31 Desember.”
Alasan lain Yamaha, diakui Jarvis, “Ini bisnis. Ini olahraga, benar-benar olahraga, tapi ini bukan amal. Ini adalah bisnis. Lorenzo ingin diberikan kesempatan melakukan uji coba karena misinya adalah bisa adaptasi secepat mungkin bersama Ducati musim depan. Ia akan menjadi salah satu pesaing utama kami. Keinginan Lorenzo dengan keinginan kami berbeda.”