Legenda MotoGP, Mick Doohan, meyakini bahwa Yamaha Factory Racing harus mengubah cara kerja mereka agar keterpurukan selama dua musim lalu tidak lagi terulang.
Selama dua puluh lima balapan MotoGP, pabrikan Garpu Tala mengalami paceklik kemenangan. Ini adalah rekor terburuk selama partisipasi mereka di kelas tertinggi balap motor tersebut.
Yamaha, yang memenangi MotoGP Belanda lewat Valentino Rossi, harus menunggu sampai MotoGP Australia untuk mencicipi kemenangan lagi lewat Maverick Vinales.
Doohan mengaku tak bisa mengira-ngira apakah ini kesalahan para engineer dan teknisi yang merakit YZR-M1, atau justru para ridernya yang salah memberi arahan.
“Mengecewakan adalah satu kata. Yamaha selalu kuat, tapi setelah kedatangan Maverick yang tampil kompetitif pada awal dua tahun lalu, performa motor mereka justru terjun bebas,” ujar Doohan, seperti dilansir situs MotoGP.
“Apakah ini memang karena motor mereka? Mengapa bisa mereka merakit motor sedemikian buruk? Tiada yang tahu,” ujar pria asal Australia ini.
Doohan pun meyakini bahwa Yamaha merupakan salah satu pabrikan terkuat dalam sejarah MotoGP, mereka lah satu-satunya rival konstan bagi Honda.
Meski begitu, Doohan yakin sistem kerja Yamaha sangat jauh berbeda dari Honda, dan hal inilah yang harus diperbaiki.
“Sejak era 1970an, sejarah menyatakan pertarungan selalu didominasi Honda dan Yamaha. Saat membela Honda, saya sedikit mengubah mentalitas mereka untuk melakukan pengembangan motor secara bertahap, ketimbang perombakan besar-besaran hingga jatuh bangun… tapi saya rasa Yamaha masih melakukannya,” ungkapnya.
Doohan yakin Yamaha masih bereksperimen terlalu jauh pada motornya.
“Yamaha masih suka melupakan motor mereka yang lama, dan ketika ingin mencari perangkat terbaiknya, perangkat itu hilang. Honda juga pernah melakukannya, menerapkan perangkat baru dan merasa bakal baik-baik saja, padahal perangkat lain yang baik sudah benar-benar hilang,” tuturnya.
Doohan pun menyayangkan keterpurukan Yamaha ini, yang ia nilai tak selaras dengan line up pebalap yang mereka miliki. “Yamaha sudah punya Vale begitu lama, dan ia rider yang baik dan cerdas. Maverick rider muda yang terus berkembang,” ungkap lima kali juara dunia GP500 ini.
“Jika lihat awalnya, motor mereka kuat. Maverick tiba di Qatar dan menghilang di depan, namun setelah itu tak bisa mengendarai motornya. Tak ada yang tahu mentalitas kerja Yamaha, entah ini karena mesinnya atau yang lain. Saya tak dekat dengan Yamaha, jadi saya tak tahu benar apa yang sedang terjadi. Tapi menurut pemahaman saya, tim mereka masih sama seperti dulu,” tuturnya.
Sementara itu Dohann juga takjub dengan Rossi.
Ia salut pada kegigihan Valentino Rossi untuk tetap bersaing di MotoGP demi meraih lebih banyak kemenangan dan gelar dunia, meski usianya tak lagi muda.
Hal tersebut disampaikan Doohan dalam wawancaranya bersama MotoGP baru-baru ini.
Rossi akan berusia empat puluh tahun pada Februari mendatang, dan untuk sekian kali menjadi rider tertua di grid MotoGP. Ia bahkan dipastikan bakal aktif balapan dan tetap membela Yamaha Factory Racing
Dengan sembilan gelar, kemenangan, Rossi belum juga puas atas prestasi menterengnya ini. Pembalap berjulukan The Doctor itu tak memungkiri bahwa gelar dunia kesepuluh akan terasa sangat menyenangkan.
Namun, dia menyatakan hal ini bukan lagi target utamanya. Doohan mengaku bahwa targetnya adalah kemenangan, demi merasakan sensasinya selama duahingga tiga3 jam setelah finis.
Usai dua musim buruk bersama Ducati, Rossi pun kembali ke Yamaha
Ia pun kembali tampil kompetitif dan duduk di peringkat runner up pada MotoGPselanjutnya ia terpaksa duduk di peringkat kelima usai mengalami cedera kaki dan tahun ini ia duduk di peringkat ketiga meski paceklik kemenangan.
Doohan pun mengaku takjub pada semangat Rossi untuk tetap bertarung di papan atas. Menurutnya, atlet macam rider Italia ini sangat sulit ditemukan di kejuaraan olahraga apa pun.
“Kini ia berusia 40 tahun, dan ini impresif,” ujar pria asal Australia.
“Saya tak terkejut melihat performanya, melainkan daya tahannya, serta keinginannya untuk menang dan berkendara selama mungkin. Di dunia ini, tak banyak orang seperti itu, tak peduli apa olahraganya, yang mampu mendorong diri sendiri untuk bertahan di papan atas. Bahkan pegolf sekalipun!” lanjut Doohan.
Meski Rossi belum juga mengecap gelar dunia lagi sejak sepuluh tahun lalu , Doohan menyebutnya telah memberikan warna dan keseruan pada MotoGP, tak peduli di mana ia finis.
“Vale sungguh menakjubkan, tak diragukan lagi ia telah berkontribusi banyak pada olahraga ini. Ia juga punya karakter yang hebat, dan ia menambahkan ‘rasa’ pada balapan, tak peduli bagaimana jalannya. Jika kualifikasinya buruk, ia tetap bisa bertarung sengit. Saya rasa ini menunjukkan kualitasnya sebagai pebalap,” pungkas Doohan.