Penderita depresi sering kali terlihat normal — bahkan ceria — pada kebanyakan waktu mereka beraktivitas.
Namun bagi beberapa orang, gejala depresi mereka bisa kambuh hanya di malam hari.
Depresi adalah gangguan mental yang berbeda dengan stres dan tidak boleh disepelekan.
Lantas, apa penyebab kambuhnya depresi di malam hari?
Apakah gejalanya berbeda dengan depresi pada umumnya?
Setelah menjalani banyak kesibukan di sana-sini sepanjang hari, sebagian besar orang akan memanfaatkan waktu kosong di malam hari sebelum tidur untuk leyeh-leyeh bersantai merilekskan pikiran.
Namun pada beberapa orang yang memiliki depresi, suasana tenang dan sepi ini bisa memicu kambuhnya gejala depresi di malam hari akibat minimnya aktivitas menjelang waktu tidur.
Menjelang malam hari, kegiatan yang bisa dilakukan akan semakin sedikit karena waktu yang terbatas juga respon alami tubuh yang minta beristirahat. \
Minimnya aktivitas di malam hari menyisakan banyak waktu untuk otak merenung.
Pikiran yang dibiarkan mengawang tanpa fokus bisa memicu timbulnya rasa kesepian di malam hari yang membuat otak tidak mampu mengendalikan pikiran dan emosi negatif, seperti kekecewaan, ketakutan, hingga kenelangsaan dan keputusasaan, yang menyebabkan kambuhnya gejala depresi.
Terlebih, sebuah penelitian dari Inggris melaporkan bahwa rasa kesepian bisa menyebabkan Anda sulit tidur nyenyak, yang bisa memperburuk gejala depresi di malam hari.
Semakin lama Anda terjaga di malam hari, semakin banyak waktu bagi otak untuk terus fokus memikirkan hal-hal negatif yang ditakutinya.
Semakin otak sibuk berpikir yang tidak-tidak, semakin sulit Anda untuk tidur nyenyak. Insomnia telah dilaporkan dapat memperburuk gejala depresi.
Itu kenapa orang yang depresi cenderung jarang merasakan gejalanya pada siang hari saat mereka sedang sibuk.
Berbagai kesibukan di siang hari membuat gejala depresi lebih terkendali karena otak mereka terus dipaksa fokus untuk mengerjakan atau memikirkan hal-hal lain.
Gejala depresi di malam hari juga bisa kambuh akibat tubuh yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari seperti waktu beraktivitas di siang hari.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang kekurangan sinar matahari cenderung lebih rentan depresi dan sering mengalami gangguan emosi.
Seperti yang telah diketahui, paparan sinar matahari merupakan sumber terbesar dari vitamin D yang baik tubuh.
Asupan vitamin D yang mencukupi dapat membantu meringankan depresi.
Selain itu, sinar UV matahari juga merangsang sel keratinosit pada kulit untuk membuat beta-endorphins, hormon yang membuat suasana hati Anda menjadi lebih baik.
Hormon serotonin yang juga membantu meningkatkan mood serta stamina tubuh juga bereaksi positif terhadap sinar matahari.
Yang terjadi pada malam hari justru sebaliknya. Suasana tenang, sejuk, dan gelap memicu tubuh untuk meningkatkan produksi hormon melatonin yang menyebabkan Anda akan lebih merasa cepat ngantuk dan lelah setelah matahari terbenam.
Mood yang melankolis di malam hari inilah yang bisa memicu kambuhnya depresi.
Siapa, sih, yang tidak pernah menonton TV, buka laptop, atau main HP sebelum tidur?
Rasanya hampir semua orang pasti pernah melakukan ini setidaknya sekali seumur hidup.
Meski begitu, kebiasaan ini tampaknya harus dihentikan terutama apabila Anda memiliki depresi.
Dilansir dari Healthline, paparan cahaya biru dari layar gadget di malam hari tidak hanya membuat Anda jadi sulit tidur, tapi juga berisiko menyebabkan depresi kambuh.
Saat Anda menghabiskan waktu untuk nonton TV atau main HP sebelum tidur, pancaran sinar terang dari layar meniru sifat cahaya alami matahari yang malah bikin Anda tambah semangat karena tubuh meningkatkan produksi hormon stres kortisol.
Kadar kortisol yang berlebihan dalam tubuh dapat meningkatkan gejala depresi di malam hari terjadi semakin parah.
Gejala depresi seringnya muncul mendekati waktu tidur, saat otak sudah fokus hanya untuk tidur tanpa adanya pengganggu lainnya.
Tanda dan gejala depresi di malam hari meliputi, pPerasaan sedih, gelisah., lekas mara, merasa sepi, perasaan putus asa dan tidak berharga, merasa kehilangan kenikmatan dari hal-hal yang tadinya menyenangkan.
Selain itu bias juga karena kekurangan energi atau tidak bertenaga, sulit berkonsentrasi atau membuat keputusan dan dalam kasus yang serius, mungkin timbul perasaan ingin bunuh diri atau memikirkan tentang kematian.