Dari sisi psikologi, pernikahan di usia terlalu muda tidak dianjurkan
Pernikahan usia muda secara psikologis rentan akan koflik terkait kematangan emosional.
Beberapa riset menunjukkan, menikah mudas memiliki risiko perceraian lebih tinggi.
Adapun yang dimaksud kematangan untuk menikah ini memiliki beberapa kriteria.
Seseorang yang ingin menikah secara psikologis harus independen atau mandiri. Tingkat kemandirian pertama terkait emosional.
Kemandirian tipe ini perlu agar tidak lagi bergantung pada orangtua. “Jangan sampai nanti kalau sudah nikah malah seperti
Entar ya aku tanya papa mama dulu’. Kan gak lucu. Nanti mau ambil keputusan malah begitu
Kriteria kemandirian kedua adalah secara finansial. Ini penting lantaran berkaitan dengan kesejahteraan dalam rumah tangga ke depan.
Kemandirian finansial dimaksudkan agar nanti setelah masuk bahtera rumah tangga tidak lagi bergantung pada orangtua.
Nah terakhir adalah kesiapan untuk memiliki hubungan eksklusif secara seksual dengan pasangan.
Kesiapan untuk tetap tinggal dengan satu pasangan. Jangan sampai sudah punya pasangan, tapi malah buka kesempatan yang lain.
Bila memang sudah matang dan siap, maka poin lain yang perlu diperhatikan adalah motif pernikahan. Secara psikologis ada dua motif—positif dan negatif—ketika hendak menikah.
Motif positif misalnya karena cinta, ingin meneruskan keturunan, atau ingin memiliki teman hidup hingga tua.
Sementara motif negatif misalnya seperti melunasi hutang orangtua, hamil di luar nikah, ingin keluar dari dominasi orangtua, hingga balas dendam dengan mantan pacar.
“Bila alasannya demikian (motif negatif), maka bisa jadi pernikahan tidak berhasil,” kata dia.
Ajakan untuk nikah muda rupanya sedang menjadi keramaian di media sosial.
Kebanyakan isinya mengajak anak muda untuk tidak ragu menikah di usia muda dan menyampaikan manfaat apa saja yang diperoleh jika menikah muda.
Respon yang diberikan publik terhadap fenomena nikah muda di media sosial pun beragam. Ada yang menyetujui, ada yang tidak, bahkan menentangnya
Banyak orang sepertinya masih mempunyai pertimbangan lain misalnya dari sisi kesehatan, kematangan mental dan juga finansial.
Orang yang menikah di usia muda akan mendapati beragam tantangan terkait dengan pengelolaan keuangan.
Pernikahan di usia muda memang banyak tantangannya. Salah satunya adalah masalah pengelolaan keuangan.
Agar seseorang bisa mengelola keuangannya dengan baik, diperlukan kematangan dalam pola pikir.
Seseorang yang telah dewasa dengan seseorang yang masih muda akan sangat berbeda dalam mengatur keuangannya.
Tidak hanya pengetahuan pengelolaan keuangan pribadi, namun juga kematangan cara berpikir. Apalagi usia muda masih penuh gejolak juga tingkat konsumsi tinggi.
Mengenai anggapan jika sudah menikah rezeki akan mudah datang , meski pun hal tersebut bisa jadi benar, namun sebaiknya tidak dijadikan pedoman atau acuan untuk melakukan nikah muda.
Disarankan untuk pasangan yang akan menikah lebih realistis dalam merencanakan membina rumah tangga, apalagi jika sudah berkaitan dengan pengelolaan keuangan.
Karena tidak sedikit permasalahan keluarga timbul akibat dari pengelolaan keuangan yang salah.
Pola pikir rejeki bisa dicari, walaupun benar, namun jangan menjadi pegangan satu-satunya. Berpikir positif harus dibarengi sikap realistis.
Sebelum memutuskan untuk melakukan pernikahan, sebaiknya pastikan dulu bahwa Anda memiliki pekerjaan yang mendatangkan penghasilan.
Selain itu, penting juga untuk mengetahui kemampuan setiap pasangan dalam mendapatkan uang dan cara memanfaatkannya.
Bagaimanapun juga pasangan yang akan menikah harus sudah memiliki penghasilan, sudah saling mengetahui kondisi keuangan masing dan menerimanya.
Menikah bukan perkara mudah.
Perlu persiapan, hingga kematangan. Namun kini di media sosial muncul sebuah ajakan nikah muda, agar anak-anak muda dan remaja segera memutuskan untuk menikah.
Beberapa alasan yang dijadikan pembenaran antara lain agar tak perlu melewati masa pacaran dan menghindari perbuatan yang dilarang norma.
Lantas, bagaimana persoalan tersebut dipandang?
Perlu membedah lebih dahulu soal ajakan nikah muda—satu di antaranya soal batasan umur.
Yang ditentang adalah bila persiapan tidak dilakukan secara benar, baik secara kedewasaan diri hingga persoalan lanjut setelah menikah.
Salah satu yang dikhawatirkan adalah, dalam ajakan nikah muda yang disampaikan kebanyakan sesuatu yang mudah, indah dan manis.
Padahal ada hal lain dari pernikahan, mulai dari kesehatan reproduksi, mengurus rumah tangga, hingga mengasuh anak. Hal-hal itu sering tidak masuk perhitungan.
Sementara dalam hal tanggungjawab terhadap anak, mereka yang belum siap secara pekerjaan dan penghasilan karena baru lulus sekolah, dikhawatirkan akan mengalami kesulitan ekonomi, dan itu berdampak buruk pada pengasuhan anak.
Ada risiko anak-anak mereka tidak terurus karena pekerjaan yang dimiliki orangtua tidak mendukung. Pada akhirnya, mereka akan kembali pada orangtua atau mertua, bukan membangun rumah tangga sendiri.