Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Neurology, Neurosurgery and Psychiatry menemukan, hidup melajang hampir sepanjang usia bisa meningkatkan risiko mengalami pikun atau demensia hingga empat puluh dua persen, dibandingkan dengan orang yang menikah.
Orang yang pernah menikah, namun kini statusnya sendiri entah karena perceraian, menjandi janda atau duda juga memiliki peningkatan risiko demensia yang tinggi hingga 20 persen.
Dilansir dari laman The Independent, Kamis, 30 November, para peneliti dari University College London, Inggris mendapatkan temuan ini dari lima belas studi berbeda.
Masing-masing studi mengeksplorasi korelasi antara risiko demensia dengan status pernikahan.
Dengan mengombinasikan hasil dari lima belas studi, para peneliti mampu menganalisis data dari 800.000 orang di seluruh dunia.
Menurut Dr. Laura Phipps dari Alzheimer’s Research UK, ada beberapa alasan kenapa menikah bisa memberikan sejumlah manfaat kesehatan.
“Orang yang menikah cenderung memiliki keuangan yang kuat dan faktor lain yang menjalin kuat dengan banyak aspek kesehatan kita,” ujarnya.
Selain itu, pasangan suami atau istri bisa membantu mendorong kebiasaan sehat, memperhatikan kesehatan pasangannya, dan menyediakan dukungan sosial yang penting.
Salah seorang peneliti dan psikiater di UCL, Dr. Andrew Sommerlad, menjelaskan bagaimana menjalani gaya hidup yang lebih sehat bisa memengaruhi langsung kesehatan mental Anda.
“Satu hal yang terjadi ketika seseorang mengalami demensia adalah akumulasi kerusakan di dalam otak,” katanya menjelaskan.
Jadi, para peneliti berpikir bahwa hal tersebut bisa dikurangi dengan menjaga kesehatan Anda secara umum dengan menjalani pola makan sehat, melakukan olahraga, dan mengobati masalah medis seperti diabetes.
“Kami juga berpikir ada kemungkinan untuk membangun kapasitas otak, yang disebut dengan cadangan kognitif, untuk membuat Anda bisa menahan kerusakan dalam otak lebih lama”
“ Anda bisa melakukannya dengan lebih banyak belajar dan menjaga mental dan kehidupan sosial yang aktif.”
Hubungan dalam pernikahan dan perhatian yang diberikan pasangan untuk satu sama lain bisa menjadi faktor kontribusi dalam mengurangi risiko penyakit mental di usia lanjut.
Selain mendapatkan bahagia dan adanya teman untuk hidup bersama, adakah keuntungan dari menikah yang baik untuk kesehatan?
Menikah bukan hanya sekedar menyatukan kedua pasang manusia untuk beranak pinak lalu kembali pada asalnya.
Menikah nyatanya punya keuntungan dan kebaikan tersendiri, khususnya untuk kesehatan. Apa saja manfaat kesehatan dari menikah?.
Sebuah studi di Inggris melakukan penelitian terhadap dua puluh lima ribu orang penderita sakit jantung yang menikah dengan yang tidak menikah.
Hasilnya ditemukan kalau di antara pasien yang menikah dan memiliki pasangan, kondisinya empat belas persen membaik lebih cepat daripada pasien yang melajang.
Studi tersebut menyimpulkan adanya hubungan dari menikah dengan tingkatan kesehatan seseorang yang lebih baik.
Seperti contoh penelitian di atas, penelitian lain juga mengemukakan bahwa keuntungan dari menikah dapat memengaruhi kesehatan jantung Anda.
Dalam penelitian yang berasal dari Universitas Turku di Finlandia, wanita dan laki-laki yang sudah menikah diketahui mempunyai risiko lebih rendah untuk mengalami penyakit jantung, jika dibandingkan dengan orang yang belum menikah.
Belum ada penjelasan ilmiah dan pasti mengenai hal ini, namun mereka menganggap bahwa pernikahan dapat meningkatkan dukungan emosional, terbangunnya keintiman fisik, serta ikatan sosial yang lebih dalam.
Semua hal tersebut dapat membuat tekanan darah seseorang menurun dan stabil, yang kemudian berdampak pada kesehatan jantung.
Sebuah laporan medis yang diterbitkan oleh University of Chicago menemukan suatu hal mengenai manfaat pernikahan, yang memiliki efek untuk menurunkan hormon kortisol sebagai pemicu tekanan psikologis.
Begitupun dengan seseorang yang sedang dalam berada hubungan jangka panjang, hubungan tersebut dapat memperkuat dan mengubah hormon stress jadi perasaan bahagia terhadap pasangannya.
Selain bisa menurunkan risiko terkena penyakit, ternyata dengan menikah juga bisa mendukung masa pemulihan operasi menjadi lebih cepat. Kathleen King, seorang peneliti dari University of Rochester menyatakan bahwa seseorang yang menikah dan menjalani operasi, berpotensi dua kali hidup lebih lama.
Hal ini akan berkaitan erat dengan dukungan serta kehadiran pasangan yang menemani hari-hari Anda selama masa pemulihan.
Siapa yang menyangka kalau dengan menikah bisa membuat Anda mendapatkan tidur yang nyenyak dan berkualitas. Wendy Troxel, seorang psikolog di Universitas Pittsburg menemukan bahwa wanita yang menikah memiliki kualitas tidur yang lebih baik daripada wanita yang tidak menikah.
Aktivitas seks sebelum tidur diduga kuat sebagai salah satu alasan tubuh melepaskan hormon oksitosin yang membuat tidur jadi lebih nyenyak.
Sebetulnya yang paling penting untuk meningkatkan kesehatan Anda adalah diri Anda sendiri, bukan orang lain.
Hindari gaya hidup dan makan tidak sehat, fokuskan saja diri Anda pada hal yang bisa membuat bahagia. Karena pada dasarnya jiwa yang bahagia akan menimbulkan tubuh yang sehat pula.
Mengenai menikah atau tidak menikahnya seseorang, tidak selalu orang yang menikah akan sehat serta bahagia, begitupun sebaliknya.
Suatu perubahan pada hidup dapat menjadi hal yang baik bagi mereka yang dapat beradaptasi dengan baik.
Namun tidak dipungkiri juga, bertambahnya tanggung jawab juga dapat memberikan dampak buruk bagi mereka yang belum siap.
Pada akhirnya, hal terpenting adalah bagaimana Anda menjalankan fungsi Anda di masyarakat, salah satunya fungsi sosial.
Bila Anda dapat menjalaninya dan menghadapi tantangan hidup dengan baik, maka Anda dapat merasa bahagia dan tentunya sehat jiwa.