Ada cerita lucu dari Taylor Swift
Ternyata ia pernah sembunyi didalam tas ketika dikejar para paparazzi.
Pada pertengahantahun lalu sejumlah paparazi mengambil foto dua pengawal keluar dari apartemen penyanyi Taylor Swift di New York, membawa sebuah tas pakaian berukuran amat besar dan memasukkan ke dalam kendaraan sang bintang.
Foto tersebut kemudian menimbulkan spekulasi bahwa Swift sendiri yang berada di dalamnya, menilik kehati-hatian cara kedua pengawal memperlakukan tas besar yang terlihat berat itu.
Rumor ini segera menyebar sangat cepat, tanpa ada konfirmasi apapun dari pihak terkait sampai hari ini.
Splash News selaku pihak yang mempublikasikan foto tersebut kemudian menyatakan menarik berita itu.
Namun justru rekan kolaborasi Swift dalam ‘I Don’t Wanna Live Forever’, Zayn Malik yang mengungkapkan hal serupa.
Dalam bincang bersama Vogue Inggris, Malik berbicara tentang cara-cara Swift menghindari lampu kamera sebelum rilisnya album keenam ‘Reputation’ dan bagaimana wanita itu menyembunyikan diri.
“Dia (Swift) bepergian dalam tas pakaian,” kata Malik dengan santai, seolah-olah itu hal biasa.
Sejauh ini, Swift diketahui kerap menggunakan cara-cara aneh untuk menjaga privasinya, mulai dari bersembunyi di balik tiga payung sekaligus sampai berjalan di belakang taplak meja restoran.
Menurut penyanyi yang juga lihai bermain gitar tersebut, kegiatan paparazi bahkan sampai mengganggu tidurnya dan menyebabkan kegelisahan (anxiety).
“Oh Tuhan, ya, mimpi-mimpi itu dan juga realitanya, bahkan ketika saya tidak sedang bermimpi, semuanya membuat saya gelisah,” kata Swift kepada Capital FM pada 2014 silam, dilansir dari Ace Showbiz.
“Saya pernah bermimpi, setiap waktu dikejar paparazi. Ada malam-malam saya bermimpi tentang mereka (paparazi) di kamar tidur, mengambil foto saya sedang tidur!” lanjutnya.
“Saya menemukan diri saya tersenyum dalam tidur, karena saya pikir ada orang-orang di dalam kamar, memotret saya. Bukan tersenyum karena bahagia, saya tersenyum karena saya pikir orang memfoto saya,” ungkap pelantun ‘Shake It Off’ itu
Sementara itu, sutradara Joseph Kahn barangkali jadi salah satu orang yang paling mengenal penyanyi Taylor Swift dalam kiprahnya di dunia hiburan.
Mengarahkan Swift untuk sedikitnya tujuh judul video musik lagu hit, Kahn tak segan memuji sikap dan perilaku sang diva dengan panggilan Taytay itu.
“Taylor Swift seratus persen berkomitmen mengerjakan apapun yang ia kerjakan,” ungkap Kahn kepada ETOnline.
“(Swift) sangat fenomenal untuk disaksikan. Saya pikir (komitmen) itu alasan ia begitu sukses karena ia bertekad untuk mengerjakan video tersebut dengan serius dan memberi usahanya semaksimal mungkin,” tambah sutradara yang pernah bekerja bersama dengan Jennifer Lopez dan Lady Gaga itu.
Sutradara asal Korea Selatan itu awalnya tak menyangka karena tidak seperti artis lain, Swift tidak bertingkah seperti bintang besar.
“Saya cukup terkejut karena ketika kamu bekerja dengannya, ia tidak seperti megabintang. Contohnya, ia tidak pernah membuatmu menunggu kukunya dipoles. Ia hanya duduk di kursi dengan sabar menunggu untuk giliran pengambilan gambar,” ceritanya.
Terlibat penuh dalam video musik ‘Blank Space’, ‘Bad Blood’, ‘Wildest Dreams’, ‘Out of the Woods’, ‘Look What You Made Me Do’, ‘…Ready for It?’, dan ‘Delicate’, Kahn merasa pemenang empat nominasi American Music Awars 2018 itu cukup kolaboratif.
Lebih lanjut, Kahn menyebut Swift adalah otak di balik makna tersembunyi semua musik videonya. Salah satu yang paling diingatnya adalah tujuh versi Taylor Swift dari perjalanan hidupnya sendiri, sebagai penutup video ‘Look What You Made Me Do’.
“Ketika berbicara soal makna mendalam, semua itu adalah idenya Swift,” jelasnya.
Komitmen sahabat Selena Gomez itu juga nampak dari perjuangannya dalam video ‘Wildest Dreams’. Kahn mengaku seluruh timnya dan Swift harus benar-benar mendaki gunung yang belum pernah dilalui orang lain di Selandia Baru.
Kagum dengan profesionalitas Swift, sutradara film ‘Bodied’ tersebut menyebut wanita kelahiran 1989 itu adalah pribadi yang lebih dewasa dibandingkan dirinya.
“Swift jauh lebih dewasa dari saya. Sebagai pembuat film, saya lebih hiper-emosional untuk mengonstruksi sebuah cerita,” ucapnya.
“Saya tidak biasa berhadapan dengan publik, sehingga dalam zona nyaman saya, membicarakan berbagai hal umumnya tidak memiliki dampak besar. (Berbeda dengan Swift) Saya tidak harus berdiri di atas panggung konser dengan seratus ribu penonton dan membuat video setiap saat,” jelas Kahn