Apakah Anda termasuk salah seorang yang saat berbicara di depan umum, sering kali bergumam kecil dengan kata ‘em’, ‘a’, atau ‘um’.
Lantas, apa Anda tahu alasan gumaman tersebut?
Nah, kali ini laman “live science” memberi menjawabnya.
Ya, pernahkah Anda memperhatikan saat Anda atau orang lain berbicara di depan umum?
Kadang kala di antara kata, kita sering bergumam ‘um’, ‘uh’, ‘em’, dan lain sebagainya, bukan? Sebuah penelitian tertarik untuk mengkaji kebiasaan tersebut.
Para peneliti menyadari, biasanya kata ‘um’, ‘a’, dan sebagainya terucap tepat sebelum kata benda.
Penelitian ini menemukan bahwa ketika orang-orang berbicara dan kata yang diucapkannya lebih lambat atau di luar jangkauan mereka, biasanya itu adalah kata benda.
Nah, gumaman akan muncul ketika kita memvisualisasikan benda tersebut lebih dahulu. Inilah yang memperlambat ucapan kita.
Menurut para peneliti, ini berbading terbalik dengan kata kerja.
Otak membutuhkan lebih sedikit waktu untuk “melihat” kata kerja dalam pikiran sebelum diucapkan.
Tak hanya itu, interaksi kompleks berbagai faktor juga membentuk kecepatan bicara seseorang.
Faktor-faktor tersebut termasuk frekuensi dan keakraban kata yang digunakan. Frank Seifart, penulis utama penelitian ini mengatakan bahwa sebelumnya, para ilmuwan telah mengamati bahwa jeda sebelum kata-kata yang tidak dikenal atau rumit mencerminkan kesulitan komparatif dalam merencanakan kata-kata tersebut.
Sedangkan untuk penelitian baru, peneliti dari Departemen Studi Sastra dan Linguistik di Universitas Amsterdam tersebut menganalisis ribuan rekaman pidato.
Para peneliti mendengarkan ritme total dari bahasa berbeda yang digunakan di Eropa, Amerika Utara, Meksiko, Siberia, Himalaya, hutan hujan Amazon, dan gurun Kalahari.
Para peneliti menemukan dalam sembilan bahasa tersebut jeda atau gumaman enam puluh persen lebih mungkin terjadi sebelum kata benda.
Bahkan, gumaman ini dua kali lebih mungkin terjadi pada kata benda dibanding kata kerja meskipun kata kerja tersebut sangat kompleks.
Dalam percakapan umum, kata benda biasanya digunakan hanya ketika orang ingin menambahkan informasi yang baru atau tak terduga.
Hal ini menyebabkan orang perlu lebih banyak “waktu perencanaan” untuk mengatakan kata benda daripada kata kerja, bahkan ketika kata benda yang dimaksud tidak terlalu rumit, para peneliti mencatat dalam penelitian ini.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences ini menunjukkan bahwa meskipun bahasa menunjukkan keragaman yang signifikan dalam struktur gramatikal dan konteks budaya, irama bicara tertentu terus-menerus mengikuti pola universal yang kuat.
Pola-pola itu juga dapat dikaitkan dengan penggunaan kata benda atau kata kerja, kata Seifart.