Apakah Anda termasuk salah seorang pengguna antibiotik tanpa resep dokter?
Ya, sebagai bagian pengobatan kini antibiotic makin banyak dikonsumsi tanpa resep dokter
Padahal antibiotik merupakan jenis golongan obat resep dan tidak semestinya dapat dibeli secara bebas.
Antibiotik sebaiknya tidak digunakan sebagai pengobatan atas inisiatif pribadi karena bisa berdampak buruk pada kesehatan di masa depan.
Terdapat banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan jenis pengobatan untuk infeksi yang Anda alami.
Oleh karena itu, penggunaan antibiotik yang aman selalu memerlukan petunjuk dari dokter yang telah terlatih secara medis untuk bertahun-tahun.
Sebelum member resep antibiotik kepada seorang pasien, perlu dipastikan terlebih dahulu bahwa infeksi itu disebabkan oleh bakteri atau parasit yang memang bisa dimusnahkan oleh antibiotik.
Jika infeksi disebabkan oleh virus, maka mengonsumsi antibiotik bukan hanya langkah yang salah dan tidak efektif tapi bisa merugikan tubuh kita.
Salah satu alasan mengapa antibiotik termasuk dalam golongan obat resep dan bukan obat bebas adalah karena hanya melalui hasil pemeriksaan dokter yang bisa membedakan infeksi akibat bakteri dari infeksi lain yang tidak bisa ditangani oleh antibiotik.
Pilihan antibiotik tergantung pada infeksi apa yang dialami seseorang dan bakteri atau parasit apa yang dianggap dokter sebagai penyebab infeksi. Sebab tiap antibiotik hanya efektif untuk melawan bakteri atau parasit tertentu.
Misalnya, ketika Anda terkena radang paru-paru atau pneumonia, dokter atau ahli medis dapat memberitahu jenis bakteri yang biasanya menjadi penyebab kondisi tersebut.
Selain menentukan antibiotik mana yang cocok, dokter juga yang tahu pasti mengenai dosis dan frekuensi yang cocok, sesuai dengan kondisi kesehatan pasien.
Oleh karena pemberian antibiotik perlu pertimbangan beberapa faktor, sangat tidak dianjurkan untuk menggunakan antibiotik berdasarkan inisiatif sendiri. Tanpa pengetahuan medis yang lengkap, risiko keliru dalam menggunakan antibiotik sangat tinggi.
Mengonsumsi antibiotik yang salah baik dari segi jenis, dosis dan frekuensi, dapat mengakibatkan bakteri menjadi resisten.
Resisten berarti bakteri tersebut beradaptasi dan berubah menjadi kebal terhadap antibiotik yang dulu mampu memusnahkannya. Hal ini sering terjadi akibat penyalahgunaan antibiotik.
Tubuh yang terinfeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik lebih sulit pulih dan diobati. Infeksi itu pun lebih mudah berkembang dan menyebabkan berbagai komplikasi.
Setiap obat termasuk antibiotik berpotensi mengganggu kinerja obat lain. Salah satu alasan mengapa penggunaan antibiotik sebaiknya berdasarkan petunjuk dokter adalah supaya kita tetap aman saat mengonsumsi antibiotik dengan obat lain.
Tiap antibiotik memiliki efek samping masing-masing, mulai dari yang ringan hingga yang sangat serius. Dengan anjuran dan petunjuk dari dokter, kita bisa menggunakan antibiotik dengan aman dan dengan risiko efek samping yang minimal
Dengan petunjuk dari dokter, kita juga bisa terhindar dari jenis antibiotik yang mungkin tidak bisa ditoleransi oleh tubuh kita.
Umumnya, ketika seseorang mempunyai alergi terhadap satu golongan antibiotik, dia bisa saja alergi terhadap semua jenis antibiotik yang termasuk dalam golongan tersebut.
Hanya profesional medis yang tahu jelas jenis antibiotik mana yang termasuk dalam golongan mana.
Bimbingan dokter dalam menentukan jenis antibiotik akan berperan sangat penting bagi mereka yang mempunyai alergi. Reaksi alergi terhadap antibiotik bisa berupa ruam, pembengkakan pada wajah dan lidah, hingga kesulitan bernapas yang umum disebut reaksi anafilaksis.
