Banyak orang yang tidak menyadari pentingnya masalah kesehatan mental, dan bagaimana cara mengatasinya.
Belum lagi, kurangnya dukungan untuk penderita gangguan mental, yang ditambah dengan stigma negatif, sering membuat penderitanya enggan mencari solusi atas kondisi mereka.
Selain itu, ada banyak mitos keliru yang beredar di masyarakat yang semakin memperparah kondisi para penderita gangguan mental tersebut.
Masyarakat cenderung berpikir jika depresi merupakan tanda orang ‘lemah’ atau ‘gila’.
Pada kenyataannya, penderita depresi yang berusaha mengatasi masalahnya menunjukkan kekuatan dan ketangguhan yang luar biasa
Depresi adalah penyakit turunan Jika ada riwayat depresi dalam keluarga kita, kemungkinan besar kita akan mengalaminya sendiri.
Namun, para ahli tidak yakin bagaimana genetika secara signifikan mempengaruhi risiko ini.
Depresi bisa terjadi tanpa alasan atau penyebab yang signifikan. Hanya karena orangtua kita menderita depresi, bukan berarti kita akan mengalaminya juga.
Penderita depresi harus mengonsumsi antidepresan seumur hidup Pengobatan depresi berbeda bagi setiap orang.
Banyak penderita depresi menggunakan obat sebagai bantuan jangka pendek, yang lain mungkin mengonsumsinya selama bertahun-tahun.
Beberapa orang mungkin juga memilih untuk tidak mengonsumsi antidepresan sama sekali.
Dalam setiap kasus, durasi pengobatan setiap orang bervariasi, tergantung tingkat keparahan gangguan tersebut. Bahkan, kebanyakan orang tidak perlu memakai obat selama sisa hidup mereka.
Orang yang depresi biasanya lesu, susah berkonsentrasi, dan tidak produktif.
Namun, beberapa orang dengan depresi bisa kerja seperti biasa, seolah segalanya baik-baik saja.
Hal ini membuat seseorang sulit menyadari bahwa ia memang sebenarnya punya depresi. Anda mungkin mengabaikan gejala depresi lainnya seperti kehilangan nafsu makan, murung, menarik diri dari lingkungan sekitar, dan mudah putus asa.
Suasana hati atau mood seseorang diatur oleh otak. Lebih tepatnya yaitu oleh hormon dan sistem saraf. Gangguan atau kerusakan pada kedua hal ini dapat menyebabkan gangguan mood yang dikenal dengan istilah depresi.
Nah, karena gangguan ini sifatnya bisa bermacam-macam dan memang kondisi otak setiap orang itu berbeda-beda, gejala depresi tidak sama pada setiap orang.
Jadi bagaimana orang yang depresi bisa kerja dengan produktif? Begini penjelasannya.
Pada dasarnya tidak semua orang yang depresi menarik diri dari aktivitasnya sehari-hari. Munculnya gejala dan keparahan depresi tergantung dari jenis dan hal yang menyebabkan munculnya depresi itu sendiri.
Dua jenis depresi yang paling sering didiagnosis adalah depresi mayor (depresi berat) dan depresi kronis.
Dalam depresi mayor, biasanya gejalanya terjadi dalam tingkat yang sangat parah, tapi hanya berlangsung selama beberapa minggu atau bulan.
Sedangkan pada depresi kronis, gejalanya tidak terlalu parah, tapi bisa berlangsung selama lebih dari dua tahun.
Nah, biasanya orang depresi bisa kerja dan menjalani aktivitas sehari-hari dalam kondisi depresi kronis ini.
Meski masuk dalam depresi kronis, para ahli mengerucutkan lagi kondisi ini sebagai depresi high functioning.
Depresi ini tidak memberikan efek yang berarti terhadap pola aktivitas seseorang, tapi menurunkan dorongan untuk menjalani hari-harinya.
Pada dasarnya, depresi high functioning tidak memengaruhi pola aktivitas seseorang.
Maksudnya, Anda mungkin tetap bisa bangun pagi lalu bekerja atau ke sekolah seperti biasa.
Namun, sebenarnya dalam hati Anda sudah kehilangan makna akan hal-hal yang Anda lakukan. Jadi Anda hanya menjalani rutinitas semata, tanpa tujuan.
Hal ini menyebabkan berkurangnya keinginan untuk menikmati hidup, bahkan membuat Anda bersosialisasi seperlunya saja dengan teman atau keluarga dekat.
Maka, mungkin saja Anda ketika depresi bisa kerja atau sekolah, tapi jadi lebih pendiam dan murung. Anda juga mungkin cenderung pulang lebih cepat dan tidak tertarik untuk ikut berbagai aktivitas di luar kewajiban utama Anda.
Jangan keliru dengan istilah high functioning seolah orang yang punya kondisi ini tetap bisa berfungsi dengan sangat baik. Istilah ini sebenarnya menggambarkan kondisi orang yang dari luar kelihatannya normal atau baik-baik saja, tapi diam-diam mengidap depresi kronis.
Depresi high functioning bisa membuat seseorang tidak bisa menikmati hidup dan selalu merasa bahwa ada yang salah dengan sesuatu
Meski dari luar Anda kelihatan baik-baik saja, segera periksa ke dokter kalau Anda menunjukkan gejala-gejala di atas.
Dokter mungkin merekomendasikan terapi dengan psikolog atau obat-obatan untuk membantu kerja otak dalam mengatur mood Anda.
Selain itu, menjaga pola hidup sehat dengan makan seimbang, rutin berolahraga, dan tidur cukup juga menjadi kunci penanganan depresi.
Namun, hal ini memang tidak mudah. Anda bisa mulai pelan-pelan dan minta orang terdekat untuk mendukung Anda menjalani hidup yang lebih berkualitas.
Misalnya ajak sahabat Anda untuk lari pagi bersama. Anda juga bisa mandi air hangat sebelum tidur supaya waktu istirahat jadi lebih berkualitas.