Kondisi anafilaksis tidak boleh disepelekan karena dapat berakibat fatal. Untuk itu, penting untuk memberitahu kepada dokter, perawat, atau apoteker jika Anda memiliki reaksi alergi terhadap antibiotik tertentu.
Yang perlu diingat, mengonsumsi antibiotik harus senantiasa melalui konsultasi dan resep dokter. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat hanya akan mengakibatkan kerugian seperti efek samping, pengeluaran biaya yang si
Sebagai salah satu obat umum, antibiotik tidak asing lagi bagi masyarakat. Hanya, konsumsi antibiotik sering kali tidak sesuai aturan yang ditetapkan oleh dokter.
Misalnya, kelalaian dalam menghabiskannya. Padahal kebiasaan tersebut dapat membahayakan.
Yang dimaksud dengan antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri.
Antibiotik mampu membunuh bakteri dan mencegah perkembangannya. Tentu saja, tiap infeksi membutuhkan jenis antiobotik yang berbeda-beda.
Meski efektif melawan infeksi bakteri, antibiotik tidak dapat digunakan untuk melawan virus. Mengonsumsi antibiotik saat seseorang terkena infeksi virus tidak akan membantu membuat seseorang merasa lebih baik. Sebaliknya, Anda dapat kebal terhadap antibiotik.
Ketika dokter memutuskan memberi antibiotik untuk pengobatan, maka Anda disarankan untuk mengonsumsinya dengan cara-cara yang telah ditentukan.
Anda seharusnya mengonsumsi antibiotik sesuai waktu yang telah ditentukan. Dokter akan menjelaskan waktu dan dosis yang tepat dalam mengonsumsi obat tersebut. Agar tidak terlupa, Anda disarankan mengonsumsi obat pada waktu yang sama tiap hari.
Beberapa jenis antibiotik dilarang dikonsumsi bersamaan dengan makanan tertentu.Sebagian antibiotik harus dikonsumsi di saat perut kosong, umumnya satu atau dua jam sebelum makan.
Anda juga dilarang mengonsumsi minuman keras selama menggunakan antibiotik tertentu. Ikuti instruksi dokter maupun petunjuk pada label kemasan obat atau melalui lembaran informasi untuk pasien.
Ingat, jangan sekali pun memberi antibiotik milik Anda kepada teman, keluarga, atau binatang piaraan. Hindari juga menyimpan sisa antibiotik milik Anda. Seharusnya tidak ada dosis obat yang tersisa. Antibiotik yang diresepkan sebaiknya dikonsumsi sampai habis untuk mencegah kembalinya infeksi yang berpotensi lebih parah dari kondisi awal. Jika Anda menerima dosis melebihi yang telah diresepkan oleh dokter, maka sebaiknya tanyakan pada apoteker tentang cara terbaik dalam membuang sisa antibiotik tersebut.
Sangat penting untuk menghabiskan antibiotik yang diberikan pada waktu yang telah ditentukan agar semua bakteri penyebab infeksi dapat diberantas, walaupun kadang gejala telah hilang sepenuhnya.
Mengonsumsi antibiotik sesuai dosis bertujuan untuk mengurangi risiko timbulnya efek samping dan mencegah terjadinya resistensi antibiotik.
Misalnya, Anda hanya mengonsumsi antibiotik, namun hanya beberapa hari karena merasa sudah membaik, maka kemungkinan hanya sebagian bakteri yang berhasil dimusnahkan.
Sebagian kecil bakteri yang mampu bertahan akan menjadi resisten atau kebal dan dapat menyebabkan infeksi yang lebih parah kembali atau menyerang orang lain. Ketika bakteri resisten terhadap pengobatan dasar, maka akan meningkatkan risiko komplikasi dan kematian.
Sebagai contoh, obat yang diperlukan untuk mengobati penyakit tuberkulosis yang resisten terhadap obat jauh lebih mahal dibandingkan obat untuk mengobati tuberkulosis non-resisten.
Pengobatan yang dilakukan juga jauh lebih lama, hingga memakan waktu dua tahun, tentunya dengan efek samping yang lebih berat.
Konsekuensi lain dari resistensi antibiotik adalah peningkatan biaya seperti sakit yang lebih lama, termasuk biaya untuk tes, perawatan dan rawat inap tambahan, serta biaya tidak langsung seperti kehilangan pemasukan dari pekerjaan.